Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Ilusi Media Digital
24 Oktober 2024 17:27 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Zahra Sya'bani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jakarta - Dalam kemajuan teknologi yang semakin cepat, dunia yang semakin terhubung, dan media digital yang menjadi jembatan antar komunikasi, kita semakin bergantung pada teknologi untuk mendukung berbagai aspek kehidupan kita. Jean Baudrillard berpendapat, bahwa dalam media massa, kita hidup di dunia simulakra, dunia representasi telah menggantikan relaita. Media digital bukan sekedar menyajikan informasi, tetapi menyajikan realitas alternatif atau simulasi, di mana ‘nyata’ kehilangan esensi.
ADVERTISEMENT
Seiring dengan kemajuan teknologi, banyak pertanyaan muncul: sejauh mana kita melihat kebenaran dari media? Sejauh mana kita menjelajah dunia maya?, Saat kita terobsesi dengan dunia teknologi, sering kali kita terjebak dalam berbagai informasi yang disajikan, menilai kehidupan orang lain dari sudut pandang yang mungkin tidak sepenuhnya akurat. Baudrillard dalam konsepnya tentang ‘hiperrealitas’, mengatakan di mana simulasi menjadi lebih nyata daripada kenyataan yang sebenarnya.
Dalam berbagai bentuk, media digital telah mengubah cara kita dalam berinteraksi. Dari berbagai berita yang disajikan, informasi, dan berbagai foto yang diunggah di media, semuanya mempengaruhi terhadap perspektif realitas yang sering kali tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya bagaimana media menciptakan simulasi seperti banyaknya informasi palsu, dan banyaknya berbagai foto yang diedit. Kita tidak hanya dipenuhi oleh informasi tetapi juga oleh representasi yang perlu dipertanyakan.
ADVERTISEMENT
Baudrillard memperingatkan bahwa manusia di era digital ini, akan sulit membedakan mana informasi yang asli dan mana yang palsu. Kita perlu memahami bagaimana media digital membentuk perspektif, kita bisa memahami bagaimana gambar-gambar tersebut dapat menciptakan dunia alternatif yang berbeda dari kenyataan sehari-hari. Ketika terlalu bergantung dari apa yang disajikan media, kita mungkin akan kehilangan pemahaman tentang apa yang benar-benar terjadi di sekitar kita.
Penggunaan media digital yang berlebihan juga mempengaruhi psikologis. Dunia digital yang penuh dengan berbagai informasi yang disajikan, ketidakpuasan dan kecemasan menjadi masalah umum yang mengganggu kualitas hidup, semakin terjebak dalam simulasi, semakin jauh kita dari realitas, sehingga menciptakan krisis eksistensial
Oleh karena itu, kesadaran kritis dalam memilih dan memilah media digital perlu dilakukan. Mari kita lihat lebih dalam bagaimana media digital mengubah persepsi kita tentang realitas dan apa artinya bagi kehidupan kita. Kita harus sadar bahwa apa yang ditampilkan media hanyalah sebagian dari realitas, dan seringkali realitas itu sendiri telah diubah menjadi simulakra. Kita dapat membangun keseimbangan antara dunia digital dan realitas fisik, mengarahkan kita untuk tidak terjebak dalam ilusi yang diciptakan oleh media.
ADVERTISEMENT
Zahra Nur Syabania mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta