Mengungkap Kenyataan: Tantangan Rendahnya Minat Baca di Indonesia
Konten dari Pengguna
19 September 2023 20:38
Tulisan dari Ira Listy Febriyanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Peringkat Minat Baca Indonesia: Mengkhawatirkan atau Terjangkau?
Indonesia saat ini berada di peringkat 60 dari 61 negara dalam Program for International Student Assessment (PISA) terkait minat baca. Angka ini memang mengkhawatirkan dan menunjukkan perlunya tindakan segera untuk meningkatkan minat baca di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Minat baca di kalangan masyarakat Indonesia menghadapi rintangan yang cukup besar di era globalisasi dan kemajuan teknologi. Budaya literasi yang kuat tidak dapat dipungkiri sangat penting bagi kemajuan intelektual dan sosial suatu bangsa. Namun, data nyata menggarisbawahi perjuangan yang sedang berlangsung yang dihadapi Indonesia terkait rendahnya minat baca.
ADVERTISEMENT
Salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap penurunan minat baca ini adalah kelangkaan akses terhadap bahan bacaan. Menurut data dari UNESCO, menyebutkan Indonesia urutan kedua dari bawah soal literasi dunia, artinya minat baca sangat rendah. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca. Indonesia secara signifikan tertinggal di belakang negara-negara maju dalam hal jumlah perpustakaan umum. Kurangnya jumlah perpustakaan dan sumber bacaan yang mudah diakses ini menimbulkan kesulitan yang cukup besar bagi banyak orang Indonesia dalam menumbuhkan minat baca yang positif.
Selain itu, tingkat melek huruf orang dewasa di Indonesia masih sangat rendah. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), hanya sekitar 48,41% penduduk Indonesia yang memiliki kemampuan membaca dan menulis yang memadai. Hal ini menjadi tantangan besar dalam menumbuhkan minat baca karena mereka yang tidak memiliki kemampuan membaca dan menulis yang memadai mungkin merasa kurang termotivasi untuk membaca. Selain itu, standar pendidikan yang berbeda-beda di berbagai daerah di Indonesia memainkan peran penting dalam mempengaruhi minat baca. Daerah dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah cenderung menunjukkan minat baca yang lebih rendah, sementara daerah dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki kecenderungan membaca yang lebih tinggi. Pendidikan yang tidak memadai menghambat kemampuan seseorang untuk mengakses dan memahami teks yang lebih kompleks.
ADVERTISEMENT
Pengaruh teknologi juga berperan dalam penurunan minat baca. Meskipun teknologi membawa manfaat yang luar biasa dalam hal aksesibilitas informasi, teknologi juga telah mengalihkan perhatian banyak orang dari membaca buku fisik menjadi mengonsumsi konten digital yang lebih pendek dan seringkali kurang mendidik.
Data dari UNESCO menunjukkan adanya kesenjangan dalam akses terhadap buku dan bahan bacaan di masyarakat Indonesia. Selain itu, data dari tahun 2020 yang dirilis oleh BPS mengungkapkan kesenjangan literasi yang signifikan di antara penduduk Indonesia. Survei juga mengidentifikasi bahwa mayoritas masyarakat Indonesia menghabiskan lebih banyak waktu untuk menonton televisi dan mengakses media sosial daripada membaca buku. Yang lebih memprihatinkan lagi, data penjualan buku mengalami stagnasi atau penurunan dalam beberapa tahun terakhir, yang mencerminkan minat baca yang belum mencapai tingkat yang diharapkan.
Untuk meningkatkan minat baca di Indonesia, upaya kolaboratif antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat sangat penting. Mempromosikan budaya literasi, meningkatkan akses ke bahan bacaan, dan mendidik individu tentang manfaat membaca untuk pengembangan pribadi dan masyarakat adalah langkah-langkah penting dalam mengatasi masalah rendahnya minat baca. Dengan langkah-langkah sederhana ini, minat baca generasi muda di Indonesia dapat ditingkatkan. Budaya literasi yang kuat merupakan investasi yang berharga bagi masa depan mereka. Mari kita bersama-sama membangun minat baca yang lebih tinggi di kalangan generasi muda Indonesia.
ADVERTISEMENT