Konten dari Pengguna

Hipertensi dalam Kehamilan

Ira Purnamasari
Dosen D3 Keperawatan FIK UMSurabaya Magister Keperawatan UNAIR
25 Mei 2021 11:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ira Purnamasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi pexels.com
ADVERTISEMENT
Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah lebih tinggi dari standar yang ditentukan. Standar ini dapat berbeda-beda menurut usia dan penyakit penyerta sebelum masa kehamilan. Penyakit yang umum dikenal sebagai darah tinggi ini ternyata juga berisiko terjadi pada ibu di masa kehamilannya. Seorang ibu hamil dianggap mengalami hipertensi bila memiliki tekanan darah sistolik (biasanya disebut tekanan darah atas) lebih dari 140 mmHg atau diastolik (tekanan darah bawah) lebih dari 90 mmHg. Kondisi ini biasanya muncul saat usia kehamilan sekitar 20 minggu, tetapi bisa juga muncul lebih awal
ADVERTISEMENT
Penyakit Hipertensi dalam Kehamilan (HDK) adalah salah satu penyebab kesakitan dan kematian ibu maupun janin. Data menunjukkan bahwa hipertensi terjadi pada 5-10% kehamilan dan merupakan penyebab kematian kedua tertinggi pada masa kehamilan di negara-negara berkembang. 15-25% wanita yang didiagnosis awal dengan hipertensi dalam kehamilan akan mengalami PreEklamsia Berat (PEB). Ibu hamil yang menyadari faktor risiko hipertensi sejak dini dan mengetahui bagaimana pencegahan serta mengonsultasikan ke dokter dapat terhindari dari bahaya tersebut.
Ada 5 Jenis Hipertensi dalam Kehamilan yang ibu wajib tahu, yang pertama hipertensi kronis, didapatkan sebelum kehamilan atau sebelum usia kehamilan 20 minggu, kondisi ini sering tidak bergejala sehingga banyak ibu hamil yang tidak menyadari bahwa mereka menderita hipertensi kronis. Hipertensi kronis pada ibu hamil sering kali baru terdeteksi ketika ibu hamil menjalani pemeriksaan kandungan. Kedua hipertensi kronis dengan preeklamsia, kondisi ini ditandai dengan tekanan darah tinggi disertai proteinuria (adanya protein dalam urine). Hipertensi kronis dengan preeklamsia ini biasanya terjadi pada trimester kedua atau ketiga kehamilan. Ketiga hipertensi gestasional, peningkatan tekanan darah yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu. Hipertensi ini tidak disertai dengan adanya protein dalam urine, pada ibu hamil yang mengalami kondisi ini, tekanan darah biasanya dapat kembali normal setelah melahirkan. Keempat preeklamsia, hipertensi dalam kehamilan yang tidak terkontrol dengan baik bisa berkembang menjadi preeklamsia, selain adanya protein dalam urine, preeklamsia juga dapat disertai dengan kerusakan sistem organ seperti ginjal, hati, atau otak. Preeklamsia menyebabkan ibu hamil mengalami gejala seperti sakit kepala yang sering kambuh, tekanan darah meningkat secara cepat, mual dan muntah, nyeri ulu hati atau di bawah tulang rusuk sebelah kanan, penglihatan kabur dan mudah silau, sesak napas, bengkak pada wajah dan tangan, dan gangguan fungsi hati yang tampak dari hasil laboratorium. Dan yang terakhir eklamsia. Eklamsia merupakan kelanjutan dari preeklamsia yang tidak terkontrol. Eklamsia merupakan hipertensi dalam kehamilan yang paling parah. Selain tekanan darah tinggi, ibu hamil dengan kondisi ini juga bisa mengalami kejang bahkan sampai koma.
ADVERTISEMENT
Ada banyak faktor risiko yang harus ibu tahu untuk dapat terhindar dari bahaya hipertensi, yang pertama yaitu kehamilan pertama, kehamilan pertama memiliki risiko hampir tiga kali lipat, yang kedua usia ibu, peningkatan risiko preeklamsia dua kali lipat pada ibu hamil berusia 40 tahun keatas. Ketiga adanya riwayat preeklamsia sebelumnya. Keempat jarak antar kehamilan, ibu hamil dengan jarak kehamilan sebelumnya lebih dari 10 tahun memiliki risiko sama dengan kehamilan pertama. Kelima adanya riwayat keluarga preeklamsia/eklamsia, kehamilan kembar, penyakit ginjal, obesitas sebelum hamil, diabetes melitus, dan penyakit autoimun.
