Konten dari Pengguna

IMS dan Kehamilan

Ira Purnamasari
Dosen D3 Keperawatan FIK UMSurabaya Magister Keperawatan UNAIR
29 April 2021 14:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ira Purnamasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Infeksi menular seksual alias IMS adalah penyakit yang berpindah dari satu orang ke orang lainnya melalui hubungan seksual. Proses penularan penyakit ini bisa terjadi akibat adanya aktivitas seksual melalui mulut, anus, penis maupun vagina. Infeksi menular seksual merupakan penyakit serius yang bisa menyebabkan kemunculan berbagai komplikasi. Jika terjadi pada ibu hamil, penyakit ini bisa mengancam keselamatan ibu maupun janin yang ada di dalam kandungannya. Mengingat Infeksi Menular Seksual (IMS) pada perempuan sering kali terjadi tanpa gejala, setiap perempuan harus meningkatkan kewaspadaan terhadap organ reproduksinya.
Ilustrasi foto ibu hamil, dokumentasi: pixels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi foto ibu hamil, dokumentasi: pixels.com
Meski IMS menakutkan, nyatanya angka penyebaran IMS setiap tahunnya tak kunjung berkurang, bahkan cenderung meningkat. Pada ibu hamil, semester berapa pun infeksi dapat terjadi, begitu pula infeksi yang ditularkan melalui kontak seksual. Menurut data, kasus kematian janin dari Ibu hamil yang menderita IMS jauh lebih tinggi daripada kasus kematian janin dari Ibu yang tidak menderita IMS. Oleh karena itu, ibu hamil dihimbau untuk melakukan skrining IMS dan HIV segera saat kehamilan terjadi.
ADVERTISEMENT
Dampak IMS pada kehamilan dipengaruhi beberapa hal seperti faktor penyebab (virus/bakteri), berapa lama tubuh terinfeksi, dan usia kehamilan saat terinfeksi. Beberapa akibat yang dapat dialami bayi dari ibu yang terinfeksi IMS antara lain janin tidak berkembang, optimal dalam kandungan, kelainan kongenital, ketuban pecah dini, chorioamnionitis, bayi berat badan lahir rendah, kelahiran prematur, cacat janin misalnya kebutaan, dan keterbelakangan mental, kematian janin, dapat terjadi keguguran spontan atau lahir mati.
Penyakit menular seksual atau infeksi menular seksual dapat disebabkan oleh virus, bakteri, maupun parasit. HIV/AIDS, herpes, kanker serviks, kutil kelamin, dan hepatitis B adalah bentuk penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus. Penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri antara lain adalah gonore, sifilis, dan klamidia. Sedangkan yang disebabkan oleh parasit adalah trikomoniasis.
ADVERTISEMENT
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah jenis virus yang dapat menular melalui melalui hubungan seksual atau bertukar jarum suntik dengan penderita HIV. Selain itu, jika Anda memiliki luka di kulit dan luka tersebut terpapar cairan tubuh penderita HIV, maka Anda juga sangat berisiko untuk tertular penyakit tersebut. Virus HIV menyerang tubuh akan menuju ke sel-sel pertahanan tubuh sehingga pertahanan tubuh tersebut menjadi lemah dan muncullah berbagai macam infeksi oportunistik. 90% penderita HIV usia bayi dan balita ditularkan dari sang ibu. Calon bayi dari ibu penderita HIV juga berisiko mengalami penyakit yang sama. Ini karena HIV dapat menular melalui plasenta dan vagina, juga melalui ASI. Upaya tes HIV/AIDS bagi ibu hamil telah diatur dalam Undang-undang Kesehatan dan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 21 tahun 2013. Skrining HIV pada ibu hamil bisa dilakukan melalui serangkaian tes antara lain Voluntary Counseling and Testing (VCT), tes darah dan terapi ARV (antiretroviral). Skrining HIV pada ibu hamil bermanfaat untuk menanggulangi risiko penularan terhadap bayi.
