Memahami Diri Sendiri dan Orang Lain dalam Konteks Hubungan Perawat-Pasien

Ira Purnamasari
Dosen D3 Keperawatan FIK UMSurabaya Magister Keperawatan UNAIR
Konten dari Pengguna
30 November 2021 12:51 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ira Purnamasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
dokumentasi pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
dokumentasi pexels.com
ADVERTISEMENT
Dalam konteks hierarki manusia, tidak ada manusia yang tidak butuh manusia lain. Manusia selalu membutuhkan manusia lain dalam memenuhi kebutuhan dasar. Oleh karena itu, manusia selalu bereaksi dan berinteraksi dalam menghadapi stimulus sehingga disebut makhluk sosial. Keterkaitan dengan orang lain inilah yang menjadikan manusia harus berhubungan dengan orang lain. Manusia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya dan apa yang terjadi pada dirinya. Rasa ingin tahu inilah yang memaksa manusia untuk berkomunikasi.
ADVERTISEMENT
Menurut Harold D. Lasdswell adalah fungsi dasar yang mendorong manusia mempelajari ilmu komunikasi adalah komunikasi untuk memenuhi hasrat manusia dalam mengontrol lingkungannya, melalui komunikasi manusia dapat beradaptasi dengan lingkungannya, adanya komunikasi membuat manusia dapat melakukan sosialisasi atau interaksi sosial. Melakukan komunikasi berarti membangun kebersamaan sebagai suatu proses di mana dua orang atau lebih melakukan pertukaran informasi satu sama lain yang kemudian akan tiba saling pengertian yang mendalam.
Perawat merupakan kontak pertama dalam perawatan pasien di rumah sakit dan paling intens 24 jam mendampingi dan berinteraksi dengan pasien setiap harinya. Dalam diri perawat harus memiliki kemampuan memahami dirinya sendiri serta memahami pasien yang sedang dirawatnya.
Memahami diri sendiri sebagai perawat
Sebelum berhubungan dengan pasien, lebih adil jika perawat menengok dirinya sendiri sebagai perawat maupun sebagai diri sendiri. Sebelum berhubungan dengan pasien, perawat harus mempersiapkan diri terlebih dahulu melalui analisis diri sendiri sehingga dapat beradaptasi dengan lingkungan pasien. Sebagai perawat tentunya bertindak sebagai pemberi pelayanan keperawatan bagi pasien, perawat harus mempunyai bekal dalam memberikan pelayanan keperawatan antara lain keterampilan hubungan interpersonal atau hubungan antarmanusia, kognitif, serta keterampilan klinis.
ADVERTISEMENT
Perawat tentunya akan melakukan komunikasi dengan pasiennya, perawat akan menghadapi pasien dengan berbagai karakter, menyesuaikan diri dengan lingkungan sehingga diperlukan kesadaran yang tinggi sebagai perawat. Kesadaran diri merupakan salah satu prasyarat sebelum melakukan komunikasi terapeutik. Jadi dapat disimpulkan bahwa perawat perlu menanyakan pada dirinya sendiri “siapakah saya?” “perawat seperti apakah saya?” “bagaimana saya memperlakukan pasien.”
Kiat yang perlu ditempuh dalam meningkatkan kesadaran diri yang tinggi dengan model Keperawatan Holistik yang terdiri atas beberapa komponen yaitu psikologi, fisik, lingkungan, dan filosofi. Komponen psikologi memandang diri sendiri dari aspek emosi, motivasi, konsep diri, dan kepribadian diri sendiri. Komponen fisik memandang diri sendiri dari aspek gambaran diri kita yang sebenarnya, potensi fisik, dan sensasi tubuh. Komponen lingkungan berorientasi pada lingkungan sosiokultural, hubungan dengan orang lain, dan pengetahuan tentang hubungan antara manusia dan alam. Komponen filosofi mencakup arti hidup seseorang.
ADVERTISEMENT
Mengeksplorasi perasaan
Perawat memerlukan strategi yang optimal agar mendapatkan data akurat dari pasien dalam rangka untuk menegakkan masalah pasien, menentukan intervensi, serta melaksanakan implementasi yang baik. Salah satu strategi adalah membebaskan diri dari kecemasan saat melakukan pertemuan dengan pasien dalam melakukan pengkajian keperawatan. Perawat yang merasa cemas saat berinteraksi dengan pasien akan tampak pada ekspresi wajah dan perilakunya. Kecemasan perawat ini membuat pasien merasa tidak nyaman dan arena adanya “pemindahan perasaan/transfer feeling” mungkin pasien juga akan menjadi cemas dan hal ini akan mempengaruhi interaksi perawat-pasien secara keseluruhan.
