Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Mengandalkan LLL: Apakah Latecomers Perlu Strategi Tambahan di Ekonomi Global?
5 Desember 2024 11:09 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Irene Kusuma Palmarani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Latecomers dewasa ini mengandalkan LLL sebagai strategi untuk meningkatkan daya saingnya di pasar ekonomi global. Namun, apakah strategi tersebut cukup untuk menuju internasional? Apakah perlu strategi tambahan untuk mempercepat penguatan posisi latecomers di pasar ekonomi global?
ADVERTISEMENT
Berbicara tentang negara berkembang, maka secara tidak langsung kita akan terasosiasikan dengan Global South yang selalu dibandingkan dengan negara-negara Global North. Global South menggambarkan negara-negara berkembang, sementara Global North menggambarkan negara-negara maju. Tidak hanya negara maju saja, namun negara-negara berkembang juga berperan aktif di dalam pasar global. Meskipun demikian, dengan kesenjangan yang terjadi antara Global South dengan Global North, perlu upaya dan strategi dari negara-negara berkembang untuk menghadapi dinamika pasar ekonomi global dalam rangka meningkatkan daya saingnya di tingkat internasional.
ADVERTISEMENT
Terminologi Latecomers
Global North dan Global South merupakan sebutan familiar untuk membedakan kelompok negara maju dan negara berkembang, Kedua kelompok negara ini memiliki perbedaan yang mencolok hampir di semua bidang. Istilah “pioneers” dan “latecomers” kemudian digunakan untuk menggambarkan kondisi keduanya. Latecomers digambarkan sebagai kondisi negara-negara yang baru merdeka dan cenderung miskin. Sementara pioneers, digambarkan dengan kondisi negara-negara kaya dan maju. Apabila dilihat dalam konteks pembangunan ekonomi, negara-negara berkembang mengalami proses “latecomers catch-up with pioneers”.
Gambaran lain mengenai latecomers dapat dilihat dari sudut pandang teknologi dan pasar. Pertama, latecomers digambarkan sebagai kondisi jauh dari sumber teknologi dan R&D, serta tertinggal dalam ilmu pengetahuan, rekayasa, dan teknologi. Ke-dua, latecomers terpisah dari pasar internasional utama yang sebenarnya ingin mereka suplai, justru lebih sering berurusan dengan pasar lokal yang kecil, terbatas, bahkan terbelakang. Kerugian ini membuat keunggulan kompetitif latecomers menjadi tertinggal dibandingkan industri di negara maju.
ADVERTISEMENT
Siklus Catch-Up
Catch-up adalah proses dari entitas (bisa negara namun secara umum adalah perusahaan) yang mengurangi atau menghilangkan kesenjangan teknologi dan pangsa pasar dengan negara maju dalam periode tertentu. Istilah ini sering digunakan oleh negara berkembang yang berusaha meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kualitas hidup untuk mencapai level yang sama dengan negara maju. Negara atau perusahaan akan berusaha mengejar ketertinggalan dalam hal pertumbuhan, teknologi, maupun perkembangan dibandingkan dengan negara yang lebih maju.
Bagi latecomers di negara berkembang, siklus ini lebih ditekankan pada mengejar atau melampaui negara maju melalui kemajuan teknologi. Perlu adanya percepatan dan langkah besar untuk mengalami pertumbuhan teknologi yang berkelanjutan, tidak terputus, tidak terhambat, yang berhubungan positif dengan kemampuan teknologi perusahaan dan prioritas pada pembangunan kemampuan inovasi teknologi serta dukungan regulasi yang tepat.
ADVERTISEMENT
Tantangan Menuju Pasar Global
Latecomers mengacu pada perusahaan-perusahaan dari negara berkembang, mencoba memasuki pasar global. Salah satu keunggulan latecomers adalah adanya peluang yang memungkinkan fleksibilitas atau peluang adaptasi terhadap perusahaan pasar, yang tidak dimiliki perusahaan yang lebih dulu beroperasi. Meskipun demikian, terdapat tantangan yang harus dihadapi untuk dapat berkembang menjadi EMNCs (Emerging Market Multinational Corporations) dan bersaing di pasar global.
