Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Energi Surya untuk Masa Depan Indonesia
20 Februari 2022 15:25 WIB
Tulisan dari Irfan Muhammad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki wilayah yang luas dan menjadi salah satu dengan populasi tertinggi di dunia sekitar 278 Juta Jiwa. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan pembangunan tiap tahunnya, kebutuhan energi listrik di Indonesia juga semakin meningkat. Kebutuhan energi di Indonesia selama ini diperoleh dari energi fosil seperti minyak bumi dan batu bara. Namun, tidak selamanya energi tersebut dapat mencukupi seluruh kebutuhan dalam jangka panjang dikarenakan cadangan energi khususnya energi yang berasal dari fosil semakin lama semakin menipis dan butuh waktu lama untuk memproduksinya Kembali.
ADVERTISEMENT
Saat ini, konsumsi energi di Indonesia paling banyak di dominasi oleh minyak bumi dan batu bara. Pada tahun 2020 konsumsi energi batu bara mencapai 38% dan konsumsi minyak bumi mencapai 32%, sedangkan konsumi EBT pada tahun 2020 hanya mencapai 11% dari potensi yang dimiliki. Konsumsi energi terbarukan ditargetkan naik menjadi 23% pada tahun 2025 seiring dengan pertumbuhan serta permintaan energi listrik yang naik tiap tahunnya
Indonesia memiliki potensi energi bersih dan terbarukan yang tinggi, Berdasarkan data dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) Indonesia memiliki potensi sebesar 3.686 gigawatt (GW) sumber daya energi baru terbarukan yang luar biasa besar ini terdiri dari energi surya, angin, panas bumi dan bio energi, Namun pemanfaatannya baru mencapai 0.3 persen dari target yang ingin dicapai. Tentunya hal ini akan menjadi tantangan pemerintah dalam transisi energi di Indonesia.
Sebagai negara yang terletak berada di garis khatulistiwa energi surya menjadi salah satu penyumbang energi baru terbarukan terbesar di Indonesia. Berdasarkan data dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), Indonesia memiliki potensi energi surya yakni sekitar 4.8 KWh/m2 atau setara dengan 112.000 GWp. Sayangnya, potensi yang besar itu baru termanfaatkan baru sekitar 10 MWp.
ADVERTISEMENT
Energi surya merupakan sumber energi yang tidak terbatas dan tidak akan pernah habis ketersediaannya dan energi ini juga dapat di manfaatkan sebagai energi alternatif yang akan di ubah menjadi energi listrik, dengan menggunakan sel surya. Panel surya sebagai sumber energi listrik alternatif dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang memerlukan energi listrik, efisiensi penggunaan dari masing masing sumber energi listrik alternatif perlu diketahui agar dalam penggunaannya didapatkan hasil yang maksimal.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) merupakan salah satu aplikasi dari pemanfaatan matahari sebagai sumber energi baru dan terbarukan. Pengoperasian panel surya sangat bergantung pada keadaan lingkungan sekitar kerjanya agar dapat menjadi pembangkit listrik yang mumpuni. Kekurangan dari sistem tenaga surya adalah ketika cahaya matahari tidak dapat menyinari sel surya (kondisi cuaca hujan/berawan) dan juga malam hari, radiasi merupakan salah satu contoh faktor lingkungan yang memberi pengaruh pada kinerja suatu panel surya. Pada kenyataannya, semakin tinggi radiasi panel surya saat bekerja akan meningkatkan efisiensinya.
ADVERTISEMENT
Untuk itu perlu dilakukan suatu inovasi untuk dapat meningkatkan efisiensi kerja dari panel surya tersebut. Biasanya panel surya dipasang pada sudut yang tetap (Fixed elevating angles). Hal ini dapat menyebabkan panel surya tidak dapat bekerja maksimal dalam menyerap radiasi matahari karena matahari hari akan selalu bergerak dalam arah timur-barat yang biasa disebut dengan gerak semu harian matahari dan utara-selatan (disebut gerak semu tahunan matahari). Radiasi matahari akan diserap optimal jika arah radiasi tersebut tegak lurus terhadap permukaan bidang panel surya. Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk tetap mengarahkan panel tersebut agar dapat mengikuti arah gerak matahari yang dikenal sebagai metode penjejakan gerak matahari.
Dalam upaya ini dapat dibantu dengan meletakkan suatu sistem solar tracking yang terdiri dari motor driver untuk menggerakan panel surya sesuai dengan titik maksimum penyinaran matahari atau dengan kata lain menjaga posisi panel surya tetap 90 derajat dengan matahari untuk memaksimalkan penyerapan cahaya matahari oleh panel surya
ADVERTISEMENT
Dengan penambahan sistem tracking dan ini diharapkan akan meningkatkan efisiensi dari kerja panel surya yang digunakan di masa depan, dan menciptakan suatu sistem Interaksi antar sistem lain yang dapat diperluas walaupun sekarang penggunaan energi surya masih minim. Namun, berdasarkan data pengguna PLTS Atap (On-grid PLN), tren penggunaannya di masyarakat terus menunjukkan peningkatan.
PLTS di Indonesia kedepannya dipercaya memiliki potensi yang besar. Semakin banyak masyarakat yang ingin menggabungkan energi listrik konvensional seperti PLN dengan energi alternatif tenaga surya ini. Selain diminati di skala perumahan, kedepannya PLTS ini akan banyak diminati oleh skala industri atau pabrik.
Sektor Energi baru terbarukan diyakini akan membuka peluang lapangan kerja baru bagi 12 juta orang di dunia, selain itu hal ini juga akan membantu komitmen pemerintah Indonesia dalam mewujudkan Net Zero Emission di tahun 2060 dan transisi energi di Indonesia seperti tema yang diusung dalam Presidensi G20 Indonesia “Recover Together, Recover Stronger”
ADVERTISEMENT