Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Mata Air di Jalur Pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho
4 Agustus 2024 13:59 WIB
·
waktu baca 1 menitTulisan dari MUHAMMAD IQBAL PRASETYO tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
"Wono Tirto" adalah istilah dalam bahasa Jawa yang merujuk pada konsep atau tempat yang memiliki makna khusus dalam budaya Jawa. "Wono" berarti hutan atau tempat yang penuh dengan pepohonan, sedangkan "Tirto" berarti air. Jadi, "Wono Tirto" bisa diartikan sebagai "hutan air" atau "tempat yang penuh dengan sumber air."
ADVERTISEMENT
Dalam konteks budaya Jawa, istilah ini sering dipakai untuk merujuk pada daerah yang dianggap memiliki kekuatan spiritual atau sakral, di mana air dan hutan memiliki makna penting dalam kehidupan dan praktik keagamaan. Mata air ini terdapat di kaki Gunung Lawu di Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, tepatnya di jalur pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho.
Dalam perjalanan pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho, 7 (tujuh) mata air ini merupakan tempat spiritual. Mata air ini merupakan mata air pertama sebelum menuju Pos 1 (Mbah Branti). Mata air ini juga merupakan tempat "Patirtan Sapto Resi Pamoksan Browijaya", yaitu tempat pembebasan spiritual Prabu Brawijaya.
Kehadiran 7 (tujuh) mata air spiritual di Gunung Lawu ini tidak hanya menawarkan keindahan alam yang menakjubkan, tetapi juga menyimpan kedalaman spiritual yang memancarkan ketenangan dan kekuatan bagi setiap pengunjung yang mencarinya. Lokasi ini menjadi tempat yang penuh makna, di mana air yang jernih dan lingkungan sekitarnya menyatu dalam harmoni, memberikan pengalaman yang menyejukkan jiwa dan memperdalam hubungan dengan kekuatan spiritual alam.
ADVERTISEMENT