Pasar Tradisional: Terancam oleh Kemajuan Zaman

Iqbal pratama
saya Iqbal seorang mahasiswa politeknik Negeri Jakarta (Pnj) jurusan penerbitan (Jurnalistik)
Konten dari Pengguna
20 Juli 2023 20:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Iqbal pratama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ilustrasi : Siti Hannnah Alaydrus
Pasar tradisional telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari masyarakat selama berabad-abad. Namun, dengan kemajuan zaman dan perkembangan teknologi, pasar tradisional mulai menghadapi tantangan yang serius. Faktor-faktor seperti peningkatan pusat perbelanjaan modern, perdagangan online, dan perubahan gaya hidup masyarakat telah menyebabkan pasar tradisional terkikis dan menghadapi kesulitan untuk bertahan. Dalam tulisan ini, kita akan mengeksplorasi beberapa alasan mengapa pasar tradisional semakin terancam oleh zaman.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik yang dirilis DataIndonesia.id, Pasar tradisional di Indonesia berjumlah 14.182 unit. Pada tahun 2019, delapan provinsi dengan persebaran pasar tradisional terbanyak terdapat di Jawa Timur (2.249 unit), Jawa Tengah (1.910 unit), dan Sumatera Utara (858 unit). Kemudian diikuti oleh Jawa Barat (817 pasar), Sulawesi Selatan (768 unit), Riau (690 unit) dan Lampung (639 unit).
Sementara pasar tradisional masih mendominasi pusat perdagangan publik, yakni mencapai 14.182 unit (88,52%) sementara toko modern sebanyak 1.131 unit (7,06%). Pertumbuhan pusat perbelanjaan di beberapa daerah ekspansinya juga tidak begitu pesat. Pengguna internet di Indonesia melejit di urutan 6 dunia (mengalahkan Jepang dan Rusia) yaitu mencapai 65% dari total penduduk 267 juta jiwa. Pertumbuhan toko online atau daring memberikan efek beralihnya kebiasaan belanja masyarakat.
ADVERTISEMENT
Data Colliers International menunjukkan akan ada penambahan tiga pusat belanja di Jakarta dan tiga di Bodetabek. Secara keseluruhan, tambahan pasokan diprediksi mencapai 600.000 meter persegi pada periode 2019-2021, sebanyak 70% di antaranya berada di ibu kota. Saat ini pusat perbelanjaan terbanyak terdapat di Jawa Barat (121 unit), DKI Jakarta (88 unit), Jawa Timur (79 unit) dan Banten (37 unit).
Selain pusat perbelanjaan, peran pasar modern khususnya mini market di Indonesia kian hari kian besar dan diperkirakan pada akhirnya akan menggeser pasar tradisional. Pada tahun 2019 empat provinsi di Pulau Jawa memimpin pertumbuhan toko swalayan yaitu Jawa Tengah (193 unit), Jawa Barat (173 unit), lalu Jawa Timur (119 unit) kemudian Yogyakarta (87 unit). Dari luar pulau Jawa ada pulau Kaliamantan (80 unit), Kep. Riau (55 unit) terakhir NTT (37 unit).
ADVERTISEMENT
Persaingan dengan Pusat Perbelanjaan Modern:
Pusat perbelanjaan modern yang besar dan nyaman telah muncul di hampir setiap kota besar. Mereka menawarkan berbagai macam barang dengan harga yang kompetitif dan fasilitas yang lengkap. Keberadaan pusat perbelanjaan ini telah menggoda konsumen untuk beralih dari pasar tradisional. Masyarakat cenderung memilih untuk berbelanja di pusat perbelanjaan karena kenyamanan, keamanan, dan variasi produk yang lebih besar.
Perdagangan Online yang Meningkat:
Perkembangan teknologi internet telah membawa revolusi dalam cara orang berbelanja. Platform e-commerce telah memungkinkan konsumen untuk membeli barang-barang dari kenyamanan rumah mereka. Perdagangan online menawarkan kemudahan, pilihan yang tak terbatas, dan sering kali harga yang lebih murah. Hal ini telah mengurangi jumlah konsumen yang datang ke pasar tradisional, karena mereka lebih memilih untuk berbelanja secara online.
ADVERTISEMENT
Perubahan Gaya Hidup Masyarakat:
Perubahan gaya hidup masyarakat juga berperan dalam mengancam pasar tradisional. Kehidupan yang semakin sibuk dan mobilitas yang tinggi membuat masyarakat lebih memilih belanja praktis dan cepat. Mereka tidak lagi memiliki waktu atau kesabaran untuk berkeliling pasar tradisional yang sering kali padat dan berdesakan. Alternatif seperti supermarket dan minimarket yang menyediakan produk dalam kemasan praktis menjadi pilihan yang lebih menarik bagi masyarakat modern.
Kurangnya Inovasi dan Modernisasi:
Salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan popularitas pasar tradisional adalah kurangnya inovasi dan modernisasi. Beberapa pasar tradisional tidak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan zaman dan terus menggunakan metode dan strategi yang sama seperti dahulu. Dalam beberapa kasus, fasilitas dan infrastruktur pasar tradisional tidak memadai, kurangnya kebersihan, serta kurangnya peningkatan teknologi dan sistem pembayaran yang modern.
ADVERTISEMENT
Generasi Muda yang Berubah Preferensi:
Generasi muda, yang merupakan konsumen masa depan, cenderung memiliki preferensi yang berbeda dalam hal belanja. Mereka lebih terbiasa dengan teknologi dan lebih nyaman melakukan transaksi online daripada berbelanja secara fisik. Budaya pasar tradisional yang melibatkan negosiasi harga dan interaksi sosial mungkin tidak lagi sesuai dengan preferensi mereka. Hal ini juga menyebabkan pasar tradisional kehilangan basis konsumen potensial.
Pasar tradisional menghadapi tantangan yang signifikan dalam menghadapi kemajuan zaman. Persaingan dari pusat perbelanjaan modern, perdagangan online, perubahan gaya hidup masyarakat, kurangnya inovasi, dan perubahan preferensi generasi muda semuanya berkontribusi terhadap terkikisnya pasar tradisional. Untuk bertahan dan bersaing, pasar tradisional perlu melakukan inovasi, modernisasi, meningkatkan pelayanan, serta memanfaatkan teknologi yang tersedia untuk menarik kembali minat konsumen. Upaya kolaborasi antara pemerintah, pedagang, dan masyarakat diperlukan agar pasar tradisional tetap relevan dan berkesinambungan di tengah kemajuan zaman.
ADVERTISEMENT