Konten dari Pengguna

Pengaruh Diet Intermittent Fasting Pada Proses Metabolisme Dalam Tubuh

Irena Dwi Mulyaningtias
Mahasiswa Ilmu Pangan, Pascasarjana IPB
12 Juni 2024 6:19 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Irena Dwi Mulyaningtias tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Gambar : Freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Gambar : Freepik.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Apa itu Intermittent Fasting?
Intermiitent fasting melibatkan interval waktu dimana asupan makanan dibatasi untuk periode waktu yang lama. Diet dengan cara ini dapat digunakan untuk upaya penurunan berat badan dan untuk kesehatan lainnya (Li dan Heber, et al., 2021). Intermiitent fasting adalah diet dengan metode untuk mengatur pola makan dengan cara tidak makan selama beberapa waktu, jadi diet ini dapat ditentukan kapan harus makan dan kapan untuk berhenti makan.
ADVERTISEMENT
Cara Terapkan Intermittent Fasting (Nye, et al., 2024) :
a. Metode 16/8
Metode intermittent fasting dengan cara tidak makan selama 16 jam setiap hari dan makan dalam jangka waktu 8 jam. Misalnya, seseorang mungkin melewatkan sarapan dan makan antara pukul 12:00 hingga 20:00.
b. Pola makan 5:2
Metode intermiitent fasting ini dengan cara makan normal selama 5 hari dalam seminggu dan membatasi asupan kalori hingga 500-600 kalori pada 2 hari lainnya yang tidak berturut-turut setiap hari.
c. Metode eat-stop-eat
Metode intermiitent fasting dengan cara puasa penuh 24 jam sekali atau dua kali seminggu. Misalnya, seseorang makan malam pada pukul 7 malam dan tidak makan lagi hingga pukul 7 malam keesokan harinya.
ADVERTISEMENT
d. Metode 12/12
Metode intermiitent fasting dengan cara puasa selama 12 jam setiap hari dan makan dalam jangka waktu 12 jam. Misalnya, seseorang makan antara pukul 08:00 hingga 20:00.
e. Metode Warrior diet
Metode intermiitent fasting dengan cara makan dalam waktu 4 jam setiap malam dan puasa selama 20 jam atau dengan cara makan sedikit buah dan sayuran mentah selama periode 20 jam dan makan satu kali besar di malam hari dalam waktu 4 jam.
Manfaat dan Tantangan pada Kesehatan dan Penyakit (Tinsley dan Bounty, 2024) :
Beberapa manfaat pada kesehatan dan penyakit yang didapatkan jika melakukan diet intermiitent fasting yaitu sebagai berikut penurunan berat badan dan massa lemak, dapat memperbaiki beberapa faktor risiko penyakit kardiovaskular seperti penurunan total kolesterol trigliserida, tekanan darah dan kolesterol LDL, peningkatan sensivitas insulin, perbaikan metabolisme dan kesehatan jantung serta meningkatkan fungsi otak dan mengurangi peradangan. Sedangkan beberapa tantangan pada kesehatan dan penyakit yaitu salah satunya adanya efek samping dari menerapkan diet intermiitent fasting seperti sakit kepala, lesu, sembelit, dehidrasi, hipoglikemia, gangguan tidur, gangguan makan, pusing dan mudah tersinggung
ADVERTISEMENT
Bagaimana Proses Metabolisme Diet dengan Intermiitent Fasting?
Berbicara tentang intermittent fasting dan pengaruhnya terhadap kesehatan, penting untuk memahami fisiologi dasar metabolisme glukosa dan lipid serta konsep "metabolic switching" yang terjadi selama keadaan puasa. Metabolisme energi selama makan dan puasa, yang dikenal sebagai "siklus glukosa-asam lemak", di mana glukosa dan asam lemak bersaing untuk dioksidasi (Vasim et al. 2022). Siklus fed-fast memiliki empat tahap, yaitu fed state, post absorptive state/early fasting state, the fasting state, dan the starvation atau long-term fast state (Stockman et al. 2018). Glukosa adalah sumber energi utama untuk sebagian besar jaringan saat siang hari. Setelah makan, glukosa digunakan sebagai energi dan lemak disimpan sebagai trigliserida dalam jaringan adiposa. Selama periode puasa yang berkepanjangan, trigliserida dari jaringan adiposa diubah menjadi asam lemak dan gliserol, yang kemudian dimetabolisme untuk energi. Hati kemudian mengubah asam lemak menjadi badan keton, yang selama puasa menjadi sumber energi utama bagi banyak jaringan terutama otak.