Tekanan darah yang tidak terkendali selama kehamilan berpotensi menyebabkan berbagai gangguan perkembangan pada janin. Semakin tinggi tekanan darah dan semakin lama durasinya, risiko komplikasi pada janin semakin tinggi. Adapun bahaya hipertensi dalam kehamilan antara lain kelahiran prematur. Selain bisa disebabkan aliran darah plasenta yang berkurang, hipertensi juga bisa meningkatkan risiko bayi lahir prematur. Menghentikan kehamilan segera (lewat persalinan) dapat dilakukan demi menyelamatkan ibu maupun bayi. Hal ini biasanya dilakukan ketika ada komplikasi yang mengancam nyawa.
ADVERTISEMENT
Gangguan perkembangan organ janin. Pembuluh darah di plasenta akan mengantarkan oksigen dan nutrisi pada janin. Karena itu, janin akan mengalami perlambatan pertumbuhan ketika aliran darah di plasenta terganggu (intrauterine growth restriction). Kondisi yang sama juga bisa berakibat berat badan lahir rendah atau kelahiran prematur. Prematur sendiri bisa berisiko pada janin, seperti organ paru yang belum matang sempurna serta rentan tertular infeksi.
Kerusakan organ tubuh ibu. Akibat kontrol hipertensi pada kehamilan yang buruk, dapat terjadi kerusakan organ yang permanen dan berat. Organ seperti otak, jantung, ginjal, dan hati rentan mengalami cedera pada kondisi ini. Bila kerusakannya sangat parah, nyawa ibu bisa terancam. Risiko penyakit jantung pada ibu di kemudian hari, khususnya ketika mengalami preeklampsia, terdapat risiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah pada ibu di masa yang akan datang.
ADVERTISEMENT
Terjadi abrupsio plasenta. Abrupsio plasenta merupakan kondisi terlepasnya plasenta dari dinding rahim ibu sebelum proses persalinan terjadi. Kondisi ini juga merupakan komplikasi yang bisa terjadi dari preeklampsia. Gejalanya berupa munculnya perdarahan hebat yang tentunya mengancam nyawa ibu. Keselamatan bayi juga terancam akibat hilangnya support kehidupan berupa oksigen dan nutrisi dari plasenta yang utuh.
Dapat terjadi eklamsia. Hipertensi pada preeklampsia dapat berkembang menjadi eklamsia. Eklamsia merupakan kelanjutan dari preeklamsia yang tidak terkontrol. Eklamsia merupakan hipertensi dalam kehamilan yang paling parah. Selain tekanan darah tinggi, ibu hamil dengan kondisi ini juga bisa mengalami kejang bahkan sampai koma.
Agar tetap sehat sehat dan bugar selama masa kehamilan, ibu harus tahu cara pencegahan hipertensi. Cek tekanan darah rutin, tujuannya untuk menghindari berbagai gangguan kesehatan yang rentan dialami selama masa kehamilan, salah satunya hipertensi. Pemeriksaan kandungan rutin, gejala pada hipertensi saat kehamilan sering kali tidak disadari, pemeriksaan kesehatan ibu dan janin secara rutin dimaksudkan guna memastikan ibu dan janin dalam kondisi sehat. Konsumsi makanan sehat dan bergizi, ibu hamil harus lebih memperhatikan asupan gizi, ibu hamil sangat disarankan mengonsumsi makanan yang mengandung potasium, magnesium dan serat guna mengontrol tekanan darah. Kurangi konsumsi garam, membatasi asupan garam pada makanan yang dikonsumsi, untuk menambah cita rasa makanan, ibu bisa memilih perasa alami sehingga risiko hipertensi pada ibu hamil bisa dihindari. Menjaga berat badan, kenaikan berat badan selama masa kehamilan memang sesuatu yang biasa terjadi, namun juga perlu diperhatikan berapa kenaikan berat badan sehingga masih berada dalam batas wajar, kenaikan berat badan memicu tekanan darah tinggi pada ibu hamil.
ADVERTISEMENT
Ibu hamil harus menghindari stres, ibu sebaiknya menghindari hal-hal yang bisa memicu stres. Mengurangi beban pekerjaan selama masa kehamilan, melakukan berbagai aktivitas yang bersifat menyenangkan seperti mendengarkan musik dan menjalankan hobi. Salah satu pemicu naik atau turunnya tekanan darah adalah kondisi emosi, termasuk tingkat stres. Stres nyatanya bisa memengaruhi kondisi fisik secara keseluruhan, serta menyebabkan naiknya tekanan darah secara mendadak. Maka dari itu, untuk mencegah hipertensi disarankan ibu hamil untuk menjauhi atau setidaknya mengelola tingkat stres. Salah satunya dengan olahraga teratur, berolahraga ringan seperti yoga, jalan santai, meditasi, dan senam hamil secara teratur sangat penting untuk mencegah hipertensi selama kehamilan, serta menghindari rokok dan minuman beralkohol selama kehamilan.