Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Mencari Pemimpin "Nyunda"
11 November 2024 12:33 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Irfan Ansori tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Irfan Ansori, S.Sy*
*Guru MAN 2 Tasikmalaya
Pilkada Serentak 2024 menjadi momen penting bagi Jawa Barat, provinsi dengan kekayaan budaya Sunda yang sangat khas dan berakar di masyarakat. Di tengah dinamika modernisasi dan urbanisasi, khususnya di kota-kota besar yang berbatasan dengan Jakarta, budaya Sunda menghadapi tantangan serius untuk bertahan dan berkembang. Di sinilah peran kepemimpinan di Jawa Barat menjadi krusial, terutama dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya ini di kalangan masyarakat, dari generasi ke generasi.
ADVERTISEMENT
Budaya Sunda bukan sekadar identitas Jawa Barat; ia adalah jiwa dan karakter masyarakatnya. Nilai-nilai kesundaan yang lekat dengan keramahan, gotong royong, dan keseimbangan hidup antara manusia dan alam adalah aset tak ternilai. Sayangnya, seiring dengan semakin kuatnya arus globalisasi dan pengaruh budaya luar, banyak elemen budaya Sunda mulai terlupakan, terutama di daerah perkotaan yang makin berorientasi pada gaya hidup modern.
Komitmen
Oleh karena itu, Jawa Barat membutuhkan seorang pemimpin “Nyunda” yang bukan hanya mengetahui budaya Sunda secara dangkal, tetapi benar-benar mencintai dan berkomitmen untuk menghidupkan serta melestarikannya. Pemimpin “Nyunda” yang diharapkan adalah sosok yang tidak sekadar hadir dalam upacara-upacara adat atau mengenakan pakaian Sunda pada momen-momen tertentu. Pemimpin “Nyunda” sejati akan menunjukkan kepedulian mendalam dengan melahirkan kebijakan konkret yang berdampak pada masyarakat luas.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, pemimpin “Nyunda” bisa memberikan dukungan penuh untuk pelestarian bahasa Sunda sebagai bahasa ibu. Penurunan penggunaan bahasa Sunda, terutama di kalangan anak-anak, menjadi tanda bahwa bahasa lokal ini mulai ditinggalkan. Pemimpin perlu menciptakan kebijakan pendidikan yang memasukkan bahasa Sunda ke dalam kurikulum sekolah secara lebih luas tidak hanya sebagai muatan lokal. Kurikulum yang menjadikan pembelajaran bahasa dan sastra Sunda sebagai bagian penting dari pendidikan di Jawa Barat. Dengan begitu, generasi muda akan lebih mengenal dan mencintai bahasa mereka sendiri.
Selain bahasa, seni dan budaya tradisional, seperti wayang golek, tari jaipong, dan alat musik khas Sunda seperti angklung, juga perlu mendapatkan perhatian khusus. Pemerintah provinsi bisa mendukung seniman lokal dengan memberikan ruang untuk berkarya dan berkolaborasi, baik di tingkat nasional maupun internasional. Gelaran acara budaya yang digagas dan difasilitasi oleh pemerintah dapat menjadi media yang kuat untuk menarik minat masyarakat, terutama anak muda, untuk kembali mengapresiasi seni budaya mereka.
ADVERTISEMENT
Digitalisasi
Dengan memanfaatkan teknologi digital, budaya Sunda dapat menjangkau audiens yang lebih luas, tidak hanya terbatas pada komunitas Sunda itu sendiri. Generasi muda, yang notabene sangat akrab dengan teknologi, dapat dengan mudah mengakses dan mempelajari berbagai aspek budaya Sunda. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya kepunahan budaya akibat kurangnya minat generasi muda terhadap warisan leluhur.
Namun, digitalisasi budaya Sunda juga membawa tantangan tersendiri. Salah satunya adalah bagaimana menjaga keaslian dan kearifan lokal dalam proses adaptasi ke platform digital. Penting untuk menghindari penyederhanaan atau distorsi terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam budaya Sunda. Selain itu, diperlukan juga upaya untuk memastikan bahwa konten digital yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Peran pemimpin dalam hal ini sangatlah krusial. Pemimpin “Nyunda” akan mendorong pengembangan infrastruktur digital yang mendukung pelestarian budaya, serta memberikan dukungan kebijakan dan anggaran yang memadai. Pemimpin “Nyunda” juga perlu menjadi contoh dalam melestarikan budaya Sunda, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam lingkup pelayanan digital pemerintahan.
Fondasi
Terakhir, pemimpin “Nyunda” harus berkomitmen pada budaya Sunda yang menjadikan nilai-nilai kearifan lokal sebagai fondasi dalam pembangunan. Prinsip hidup harmonis dengan alam, sebagaimana yang ada dalam filosofi hidup Sunda, adalah dasar yang tepat untuk mendorong kebijakan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Misalnya, dalam merancang tata kota, pemimpin bisa mempromosikan arsitektur yang menggabungkan elemen-elemen tradisional dengan kebutuhan modern, atau menjaga ruang hijau sebagai wujud penghormatan pada alam.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, pemimpin yang mencintai budaya Sunda tidak hanya memberikan ruang untuk melestarikan warisan leluhur, tetapi juga merangkulnya sebagai bagian dari visi besar pembangunan Jawa Barat. Dengan komitmen ini, budaya Sunda tidak hanya akan bertahan, tetapi juga berkembang, beradaptasi, dan diteruskan dengan penuh kebanggaan ke generasi mendatang. Pilkada Serentak 2024 adalah momentum yang tepat bagi masyarakat Jawa Barat untuk memilih pemimpin yang mengemban tanggung jawab ini. Mari kita tunggu.