ADVERTISEMENT
Permulaan perubahan metabolik terjadi ketika kondisi keseimbangan energi negatif berupa simpanan glikogen hati habis dan asam lemak dimetabolisme. Hal ini biasanya terjadi lebih dari 12 jam setelah penghentian asupan makanan. Melalui pengurangan asupan karbohidrat, puasa menghabiskan glikogen hati, memobilisasi asam lemak dari jaringan adiposa, dan merangsang β-oksidasi hati dengan peningkatan produksi keton (β-hidroksibutirat). Pada hari yang melibatkan puasa, keton semakin meningkat dan kadar glukosa secara konsisten rendah, sedangkan pada hari dengan konsumsi makanan, keton tetap rendah dan kadar glukosa meningkat di sekitar konsumsi makanan (Anton et al. 2018).
Perubahan metabolisme jaringan adiposa selama puasa sebagian besar disebabkan oleh perubahan kadar plasma berbagai hormon. Hormon penting dalam metabolik yang mengalami penurunan selama puasa antara lain insulin dan leptin. Insulin adalah hormon pendorong utama dalam keadaan makan, dimana tubuh menggunakan glukosa sebagai bahan bakar. Sebaliknya, efek langsung leptin pada metabolisme adiposit tidak terlalu besar. Hormon metabolik yang kadarnya meningkat selama puasa yaitu kortisol, hormon pertumbuhan, glukagon, adrenalin, dan noradrenalin. Adrenalin mengatur jalur metabolisme melalui jalur hormonal, sedangkan noradrenalin bekerja terutama melalui stimulasi saraf simpatis. sedangkan dalam keadaan puasa glukagon adalah hormon utama yang di simpan dalam glikogen hati sebagai energi. Dalam studi klinis, rejimen puasa intermiten terutama ditargetkan untuk menangkal obesitas dan memaksimalkan efek pada hidup sehat dengan mengurangi perkembangan penyakit kardiovaskular, hipertensi, dan diabetes melitus type 2.
ADVERTISEMENT
Ada banyak perubahan enzimatik yang disebabkan oleh adaptasi tubuh terhadap intermittent fasting, yang berkontribusi pada berbagai manfaat metabolik berdasarkan pendapat dari (Fairuz et al., 2024), Perubahan enzimatik yang dimulai dari adanya penurunan insulin dan peningkatan glukagon dimana selama puasa, kadar insulin dalam darah turun dan kadar glukagon meningkat. Ini mendorong glikogenolisis (pemecahan glikogen) di hati dan glukoneogenesis (produksi glukosa baru dari sumber non-karbohidrat), yang memberikan energi untuk sel-sel tubuh saat sumber glukosa eksternal terbatas. Selain itu adanya aktivasi lipase hormon sensitive yang dimana adanya penurunan insulin dan peningkatan glukagon juga mengaktifkan lipase hormon sensitif, yang memecah trigliserida yang ada dalam sel lemak menjadi gliserol dan asam lemak bebas. Berbagai jaringan tubuh, termasuk otot dan hati, kemudian menggunakan asam lemak bebas sebagai sumber energi serta terjadi peningkatan Enzim Beta-Oksidasi yaitu proses beta-oksidasi terjadi di hati untuk mengubah asam lemak bebas menjadi badan keton. Sumber energi alternatif, terutama bagi otak selama puasa, adalah badan keton ini.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ada perubahan adaptasi seluler yang disebabkan oleh adaptasi tubuh terhadap intermittent fasting yang berkontribusi pada berbagai manfaat metabolik berdasarkan pendapat dari (Fairuz et al., 2024), Autofagi yaitu puasa merangsang proses autofagi, di mana sel-sel tubuh menghancurkan dan mendaur ulang bagian yang rusak atau tidak berguna. Perbaikan DNA yaitu Puasa juga merangsang mekanisme perbaikan DNA. Sel-sel tubuh menjadi lebih baik dalam memperbaiki kerusakan DNA, yang mencegah mutasi dan perkembangan kanker. Terakhir, mitofagi yaitu ini adalah jenis autofagi khusus yang berfokus pada pembuangan mitokondria yang rusak. Ini membantu dalam pemeliharaan sel dan mencegah akumulasi protein yang salah lipat atau rusak yang dapat menyebabkan penyakit degeneratif. Mitokondria yang sehat sangat penting untuk produksi energi dan fungsi seluler yang optimal.
ADVERTISEMENT