Saat bertemu pasien, orientasi komunikasi hanya satu yaitu komunikasi terapeutik, tidak ada komunikasi lain sehingga memunculkan pertemuan yang bermutu karena perawat bisa menggali masalah keperawatan pasien untuk dijadikan acuan dalam memberikan pelayanan keperawatan. Dalam komunikasi terapeutik diperlukan persiapan yang matang melalui eksplorasi perasaan dengan menyadari respons dan mengontrol penampilan agar pasien terbuka dengan perawat kemudian menceritakan keluhan dan perasaan yang mengganggu pikirannya.
ADVERTISEMENT
Seseorang yang tidak mampu mengeksplorasi dan tidak terbuka dengan perasaannya sendiri kemungkinan akan merusak interaksinya dengan orang lain. Sebagai contoh, pasien masih banyak merasakan keluhan padahal sudah banyak intervensi yang diberikan, kemungkinannya adalah perawat tidak cermat dalam menentukan masalah keperawatan, yang dikarenakan perawat tidak cermat dalam mengkaji karena perawat masih diselimuti rasa kecemasan, baik cemas yang dibawa sebelum berinteraksi dengan pasien, maupun cemas saat berinteraksi dengan pasien. Penting bagi perawat untuk mengerti akan perasaannya sendiri sehingga dapat menggunakan dirinya secara terapeutik.
Altruisme
Altruisme merupakan kepedulian perawat terhadap kesejahteraan pasien, bisa dimaknai juga sebagai panggilan jiwa atas keadaan yang membutuhkan pertolongan tanpa memandang dari sisi mana pun kecuali dari sisi humanistik. Bagaimana perawat bisa membantu pasien dalam mengatasi masalahnya tanpa ada unsur-unsur tertentu, dalam benak perawat yang ada adalah menolong yang didasari penuh kasih sayang dan kemanusiaan. Perawat selalu hadir saat diperlukan pasien, perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan harus dengan sungguh-sungguh dan penuh perhatian. Altruisme tumbuh dalam diri perawat karena dalam jiwa perawat tertanam nilai-nilai yang esensial dari jati diri perawat yang profesional dengan payung kode etik keperawatan.
ADVERTISEMENT
Perawat dalam menjalankan profesinya tertanam nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi. Dalam jiwa perawat, ada dorongan dalam memberikan pelayanan keperawatan secara total dan komprehensif, tidak hanya sekadar “punya pekerjaan.” Dalam diri perawat tertanam konsep “kuabdikan sebagian hidup ini demi kemanusiaan” sehingga apa pun bentuk kegiatannya, jika mengandung unsur yang dapat meringankan penderitaan orang lain, jiwa altruism perawat terpanggil untuk memberikan pertolongan tanpa pamrih.
Perawat sebagai role model
Seorang perawat harus sadar bahwa apa yang dilakukannya selalu menjadi sorotan dan teladan bagi pasien dan keluarganya sehingga perawat harus mampu menjaga image. Seseorang akan terkesima dengan pembawaan yang mencerminkan sebuah objek yang patut ditiru melalui proses imitasi dengan harapan adanya transfer attitude dengan mencontoh perilaku dan kepribadian yang baik. Perawat harus sadar bahwa perilakunya di ruangan perawatan selalu dimonitor pasien maupun keluarganya, sehingga perawat harus mampu mengatur dirinya sendiri dalam berpenampilan maupun berperilaku agar pasien dan keluarganya merasa terkesan. Baik dalam pelaksanaan proses keperawatan, pasien membutuhkan perawat yang dapat diteladani dan menjadi panutan dalam mengubah perilaku pasien yang cenderung destruktif dan sulit dikendalikan akibat dari beban penyakit yang diderita.
ADVERTISEMENT
Perawat merupakan tenaga kesehatan yang paling sering melakukan kontak dengan pasien, kepribadian yang baik bukan hanya memungkinkan perawat untuk dapat melaksanakan praktik dengan lebih efisien, tetapi juga memungkinkan perawat sebagai model yang sehat bagi pasien dan keluarga. Perawat memberikan contoh yang baik dalam setiap tindakan keperawatan melalui sikap dan perilakunya. Sehingga dalam melaksanakan tindakan keperawatan, perawat harus mampu memisahkan diri antara kehidupan pribadi dengan kehidupan profesional yang sedang dijalani.