ADVERTISEMENT
Sifilis adalah jenis penyakit infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Sifilis terdiri dari beberapa stadium penyakit. Sifilis primer ditandai adanya luka pada kelamin yang bisa saja tidak dirasakan dan luput dari pengamatan ibu hamil. Luka tidak disertai rasa sakit atau tanpa gejala. Stadium lanjutan yaitu sifilis sekunder ditandai dengan ruam di kulit yang dapat menyerupai penyakit kulit pada umumnya. Penyakit ini dapat dengan mudah menular pada calon bayi jika dialami oleh ibu hamil. Terjadinya kondisi ini membuat bayi berisiko tinggi untuk lahir secara prematur dan mengalami masalah organ tubuh. Jika wanita hamil yang mengalami sifilis dan tidak segera diobati akan berakhir pada kecacatan dan kematian bayi.
Gonore alias gonorrhoea adalah penyakit infeksi menular seksual yang terjadi akibat paparan bakteri Neisseria gonorrhoea. Jika penyakit ini terjadi pada ibu hamil, terjadinya keputihan berbau, rasa terbakar sewaktu berkemih atau nyeri perut tak bisa dihindari. Tak hanya itu, ibu hamil yang mengalami gonore dan tidak ditangani dengan baik juga dapat mengalami keguguran, kelahiran prematur, kehamilan di luar kandungan dan gangguan kesuburan di masa mendatang. Sementara itu, bayi yang lahir dari ibu dengan gonore sangat berisiko untuk mengalami kebutaan, infeksi sendi dan infeksi darah. Ke semua kondisi tersebut sangat mungkin mengancam nyawa.
ilustrasi pixabay.com
Klamidia yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis sangat berbahaya jika dialami oleh ibu hamil, penyakit ini bisa menyebabkan terjadinya keputihan abnormal, sering buang air kecil dan terasa nyeri, sakit perut, hingga perdarahan. Bila tidak segera diobati, klamidia dapat menyebabkan komplikasi berat, seperti peradangan rongga panggul, kecacatan pada bayi, gangguan kesuburan, kehamilan di luar kandungan, kelahiran prematur, pecah ketuban dini, berat badan bayi lahir rendah, pneumonia, hingga kematian bayi.
ADVERTISEMENT
Bakterial vaginosis adalah jenis infeksi vagina yang paling sering terjadi pada wanita yang sudah aktif secara seksual. Beberapa penyebabnya adalah paparan bakteri Gardnella vaginalis, Mobiluncus, Mycoplasma hominis, dan Bacteroides. Beberapa kasus bakterial vaginosis menyebabkan vagina berbau amis, terutama saat berhubungan seksual. Jika dialami ibu hamil, penyakit ini dapat memicu terjadinya infeksi cairan ketuban, infeksi pada masa nifas, penyakit radang panggul dan kelahiran prematur.
Herpes genitalis adalah infeksi pada area genital yang disebabkan oleh virus Herpes simplex. Gejala penyakit ini berupa timbulnya lenting pada area genital, yang umumnya didahului dengan rasa terbakar dan gatal. Bila dialami oleh ibu hamil, herpes genitalis perlu segera diatasi. Pasalnya, virus penyebab penyakit ini dapat masuk ke sirkulasi janin melalui plasenta. Jika hal tersebut terjadi, kerusakan organ hingga kematian pada janin tak bisa dihindari. Bayi yang mampu bertahan hidup setelah terinfeksi penyakit ini menderita cacat neurologis atau memiliki kelainan berupa mikrosefali (ukuran kepala kecil), hidrosefali, hepatitis dan infeksi pada mata.
ADVERTISEMENT
Cara mencegah agar tidak terinfeksi IMS adalah berhubungan seks hanya dengan satu orang, hindari berganti-ganti pasangan, semakin banyak jumlah pasangan seksual maka semakin besar risiko terkena penyakit menular seksual. Sebaiknya juga tidak berhubungan seksual dengan seseorang yang sering berganti pasangan, atau tidak diketahui riwayat seksualnya. Pada beberapa kondisi, tidak berhubungan seksual sama sekali (abstinensia) bisa dianggap sebagai cara paling efektif dalam mencegah terkena penyakit menular seksual. Langkah ini bisa diterapkan, terutama saat pasangan sedang menderita infeksi menular seksual. Gunakan kondom lateks tiap kali berhubungan seks. Kondom memang tidak dapat mencegah penularan penyakit sepenuhnya, tetapi akan sangat efektif jika pemakaiannya benar. Beberapa penyakit menular seksual dapat dicegah dengan pemberian vaksinasi dewasa. Misalnya hepatitis B, dan kutil kelamin serta kanker serviks yang disebabkan oleh human papilomavirus (HPV).
ADVERTISEMENT