Mengenal Duck Syndrom yang Dialami Kalangan Mahasiswa

Josephine Irenetina
Mahasiswa Ilmu Komunikasi BINUS University
Konten dari Pengguna
3 November 2022 14:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Josephine Irenetina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pernah nggak sih, kalian melihat kehidupan teman kalian berjalan dengan mulus? Sering update pencapaiannya, pekerjaan, dan selalu terlihat senang.
ADVERTISEMENT
Jika kalian berpikir dia tidak pernah kesulitan dalam kehidupannya, mungkin kamu salah. Kita tidak akan pernah tahu bagaimana kehidupan seseorang sebenarnya. Bisa saja dibalik pencapaian dan kesuksesannya, pasti ada masalah yang harus dihadapi. Namun, masalah tersebut selalu ditutupi dan disembunyikan agar terlihat baik-baik saja. Mungkin, secara tidak sadar kamu pun juga sering melakukannya.
Setiap orang memiliki cara yang berbeda untuk mengekspresikan dirinya dalam menghadapi masalah. Sebagian orang mungkin sering menutupi masalah yang sedang dihadapi oleh dirinya sendiri. Berusaha terlihat tenang dan bahagia walaupun sedang menghadapi banyak masalah.
Illustrasi, Sumber:Pribadi
Kondisi seperti itu disebut dengan istilah duck syndrom. Istilah duck syndrom sendiri adalah kondisi dimana seseorang berusaha untuk terlihat baik-baik saja padahal ia sedang merasa tertekan karena berbagai masalah yang sedang dihadapi. Sindrom ini pertama kali dikemukakan di Stanford University.
ADVERTISEMENT
Seseorang yang memiliki duck syndrom biasanya cenderung memasang batasan yang realistis terhadap dirinya sendiri. Istilah ini dapat dianalogikan seperti bebek yang sedang berenang dan terlihat tenang padahal di dalam air kakinya terus mengayuh dengan kencang agar ia bisa tetap mengapung. Sindrom ini sebenarnya belum dikatakan sebagai penyakit mental. Namun, dampak dari sindrom ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental.
Duck syndrom umumnya dialami oleh kalangan remaja sampai orang dewasa. Kalangan remaja khususnya mahasiswa atau pelajar mungkin secara tidak sadar pernah mengalami duck syndrom. Sindrom ini bisa terjadi kepada mereka dikarenakan beberapa faktor.
Faktor-faktor yang bisa menjadi penyebab adalah karena tuntutan akademik, ekspektasi yang tinggi dari lingkungan sekitar, terlalu ambisius, self esteem yang rendah, dan persaingan hidup. Bisa juga disebabkan karena mereka memiliki kesabaran yang sangat tinggi sehingga mereka selalu berusaha untuk menerima masalah sampai menyiksa diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Mungkin bagi sebagian mahasiswa yang pernah mengalami kondisi seperti diatas pernah mengalami fase duck syndrom. Banyaknya tugas dan kebijakan akademik lainnya menjadi beban bagi sebagian mahasiswa. Tidak hanya itu, kita hidup berdampingan dengan orang lain, tidak heran jika orang lain juga seringkali menaruh ekspektasi yang tinggi terhadap diri kita.
Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang dikenal sebagai mahasiswa yang aktif dan pintar selalu mendapat pujian dari lingkungan sekitarnya. Untuk mempertahankan citra tersebut, terkadang ia sampai melupakan kapasitas dirinya. Memaksa dirinya agar ia terlihat dapat melakukan semua hal sehingga terlihat aktif. Namun, pada aslinya dirinya tertekan.
Tekanan seperti itu dapat memicu terjadinya duck syndrom, yang dimana ia akan berusaha semaksimal mungkin mendapatkan apa yang diharapkan tanpa memikirkan kapasitas diri dan bertingkah bahwa ia menikmati hidupnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, menjadi orang yang terlalu ambisius juga tidak selamanya terbilang baik. Ada kalanya kita tetap harus memperhatikan diri sendiri. Jangan sampai karena berusaha mendapat apa yang kita mau, kita memaksakan segalanya. Dengan begitu, sama saja kita menipu diri sendiri untuk mencapai kesuksesan.
Banyak sekali mahasiswa yang menipu dirinya sendiri untuk mencapai target mereka. Hal ini dapat kita temukan di lingkungan sekitar. Mungkin kita seringkali melihat teman kita terlihat sukses dan sangat menikmati hidupnya.
Namun, pada kenyataannya dibalik kesuksesan tersebut mereka memendam banyak masalah dan tekanan yang harus dihadapi. Ketika seorang mahasiswa terlalu ambisius untuk mendapatkan banyak pengalaman, mungkin mereka beranggapan bahwa apapun yang mereka lakukan akan memberikan dampak yang positif bagi mereka di kemudian harinya. Berbagai kegiatan kampus seperti organisasi, magang, dan lain-lain dilakukan. Memang tidak ada salahnya mencoba melakukan berbagai hal untuk mencari pengalaman, tetapi perlu diingat bahwa kita juga perlu menyesuaikannya dengan kapasitas diri.
ADVERTISEMENT
Ciri-ciri orang yang mengalami duck syndrom biasanya akan sering merasa kesulitan dalam mengatur pikiran. Banyaknya masalah yang mereka hadapi juga membuat mereka merasa kewalahan sehingga terkadang semuanya seperti di luar kendali mereka. Selain itu, mereka juga akan lebih sering merasa gugup, cepat lelah, dan kesulitan fokus.
Bagi sebagian orang, duck syndrom juga bisa menurunkan tingkat produktivitas mereka. Terlalu banyak masalah yang mereka hadapi justru membuat mereka lebih cepat lelah secara fisik. Jika ciri-ciri atau gejala tersebut dibiarkan, duck syndrom bisa menyebabkan depresi dan gangguan kecemasan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dampak dari duck syndrom bisa mengganggu kesehatan mental.
Solusi yang dapat dilakukan yaitu kita sebagai manusia juga harus dapat mengetahui kapasitas diri sendiri, tidak semua hal bisa kita lakukan, dan tidak semua hal akan berjalan dengan sempurna. Cobalah untuk tingkatkan self esteem.
ADVERTISEMENT
Tidak lupa juga bahwa kita tidak sendiri. Jangan memendam masalah dan berusaha sendiri. Ada kalanya kita memerlukan bantuan dari orang lain baik itu teman dekat, dosen, ataupun keluarga. Namun, jika memang gejala atau ciri-ciri duck syndrom terasa cukup parah, maka kalian perlu melakukan terapi ke psikolog untuk menemukan solusi.