Konten dari Pengguna

Upacara Tradisi Ruwatan Masal Kayangan Api

Ira Sugiarnik
Mahasiswa Universitas Jember
7 April 2022 14:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ira Sugiarnik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar kayangan api di ambil dari shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Gambar kayangan api di ambil dari shutterstock
ADVERTISEMENT
Upacara Ruwatan Masal merupakan upacara rutin yang dilaksanakan oleh masyarakat kota Bojonegoro. Tujuan pelaksanaan upacara ini adalah membuang kotoran atau penyakit pada tubuh seseorang agar terlindungi dari bahaya di dunia luar. Upacara ini dilakukan khusus di api keabadian atau biasanya dikenal dengan kayangan api. Dengan kentalnya tradisi leluhur yang masih melekat pada masyarakat Bojonegoro, akhirnya upacara ini selalu dilakukan agar terhindar dari malapetaka dan terlepas dari bencana di dalam hidupnya.
ADVERTISEMENT
Dalam upacara ini ada yang dilakukan individu dan ada yang dilakukan secara bersama-sama. Secara individu upacara ini dilakukan dalam bentuk mengadakan pertunjukan wayang, atau hanya memanggil dalang tanpa sinden dan gamelan. Namun biasanya hanya mendatangkan kiai untuk membacakan ayat suci al-qur'an bagi yang beragam Islam.
Sedangkan upacara yang secara bersama-sama kini dilaksanakan dengan modern. Tempat pelaksanaan dilakukan di desa Sendangharjo kecamatan Ngasem kabupaten Bojonegoro. Tempat khusus itu bernama Kayangan Api, merupakan api keabadian yang merupakan wisata Bojonegoro. Koordinasi dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kabupaten Bojonegoro melakukan upacara ruwatan ini dengan 3 sesi.
Pertama, sesi pra acara. Sesi ini merupakan sesi alunan gamelan jawa dan nyanyian sinden dan tarian yang memberi rasa kebersamaan antar masyarakat bojonegoro.
ADVERTISEMENT
Kedua, sesi inti. Sesi inti ini biasanya pengambilan api keabadian yang dilakukan oleh juru kunci kayangan api kemudian di berikan kepada bupati atau yang mewakili. Pengambilan api ini dimaksudkan untuk kelestarian api keabadian dan meningkatkan semangat membara dalam mencari kebaikan serta rezeki yang tidak ada habisnya.
Selanjutnya dilaksanakan pembacaan doa berbahasa jawa oleh juru kunci dan kiai. Hal ini dilakukan dengan tujuan utama yaitu membuang segala penyakit pada masyarakat. Selain itu juga bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya dan kejahatan di luar sana.
Ketiga, sesi penutupan. Pada penutupan biasanya dimainkannya tradisi wayang oleh dalang yang bertugas, tujuannya hanya memberi gambaran kehidupan dahulu, agar tidak melupakan tradisi ini. Biasanya dalang menceritakan kisah kerajaan dulu agar masyarakat dapat mengambil nilai yang ada pada cerita wayang tersebut.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya upacara ini merupakan upacara yang hanya dilakukan bersama, namun karena masyarakat takut berhalangan hadir terkadang masyarakat melaksanakan sendiri di rumah. Upacara ini memberikan nilai yang positif karena didalamnya masih melestarikan tradisi leluhur.
Pada tahun 2016 masyarakat Bojonegoro tidak melaksanakan upacara ruwatan masal ini, akibatnya bencana angin sering muncul sehingga merubuhkan beberapa perumahan, dan adanya penyakit yang menyebar pada anak-anak. Oleh karena itu masyarakat Bojonegoro melaksanakan rutin upacara ini demi keselamatan bersama. Meskipun pada saat ditengah pandemi upacara ini tetap dilaksanakan dengan mematuhi protokol kesehatan dari pemerintah. Namun dengan seiring perkembangan zaman upacara ini telah berubah, mulai dari sesi awal hingga akhir. Tetapi tidak meninggalkan untuk pengambilan api abadinya.
Upacara ruwatan masal ini dikemas semenarik mungkin agar layak untuk dijual dan layak untuk dikunjungi. Perubahan bentuk upacara ruwatan menyebabkan terjadinya perubahan makna. Tingkat kesakralan yang dirasakan pada upacara ruwatan telah luntur seiring diadakan secara masal. Dengan adanya sponsor yang mendukung acara menyebabkan perubahan makna upacara.
ADVERTISEMENT