Konten dari Pengguna

Pasar Tradisional di Tengah Gempuran Modernisasi: Menjaga Warisan Budaya

Iqbal pratama
saya Iqbal seorang mahasiswa politeknik Negeri Jakarta (Pnj) jurusan penerbitan (Jurnalistik)
9 Juli 2023 19:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Iqbal pratama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pembuat: Flashvector|Kredit: Getty Images/iStockphoto
zoom-in-whitePerbesar
Pembuat: Flashvector|Kredit: Getty Images/iStockphoto
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pasar tradisional telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat di banyak negara. Meskipun dalam beberapa tahun terakhir, pasar modern dan pusat perbelanjaan telah tumbuh pesat, pasar tradisional masih mempertahankan peran pentingnya dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat. Namun, pasar tradisional tidak luput dari tantangan modernisasi yang terus menerus berdampak pada cara masyarakat berbelanja dan berinteraksi. Artikel ini akan menjelaskan bagaimana pasar tradisional beradaptasi dengan gempuran modernisasi, mempertahankan warisan budaya mereka, dan memperkuat ekonomi lokal.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik yang dirilis DataIndonesia.id, Pasar tradisional di Indonesia berjumlah 14.182 unit. Pada tahun 2019, delapan provinsi dengan persebaran pasar tradisional terbanyak terdapat di Jawa Timur (2.249 unit), Jawa Tengah (1.910 unit), dan Sumatera Utara (858 unit). Kemudian diikuti oleh Jawa Barat (817 pasar), Sulawesi Selatan (768 unit), Riau (690 unit) dan Lampung (639 unit).
Sementara pasar tradisional masih mendominasi pusat perdagangan publik, yakni mencapai 14.182 unit (88,52%) sementara toko modern sebanyak 1.131 unit (7,06%). Pertumbuhan pusat perbelanjaan di beberapa daerah ekspansinya juga tidak begitu pesat.  Pengguna internet di Indonesia melejit di urutan 6 dunia (mengalahkan Jepang dan Rusia) yaitu mencapai 65% dari total penduduk 267 juta jiwa.  Pertumbuhan toko online atau daring memberikan efek beralihnya kebiasaan belanja masyarakat.
ADVERTISEMENT
Data Colliers International menunjukkan akan ada penambahan tiga pusat belanja di Jakarta dan tiga di Bodetabek. Secara keseluruhan, tambahan pasokan diprediksi mencapai 600.000 meter persegi pada periode 2019-2021, sebanyak 70% di antaranya berada di ibu kota.  Saat ini pusat perbelanjaan terbanyak terdapat di Jawa Barat (121 unit), DKI Jakarta (88 unit), Jawa Timur (79 unit) dan Banten (37 unit).
Selain pusat perbelanjaan, peran pasar modern khususnya mini market di Indonesia kian hari kian besar dan diperkirakan pada akhirnya akan menggeser pasar tradisional. Pada tahun 2019 empat provinsi di Pulau Jawa memimpin pertumbuhan toko swalayan yaitu Jawa Tengah (193 unit), Jawa Barat (173 unit), lalu Jawa Timur (119 unit) kemudian Yogyakarta (87 unit). Dari luar pulau Jawa ada pulau Kaliamantan (80 unit), Kep. Riau (55 unit) terakhir NTT (37 unit).
ADVERTISEMENT
Perubahan Konsumen dan Tren Belanja Modern:
Pasar tradisional dihadapkan pada perubahan perilaku konsumen seiring dengan munculnya pasar modern dan peningkatan belanja online. Banyak orang lebih memilih kemudahan dan kenyamanan berbelanja di supermarket atau toko daring daripada pergi ke pasar tradisional. Namun, pasar tradisional tetap menjadi tujuan bagi mereka yang menghargai produk segar, harga terjangkau, dan interaksi sosial yang lebih akrab.
Diversifikasi Produk dan Penawaran Khusus:
Untuk bertahan di tengah gempuran modernisasi, pasar tradisional telah mengadopsi strategi diversifikasi produk dan penawaran khusus. Mereka tidak hanya menjual bahan makanan segar seperti sayuran, buah-buahan, ikan, dan daging, tetapi juga menawarkan produk-produk olahan lokal, kerajinan tangan, pakaian tradisional, rempah-rempah, dan banyak lagi. Hal ini memberikan keuntungan kompetitif dan menarik konsumen yang mencari pengalaman berbelanja yang unik dan autentik.
ADVERTISEMENT
Pelestarian Budaya dan Tradisi:
Pasar tradisional merupakan simbol kehidupan budaya dan tradisi masyarakat setempat. Mereka sering menjadi tempat di mana generasi muda dapat mempelajari warisan budaya, seperti cara berinteraksi dengan penjual, menggunakan mata uang tradisional, dan memahami beragam kuliner lokal. Pasar tradisional juga menyelenggarakan acara-acara budaya, seperti pameran seni, pertunjukan musik, dan festival kuliner, yang membantu memperkuat identitas lokal dan menghadirkan pengalaman berbeda bagi pengunjung.
Kemitraan dengan Pemerintah dan Organisasi Non-Pemerintah:
Pemerintah dan organisasi non-pemerintah (LSM) berperan penting dalam mendukung pasar tradisional. Mereka menyediakan pelatihan kewirausahaan, pendampingan manajemen, dan bantuan modal untuk pemilik toko dan pedagang pasar. Selain itu, pemerintah dan LSM juga berusaha meningkatkan infrastruktur pasar, seperti fasilitas sanitasi, kebersihan, dan parkir, agar pasar tradisional tetap menarik bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT
Pemasaran Digital dan Keberadaan Online:
Untuk bersaing dengan pasar modern, banyak pasar tradisional juga memanfaatkan pemasaran digital dan keberadaan online. Mereka menggunakan media sosial, platform e-commerce, dan aplikasi berbasis pasar untuk mempromosikan produk mereka, menjangkau konsumen yang lebih luas, dan memudahkan pembelian secara online. Langkah ini membantu pasar tradisional menjaga relevansi mereka dalam era digital dan menjangkau generasi yang lebih muda yang lebih terbiasa dengan belanja online.
Pasar tradisional menghadapi tantangan modernisasi yang signifikan, tetapi mereka terus beradaptasi dan bertahan. Dengan diversifikasi produk, penawaran khusus, pelestarian budaya, dan kemitraan dengan pemerintah dan LSM, pasar tradisional dapat memperkuat ekonomi lokal dan mempertahankan warisan budaya mereka. Pemasaran digital dan keberadaan online juga membantu mereka tetap relevan dalam dunia yang semakin terhubung secara digital. Dalam konteks ini, pasar tradisional memainkan peran yang penting dalam menjaga keanekaragaman budaya, menciptakan lapangan kerja, dan memberdayakan masyarakat lokal.
ADVERTISEMENT