Konten dari Pengguna

Kisah Des Alwi: Pertemuan Sjahrir, Hatta, Soeharto, dan Grup Pathuk

Irfan Suparman
Sarjana Hukum
1 Januari 2022 6:22 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Irfan Suparman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Des Alwi tutup usia pada tahun 2010, ia berperan penting dalam sejarah Indonesia. FOTO ANTARA/Teresia May/
zoom-in-whitePerbesar
Des Alwi tutup usia pada tahun 2010, ia berperan penting dalam sejarah Indonesia. FOTO ANTARA/Teresia May/
ADVERTISEMENT
Des Alwi lahir di tanah pengasingan para tahanan politik setelah Boven Digoel, Papua. Ia lahir pada tanggal 17 November 1927 di Banda Neira, Kepulauan Banda, Hindia Belanda kala itu. Pria yang bertemu Sutan Sjahrir dan Mohammad Hatta ini bernama lengkap Des Alwi Abubakar.
ADVERTISEMENT
Pria kelahiran Banda Neira ini masih memiliki garis turunan dari Dinasti Kerajaan Palembang. Ia mendapatkan dari Kakeknya bernama Sultan Mahmud Badaruddin. Pada saat Belanda berhasil menduduki Palembang, kakek Des Alwi ditangkap bersama keluarganya dan diasingkan ke Ternate, Maluku Utara.
Anak Sultan Mahmud Badaruddin, Pangeran Omar pergi ke Pulau Banda pada tahun 1912 dan bekerja di Armada Baadilla. Pangeran Omar menikahi putri Said Tjong Baadilla pada tahun 1923. Des Alwi lahir dan tumbuh di Banda Neira.
Pada tahun 1936 Sutan Sjahrir dan Mohamad Hatta diasingkan ke Banda Neira. Bertemu dengan tokoh-tokoh pejuang dan pemikir bangsa di tanahnya, membentuk pola pikir Des yang kritis terhadap pemerintahan kolonial Belanda. Itu ditulisnya dengan buku berjudul “Friends and Exiles: A Memoir of the Nutmeg Isles and the Indonesian Nationalist Movement”.
ADVERTISEMENT

Kisah Des Alwi dengan Sjahrir dan Hatta

Alwi menceritakan awal pertemuannya dengan Sjahrir dan Hatta pada bulan Februari 1936. Ia bercerita bahwa dua orang tersbut sebelum ke Banda Neira, mereka sempat dipenjara di Jawa dan satu tahun berada di Boven Digoel, Papua (salah satu kamp kosentrasi Belanda). Alwi menyebut Sjahrir dengan sebutan Om Rir.
Sementara itu, Des Alwi merupakan murid Kelas Sore dari Om Kacamata. Begitulah sapaan Des Alwi kepada Wakil Presiden ke-2 Indonesia. Dinamakan Kelas Sore karena sekolah itu mulai pada sore hari di Rumah Tahanan (Rutan) Bung Hatta.
Sebelumnya, Alwi juga bertemu dengan Iwa Koesoema Soemantri dan dr. Tjipto Mangoenkoesoemo. Di awal pertemuan dengan Sjahrir dan Mohammad Hatta, Des Alwi mengantarkan mereka ke rumah Iwa Koesoemantri.
ADVERTISEMENT

Des Alwi bertemu dengan Soeharto

Pada saat Des berada di Yogyakarta, Des melilhat Soeharto terlibat dalam gerekan kemerdekaan pemuda Yogyakarta bernama Pathuk. Alwi menceritakan kesan saat pertama kali bertemu di Pathuk. Menurut Alwi, ia adalah sosok yang tidak banyak cakap dan cerdas. Beberapa saat di Yogyakarta, Alwi dan Soeharto pernah bersama-sama mencuri senjata untuk keperluan perjuangan. Hal itu disebutkan dalam Jurnal Komunikasi yang berjudul “Soeharto dan Gerakan 30 September (G30s) dalam Narasi Memori Media Berita Daring Indonesia”.
Des Alwi meninggal pada 12 November 2010 karena sakit. Semasa hidupnya ia banyak memberikan sumbangan karya sejarah bagi bangsa Indonesia. Khususnya dokumentasi awal kemerdekaan Indonesia.
Peran Des Alwi dalam menulis dan merekam kisah sebelum dan pasca-kemerdekaan Indonesia patut diapresiasi. Untuk itu bangsa Indonesia berhutang budi padanya dalam catatan sejarah, terutama yang terjadi di Banda Neira.
ADVERTISEMENT