Italia vs Turki, Pertandingan Pemicu Perang

Irfan Arfianto
Salah satu mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta yang senang mengisi waktu luang dengan rebahan :)
Konten dari Pengguna
10 Juni 2021 21:56 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Irfan Arfianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada bulan Juli tahun 1911, pemerintah Italia melontarkan tuduhan kepada Kekaisaran Ottoman (Turki) yang telah memperlakukan imigran Italia yang berada di Libya secara tidak layak. Kekaisaran Ottoman diminta untuk menyerahkan wilayah Tripolitania oleh pemerintahan Italia akibat tindakan tersebut. Hal itu tentu ditolak secara mentah-mentah oleh Kekaisaran Ottoman. Peristiwa tersebut akhirnya menciptakan ketegangan di antara kedua belah pihak.
ADVERTISEMENT
Hubungan semakin memanas ketika Italia menuding Kekaisaran Ottoman sedang berusaha menyuplai persenjataan ke Tripolitania pada tanggal 25 September 1911. Sikap tersebut dinilai merupakan bentuk perlawanan terhadap protes yang dilancarkan oleh pemerintah Italia.
Pada akhirnya pada tanggal 28 September 1911, Italia mengeluarkan ultimatum kepada Kekaisaran Ottoman bahwa pihaknya akan melakukan kampanye militer ke Tripolitania. Itulah awal mula meletusnya Perang Italia-Ottoman atau dikenal juga sebagai Perang Italia Turki.
Invasi dimulai dari penguasaan wilayah pantai utara Libya dengan mengirimkan 44 ribu pasukan militer. Sementara itu, jumlah pasukan dari kubu Ottoman tak lebih dari 10 ribu sehingga kubu Italia dengan mudah memukul mundur pasukan Ottoman.
Kubu Ottoman semakin terdesak dengan kekuatan angkatan laut Italia yang mampu mengalahkan pasukan Ottoman yang ingin memberi bala bantuan. Kubu Ottoman justru memperoleh dukungan dari milisi-milisi Arab yang tak ingin di bawah kendali pemerintahan Italia. Akan tetapi, hal itu masih belum mampu membendung pasukan militer Italia.
ADVERTISEMENT
Efektifnya serangan-serangan Italia yang mampu melumpuhkan dan menduduki pos-pos penting membuat posisi kubu Ottoman semakin di ujung tanduk. Kondisi itu diperparah dengan negara-negara Balkan yang menyatakan perang kepada Kekaisaran Ottoman.
Kesepakatan damai ditempuh oleh kubu Ottoman setelah kewalahan menghadapi serangan dari banyak negara secara bersamaan. Negara Swiss menjadi saksi perjanjian damai antara Italia dengan Turki. Perjanjian tersebut berisi penyerahan wilayah Libya kepada pihak Italia dengan catatan kubu Ottoman tetap diperbolehkan berada di Libya untuk mengurus hal yang berkaitan keagamaan.
Perang yang berlangsung selama kurun waktu 19 September 1911 hingga 18 Oktober 1912 dinilai telah menjadi pemantik perang Balkan yang terjadi di daratan Eropa. Kekalahan ini juga menjadi awal dari bencana bagi Kekaisaran Ottoman. Serangkaian kekalahan perang dialami oleh Kekaisaran Ottoman sehingga kedudukannya semakin melemah. Alhasil, Kekaisaran Ottoman harus rela kehilangan daerah kekuasaannya yang wilayahnya hampir meliputi seluruh benua Eropa.
ADVERTISEMENT
***
Antonio Conte melakukan selebrasi setelah mencetak gol ke gawang timnas Turki pada pertemuan terakhir mereka di edisi Piala Eropa pada tahun 2000. Foto: gentlemanultra.com/REUTERS
Seratus sepuluh tahun kemudian setelah pecahnya perang Italia-Turki, peristiwa tersebut kembali terjadi lagi. Kali ini, kedua negara bukan lagi adu kekuatan militer. Akan tetapi, Italia dan Turki akan saling adu taktik dan strategi untuk memenangkan pertandingan sepakbola. Pertandingan Italia melawan Turki akan menjadi pemicu perang sepakbola antar negara-negara Eropa pada gelaran Piala Eropa 2020, sama halnya dengan Perang Italia-Turki menjadi penyulut Perang Balkan.
Timnas Italia memiliki modal bagus untuk menghadapi kompetisi ini. Semenjak gagal tampil di Piala Dunia 2018, Italia bergegas melakukan perbaikan. Alhasil, Italia belum pernah mencicipi kekalahan sejak tahun 2018. Bahkan, tim ini digadang-gadang menjadi favorit juara Piala Eropa 2020. Hasil mulus yang diperoleh skuad Gli Azzuri pada babak kualifikasi membuat Italia tampil percaya diri pada pentas ini. Italia mampu meraih seluruh kemenangan di babak kualifikasi yang mampu mengoleksi 24 poin dari delapan laga.
ADVERTISEMENT
Skuad asuhan Senol Gunes, pelatih timnas Turki, tidak bisa dianggap remeh. Timnas Turki memiliki daya saing tinggi. Hal itu terlihat dari catatan pertandingan mereka selama fase kualifikasi. Turki hanya menderita satu kali kekalahan dari sepuluh pertandingan. Mereka mampu mengoleksi 23 poin dan hanya terpaut 2 angka dari Prancis, sang pemuncak klasemen grup H. Pencapaian tersebut tentunya perlu diwaspadai oleh Italia sebagai calon lawannya. Sulit rasanya untuk memandang sebelah mata kekuatan Turki pada gelaran ini.
Partai pembuka Piala Eropa 2020 antara Italia dengan Turki menjadi sajian pembuka untuk para penggemar sepakbola. Kali ini, Stadion Olimpico Roma menjadi arena sengketa pertempuran kedua negara. Pertandingan ini diprediksi akan berjalan cukup menarik. Turki memiliki ambisi untuk meraih kemenangan perdana mereka atas Italia, karena mereka belum pernah sekalipun menang ketika bersua dengan Italia dari delapan pertandingan. Dengan bekal skuad terbaik Turki tentu bukan tidak mungkin rekor tidak terkalahkan Italia dapat terpecahkan pada pertandingan nanti.
ADVERTISEMENT