Konten dari Pengguna

Menelaah Rendahnya Persentase Master dan Doktor di Indonesia: Salah Siapa?

Irfan kharisma Putra
Lecture, Konsultan Strategi Kewirausahaan Desa, Awardee Beasiswa Pendidikan Indonesia 2023 Mahasiswa Program Doktor Ilmu Manajemen UNAIR
25 Januari 2024 11:10 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Irfan kharisma Putra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
com-Ilustrasi seorang sarjana Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi seorang sarjana Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan global akan inovasi serta penelitian berkualitas, rendahnya persentase doktor di Indonesia menjadi isu yang perlu diperhatikan secara serius. Data terbaru menunjukkan bahwa Indonesia memiliki proporsi master & doktor yang jauh di bawah standar internasional, menunjukkan bahwa ada tantangan yang perlu diatasi dalam mengembangkan sumber daya manusia berprestasi di bidang akademis.
ADVERTISEMENT
Rendahnya persentase master & doktor di Indonesia merupakan sebuah isu yang penting dan perlu diperhatikan. Di bawah ini akan dipaparkan beberapa faktor yang mungkin berkontribusi terhadap rendahnya persentase doktor di Indonesia.
Presiden Jokowi dalam pidatonya di Forum Rektor Indonesia mengatakan bahwa Rasio penduduk berpendidikan S2 dan S3 terhadap populasi produktif itu masih sangat rendah, yakni di angka 0.45 persen. Jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Vietnam, Malaysia yang sudah tembus di angka 2,43 persen, sedang di negara maju angkanya sudah mencapai 9.8 persen.
Infrastruktur pendidikan di Indonesia masih terbatas, terutama di daerah-daerah terpencil. Universitas dan institusi pendidikan yang mampu menawarkan program doktor terbatas, sehingga kesempatan untuk mengambil gelar doktor menjadi terbatas bagi banyak individu.
ADVERTISEMENT
Jumlah dosen dan peneliti yang memiliki kualifikasi doktor di Indonesia juga terbatas. Hal ini dapat menyulitkan proses pembimbingan dan pengawasan mahasiswa yang ingin mengejar gelar doktor. Selain itu, keterbatasan sumber daya manusia juga dapat mempengaruhi jumlah penelitian yang dilakukan, sehingga berdampak pada rendahnya persentase doktor di negara ini.
Menempuh pendidikan master & doktor membutuhkan biaya yang signifikan. Banyak individu mungkin tidak mampu membiayai pendidikan master & doktor karena keterbatasan finansial, mengingat adanya kewajiban finansial lainnya seperti biaya hidup dan tanggung jawab keluarga. Terutama untuk program doktor, kurangnya dukungan keuangan untuk pendidikan doktor dapat menjadi hambatan bagi mereka yang berpotensi menempuh program doktor.
Fasilitas penelitian yang terbatas dan kurangnya kolaborasi antara universitas, industri, dan lembaga pemerintah dapat menghambat proses penelitian. Kolaborasi yang baik antara berbagai pihak dapat mempercepat pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mendorong para peneliti untuk mengejar gelar doktor.
ADVERTISEMENT
Masyarakat Indonesia cenderung menganggap gelar Master & doktor tidak terlalu penting atau berharga. Kurangnya apresiasi terhadap pendidikan master & doktor dapat mengurangi minat individu untuk mengejar gelar tersebut. Selain itu, insentif yang terbatas dalam bentuk tunjangan atau pengakuan profesional juga dapat menjadi faktor penghambat. Di dunia industri misalnya, tidak banyak perusahan yang memberikan insentif khusus bagi karyawan yang ingin meningkatkan pendidikannya.
Dalam menghadapi masalah ini, langkah-langkah strategis perlu diambil untuk meningkatkan jumlah master & doktor di Indonesia. Pemerintah perlu mengalokasikan lebih banyak anggaran untuk peningkatan program master & doktor melalui skema beasiswa atau bantuan penelitian.
Beasiswa LPDP dan BPI merupakan dua Program beasiswa yang eksis di Indonesia dan sangat tinggi peminatnya. Hal ini cukup menarik para pemburu beasiswa untuk bisa mendapatkan golden tiket, hanya saja yang perlu dilakukan pemerintah adalah memastikan kelancaran seluruh proses bisnis beasiswa tersebut dan juga meningkatkan opsi-opsi lainnya yang bisa diakses oleh seluruh warga Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pemerintah perlu membuat gebrakan untuk mempercepat peningkatan pendidikan di Indonesia, seperti program beasiswa khusus dari CSR Perusahaan yang dikerjasamakan dengan desa. Dengan tagline “Desa Memanggil Calon Awardee” saya kira akan cukup menarik. Alokasi anggaran dari CSR bisa menjadi program yang menarik diluar dua program beasiswa yang sudah ada.
Hemat pemikiran saya bahwa peran dari para Awardee aktif & alumni Awardee yang sudah berhasil untuk terus berkontribusi terhadap pendidikan di Indonesia, karena kita tidak bisa mengandalkan program pemerintah saja, namun kesadaran kita bersama akan membawa pendidikan Indonesia maju.
Dengan menanggapi rendahnya persentase pendidikan di Indonesia secara serius, kita dapat membuka jalan menuju masa depan yang lebih inovatif dan berdaya saing tinggi. Investasi dalam sumber daya manusia yang berkualitas dan berkompeten akan menjadi kunci untuk menghadapi tantangan global dan memastikan perkembangan berkelanjutan bagi Indonesia.
ADVERTISEMENT