Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Peperangan Bubat: Pengaruh Budaya dalam Sejarah Jawa-Sunda
23 Desember 2024 15:29 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Irdzie Rabbani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Peperangan Bubat adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah Indonesia yang melibatkan dua kerajaan besar di Pulau Jawa pada abad ke-14: Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sunda. Perang ini terjadi sekitar tahun 1357, dan tidak hanya berkaitan dengan pertarungan fisik, tetapi juga mencerminkan dinamika sosial, politik, dan budaya yang lebih dalam. Dalam kajian antropologi, peperangan Bubat menawarkan wawasan mengenai bagaimana konflik antarkerajaan dapat dipengaruhi oleh perbedaan budaya, peran kekuasaan, serta strategi sosial dalam menjaga martabat dan identitas masing-masing pihak.
ADVERTISEMENT
Artikel ini akan mengkaji peperangan Bubat dari perspektif antropologi sejarah, dengan menyoroti penyebab, peristiwa, serta dampaknya terhadap masyarakat Sunda dan Majapahit. Selain itu, artikel ini juga akan membahas bagaimana peperangan ini mencerminkan konflik budaya dan identitas, serta bagaimana peristiwa ini memengaruhi struktur sosial dan politik kedua kerajaan.
1. Latar Belakang Peperangan Bubat
Pada abad ke-14, Kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh Raja Hayam Wuruk sedang berada di puncak kejayaannya. Majapahit memiliki ambisi besar untuk menguasai hampir seluruh Nusantara dan memperluas pengaruhnya, baik secara politik maupun budaya. Salah satu langkah politik yang diambil oleh Majapahit adalah dengan menjalin hubungan diplomatik dan pernikahan politik dengan kerajaan-kerajaan tetangganya, termasuk Kerajaan Sunda di bagian barat Pulau Jawa.
ADVERTISEMENT
Kerajaan Sunda, yang saat itu dipimpin oleh Prabu Linggabuana, adalah kerajaan yang lebih tua dan memiliki tradisi budaya yang kuat, terutama dalam ajaran Hindu-Buddha. Sunda juga memiliki kedudukan strategis, terutama dalam perdagangan, yang membuatnya menjadi salah satu kekuatan penting di Jawa Barat.
Puncak ketegangan yang mengarah pada peperangan Bubat terjadi ketika Raja Hayam Wuruk mengirimkan utusan ke Kerajaan Sunda untuk meminta Putri Citraresmi, putri dari Prabu Linggabuana, untuk dipersunting. Pernikahan politik ini dimaksudkan untuk mempererat hubungan antara kedua kerajaan, namun, ketegangan muncul karena adanya perbedaan pandangan mengenai kedudukan dan status pernikahan tersebut.
2. Penyebab Peperangan Bubat
Beberapa faktor antropologis yang menyebabkan terjadinya peperangan Bubat antara lain adalah:
a. Perebutan Status dan Kehormatan
ADVERTISEMENT
Pernikahan yang diusulkan oleh Majapahit tampaknya tidak hanya dilihat sebagai sekadar pernikahan politik, tetapi juga sebagai simbol dominasi Majapahit atas Kerajaan Sunda. Majapahit pada saat itu ingin menjadikan pernikahan ini sebagai cara untuk memperkuat klaim mereka atas wilayah Sunda. Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada, yang berambisi memperluas pengaruh Majapahit, berharap agar Sunda mengakui keunggulan Majapahit melalui ikatan ini.
Namun, bagi Prabu Linggabuana dan masyarakat Sunda, pernikahan tersebut menjadi persoalan penghormatan terhadap kerajaan mereka. Sunda adalah kerajaan yang telah lama berdiri, dengan kebudayaan yang kaya dan identitas yang kuat. Pernikahan politik ini, bagi mereka, tidak boleh mengurangi martabat dan kedaulatan mereka. Prabu Linggabuana dan para penasihatnya mungkin merasa bahwa pernikahan itu akan merendahkan posisi Sunda sebagai kerajaan yang memiliki kehormatan.
ADVERTISEMENT
b. Perbedaan Budaya dan Agama
Majapahit pada masa Raja Hayam Wuruk sangat dipengaruhi oleh agama Hindu-Buddha, meskipun pengaruh Islam juga mulai terlihat pada masa ini. Kerajaan Sunda, meskipun memiliki hubungan dengan agama-agama tersebut, juga mempertahankan tradisi-tradisi mereka yang lebih lokal, termasuk dalam hal politik dan sosial. Perbedaan ini mungkin menjadi salah satu akar ketegangan, di mana pernikahan antara dua kerajaan ini tidak hanya dilihat sebagai ikatan politik, tetapi juga sebagai simbol dominasi budaya.
c. Ketidaksetujuan dalam Pengaturan Pernikahan
Tuntutan Majapahit agar pernikahan tersebut dilaksanakan dengan simbol-simbol ketundukan, seperti pengakuan atas kekuasaan Majapahit, memunculkan rasa tidak puas di kalangan Raja Linggabuana dan bangsawan Sunda. Keinginan Majapahit untuk melihat Sunda sebagai bagian dari wilayah kekuasaannya dipandang sebagai penghinaan bagi kedaulatan Sunda, yang mengarah pada konflik.