Pertama, bagaimana perusahaan menggunakan dan memanfaatkan berbagai jenis inovasi strategis dan organisasinya untuk membangun keberadaan sektor industri di kelas dunia. Hal ini terkait dengan keseimbangan antara strategi dan kapasitas teknologi yang berkaitan erat dengan sumber daya perusahaan, baik sumber daya manusia, sumber daya produksi, maupun sumber daya finansial. Kedua, perlunya dukungan kebijakan namun kebijakan tersebut dibuat melalui proses yang kompleks. Efektivitas intervensi pemerintah dalam proses ini perlu disesuaikan dengan tepat untuk memicu langkah strategis transformasi tersebut. Ketiga, kemampuan teknologi para pendatang baru berkembang pesat. Pemerintah dan perusahaan harus mempertimbangkan secara strategis struktur sistem inovasi untuk memastikan adaptabilitas dinamis terhadap lingkungan yang semakin kompetitif.
ADVERTISEMENT
Strategi LLL + L
Untuk mengatasi tantangan menuju pasar global, maka diperlukan proses internasionalisasi perusahaan yang tepat, dengan menggunakan strategi LLL (Linkage, Leverage, and Learning).
• Linkage, perusahaan latecomers harus mampu menciptakan hubungan strategis dengan perusahaan lain, baik dalam hal teknologi, pasar, maupun sumber daya.
• Leverage, perusahaan latecomers juga harus dapat memanfaatkan sumber daya atau aset yang dimiliki, terutama aset eksternal, seperti: keahlian, teknologi, jejaring dengan MNC lain misalnya, untuk memaksimalkan efisiensi dan efektivitas guna mempercepat ekspansi internasional.
• Dan Learning, dimana selama proses tersebut, adanya pembelajaran untuk pengembangan dan perbaikan harus terus dilakukan untuk meningkatkan inovasi dan adaptasi terhadap perubahan global.
Dengan kata lain, LLL berfokus pada kolaborasi, adaptasi, dan pembelajaran. Hal ini dapat digunakan latecomers untuk memanfaatkan fleksibilitas, koneksi, dan pembelajaran supaya dapat bersaing secara global. LLL memungkinkan perusahaan mempercepat proses internasionalisasinya, memperkuat posisi di pasar global, dan membantu mengejar ketertinggalan. Oleh karenanya, LLL menjadi strategi yang sangat efektif dalam menghadapi pasar global.
ADVERTISEMENT
Meskipun demikian, perlu ditambahkan strategi yang bisa membantu latecomers untuk lebih kompetitif. Perusahaan dari negara berkembang sering mengalami tantangan seperti keterbatasan sumber daya, teknologi, dan akses pasar global. Oleh karena itu dapat ditambahkan strategi yang diadopsi dari pendekatan klasik OLI (Ownership, Location, Internalization) yang diterapkan oleh negara-negara maju. Dalam hal ini, yang diambil adalah “L” untuk Location.
Perusahaan latecomers dapat menggunakan keuntungan dari lokasi geografis untuk menciptakan keunggulan, seperti dalam hal akses ke pasar, sumber daya, atau biaya yang lebih rendah. Keunggulan yang dimaksud di sini adalah posisi geografis yang strategis, memiliki akses ke pasar yang menjanjikan, dan kebijakan pemerintah yang mendukung investasi asing. Misalnya, lokasi perusahaan berada di wilayah Asia Tenggara dengan biaya tenaga kerja yang lebih murah sehingga akan meningkatkan efisiensi melalui penekanan pada biaya produksi.
ADVERTISEMENT
Dengan ditambahkannya elemen L ini, maka strategi latecomers untuk bisa bersaing di pasar global tidak cukup hanya LLL, namun menjadi LLL + L. Linkage, Leverage, Learning + Location menjadi rumus jalan cepat terkini perusahaan latecomer untuk bisa catch-up with the pioneers sehingga menjadi pemain yang diperhitungkan di pasar global.