Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Tren PLTS di Indonesia
27 Februari 2022 13:43 WIB
Tulisan dari Irfan Muhammad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Berbicara tentang transisi energi pastinya tidak jauh dengan adanya energi surya. Matahari sebagai pusat tata surya memiliki sumber energi yang dimanfaatkan bagi kelangsungan makhluk hidup. Energi surya dikategorikan sebagai energi baru terbarukan karena pemanfaatannya sangat ramah lingkungan dan tidak berdampak buruk bagi makhluk di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Sedangkan pada Perpres Nomor 5 tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi Nasional, energi baru adalah bentuk energi yang dihasilkan oleh teknologi baru baik yang berasal dari energi terbarukan maupun energi tidak terbarukan.
Saat ini total kapasitas terpasang pembangkit listrik di Indonesia adalah sekitar 63.728,71 MW dengan Independent power producer sebagai (IPP) sebagai kontribusi terbesar. Namun 62,19% kapasitas ini masih didominasi oleh pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang menggunakan batu bara sebagai energi utama untuk menggerakan turbin. Lalu bagaimana kondisi energi baru terbarukan di Indonesia khususnya energi surya.
Untuk energi baru terbarukan Indonesia memiliki potensi yang sama besar dengan potensi energi fosil. Contohnya saja untuk geothermal Indonesia memiliki total potensi sekitar 23.9 GW lalu ada juga energi angin dan energi air yang potensi nya hampir mencapai 75 GW. Potensi energi baru terbarukan terbesar adalah energi surya yang memiliki potensi energi sekitar 207.8 GW.
Berdasarkan Solar Resource Map China memiliki potensi energi surya yang sama seperti Indonesia sekitar 4.2 – 4.6 kWh/m2 namun dalam sisi pemanfaatannya negara kita masih kalah dengan China bahkan negara – negara di sekitaran ASEAN. Pada tahun 2019 China menjadi negara terbesar dalam pemanfaatan energi surya dengan kapasitas terpasang sebesar 263 GW, lalu diurutan kedua terdapat Amerika Serikat dengan 62 GW dan Jepang sebesar 61 GW.
ADVERTISEMENT
Indonesia yang terletak di garis khatulistiwa ini tentunya penyebab besarnya potensi energi surya di Indonesia. Hal ini yang membuat energi surya menjadi primadona dalam penggunaan energi dimasa yang akan datang khusunya akan membantu peralihan Indonesia atas ketergantungannya terhadap penggunaan batubara sebagai energi primer.
Data dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) menyebutkan penyebaran potensi energi surya di Indonesia berasal dari beberapa daerah di Indonesia. Terdapat 3 wilayah yang potensi nya cukup besar dibandingkan dengan potensi daerah lainnya. Contohnya saja di daerah bagian timur terdapat NTT sebesar 369,5 GWp, lalu disusul dengan daerah bagian barat seperti Riau dan Sumatera Selatan yang potensinya hamper 300 GWp.
Dalam pengukuran potensi energi surya dapat dilakukan secara langsung (pengukuran langsung) dan pengukuran satelit. Pengukuran langsung bertujuan untuk mengukur Global Horizontal Irradiance dan sunshine duration untuk mengukur durasi matahari secara langsung. Bedanya dengan pengukuran satelit pengukuran ini bertujuan untuk melihat sumber potensi matahari melalui suatu web seperti PVGIS, Global Solar Atlas, dll.
ADVERTISEMENT
Pengukuran secara langsung dapa menggunakan beberapa alat ukur seperti Pyranometer, Pyregeometer, Phyreliometer, dan Sunshine Radiation. Pyranometer dan Phyreliometer berfungsi untuk mengukur iradiasi matahari sedangkat Pyrgeometer berfungsi untuk mengukur global radiasi melalui infrared, sedangkan untuk mengukur durasi matahari dapat menggunakan Sunshine Radiation
Lalu bagaimana energi surya yang potensinya sangat besar ini dapat dimanfaatkan. Dalam pemanfaatan energi surya tentunya tidak dapat langsung dipakai begitu saja. Banyak hal yang perlu diperhatikan mulai dari letak pemasangan panel surya itu sendiri, Hingga apa saja yang diperlukan dalam proses pemasangan panel surya.
PLTS merupakan salah satu pemanfaatan energi surya menjadi energi listrik dengan menggunakan teknologi fotovoltaik, radiasi matahari yang terdiri dari sinar ultraviolet, visible light dan Infrared inilah yang akan diubah menjadi energi listrik. Namun dalam komposisinya Visible light la yang paling banyak digunakan untuk dikonversi menjadi listrik.
ADVERTISEMENT
PLTS sendiri terdiri dari beberapa komponen penting didalam pemasangannya seperti modul surya, sistem baterai, inverter dan solar charge controller. Modul panel surya yang sering dipakasi saat ini adalah jenis monocrystalline, Polycrystalline, Hybrid dan masih banyak yang lain. Modul ini dapat dipasang sesuai dengan keinginan kita ataupun bisa diaplikasikan berdasarkan letak tempat yang ingin kita pasang panel surya
Sel surya bekerja Ketika energi foton yang berasal dari matahari akan diserap dan membentur lapisan semikonduktor yang ada pada panel surya maka akan memisahkan elektron yang akan menciptakan hole bermuatan positif tipe P. Sedangkan, bagian lain akan menerima elektron bebas akan bersifat negatif. Perbedaan daerah ini yang akan menimbulkan energi yang mendorong elektron dan hole bergerak berlawanan dan Ketika diberi suatu beban maka arus listrik akan mengalir.
ADVERTISEMENT
Tren PLTS ini tentunya akan terus meningkat seiring dengan transisi energi di Indonesia. Hal inilah yang membuat PLTS semakin digemari para industri besar maupun kecil, selain ramah lingkungan pemasangan PLTS juga tidak memerlukan tempat yang luas. Untuk industri dan rumah yang tidak memiliki lahan yang cukup untuk pemasangan, PLTS atap menjadi solusi bagi mereka.