ADVERTISEMENT
3. Peristiwa Peperangan di Bubat
Peperangan Bubat sendiri terjadi ketika pasukan Majapahit bertemu dengan pasukan Sunda di Bubat, yang kini diperkirakan berada di sekitar daerah Cirebon. Pada saat itu, pasukan Majapahit, yang jauh lebih besar dan lebih terlatih, menghadapi pasukan Sunda dalam pertempuran yang berujung pada pemusnahan besar-besaran.
• Perebutan Kehormatan: Ketika utusan Majapahit tiba untuk membawa Putri Citraresmi dan melaksanakan pernikahan, ketegangan mencapai puncaknya. Setelah beberapa perundingan gagal, Prabu Linggabuana memutuskan untuk melawan. Pasukan Sunda pun bersiap menghadapi pasukan Majapahit di medan perang.
• Tragedi di Bubat: Dalam pertempuran yang terjadi, hampir seluruh pasukan Sunda, termasuk Raja Linggabuana, gugur. Putri Citraresmi, yang juga terlibat dalam peristiwa ini, dikatakan bunuh diri sebagai bentuk penolakan terhadap pernikahan tersebut. Tragedi ini tidak hanya mengakhiri kehidupan banyak prajurit dan bangsawan Sunda, tetapi juga menghancurkan hubungan antara Majapahit dan Sunda untuk waktu yang lama.
ADVERTISEMENT
4. Dampak Peperangan Bubat terhadap Masyarakat dan Budaya
a. Perubahan Sosial di Sunda
Peperangan Bubat meninggalkan luka mendalam bagi masyarakat Sunda. Setelah kehilangan raja dan banyak bangsawannya, masyarakat Sunda mengalami kekosongan kepemimpinan dan kehilangan otonomi politik yang mereka miliki. Kemenangan Majapahit atas Sunda mempercepat proses asimilasi budaya Sunda ke dalam pengaruh Majapahit, meskipun identitas Sunda tetap bertahan dalam bentuk-bentuk tertentu, seperti bahasa dan tradisi lokal.
b. Penyebaran Pengaruh Majapahit
Setelah peperangan, Majapahit semakin menguatkan pengaruhnya di Jawa Barat. Banyak wilayah Sunda yang akhirnya masuk ke dalam wilayah kekuasaan Majapahit, meskipun masyarakatnya tetap mempertahankan elemen-elemen budaya Sunda dalam kehidupan sehari-hari mereka. Pengaruh Majapahit terhadap budaya Sunda, terutama dalam hal seni, sastra, dan agama, menjadi lebih nyata setelah peperangan ini.
ADVERTISEMENT
c. Pergeseran Identitas dan Kehormatan
Bagi masyarakat Sunda, peperangan Bubat dan tragedi yang menyertainya menjadi simbol perjuangan mempertahankan kehormatan dan identitas budaya. Walaupun kalah dalam pertempuran, masyarakat Sunda tetap mempertahankan keberagaman budaya mereka dan menolak homogenisasi yang dibawa oleh kekuatan luar. Peperangan Bubat juga menunjukkan bagaimana konflik budaya dapat mengarah pada pertarungan untuk mempertahankan kekuasaan, martabat, dan nilai-nilai yang diyakini oleh suatu masyarakat.
5. Relevansi Peperangan Bubat dalam Kajian Antropologi
Dari perspektif antropologi, peperangan Bubat tidak hanya merupakan pertempuran militer, tetapi juga cerminan dari perjuangan identitas budaya. Dalam hal ini, peperangan Sunda-Majapahit di Bubat menunjukkan bagaimana konflik sosial dan politik dapat dipicu oleh perbedaan pandangan tentang status, kehormatan, dan kekuasaan. Peperangan ini juga mencerminkan bagaimana budaya dan nilai-nilai sosial menjadi faktor yang memengaruhi keputusan politik, serta bagaimana peperangan dapat mengubah dinamika sosial dan budaya dalam masyarakat.
ADVERTISEMENT
Peperangan Bubat menunjukkan bahwa pernikahan politik dan hubungan diplomatik dapat membawa dampak yang jauh lebih besar, terutama ketika melibatkan perbedaan budaya dan identitas yang kuat. Selain itu, peperangan ini juga menggambarkan konflik antarbangsa yang tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga berakar pada perbedaan dalam nilai-nilai budaya, agama, dan kekuasaan yang mendalam.
Live Update