Digitalisasi UMKM, Keniscayaan Era Modern

Irfan Wahid
Penasihat Khusus Menko Kemaritiman dan Investasi, Bidang Kepariwisataan | KEIN, Head of Working Group on Creative Industry | Creativepreneur
Konten dari Pengguna
31 Oktober 2017 10:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Irfan Wahid tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi belanja online (Foto: http://davitrans.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi belanja online (Foto: http://davitrans.com)
ADVERTISEMENT
Dunia telah memasuki era di mana fase digitalisasi mulai menyebar ke seluruh aspek kehidupan. Cara-cara konvensional perlahan-lahan berganti menjadi cara-cara modern yang menjunjung tinggi nilai efektifitas dan efisiensi. Indonesia sebagai salah satu negara dengan penduduk terbanyak di dunia juga mengalami fenomena ini kurang lebih dalam 10 tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
Data pengguna internet pada Januari 2017 meningkat menjadi 132.7 juta jiwa atau sekitar 51% dari total penduduk Indonesia (We Are Social, 2017). Data ini menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang belum terpapar dengan dunia digital (lebih dari 50% belum menggunakan internet). Padahal dengan internet, semua pekerjaan akan menjadi lebih dimudahkan salah satunya adalah bisnis UMKM.
Kekuatan digital pada dasarnya dapat dimanfaatkan sebagai mesin penggerak bisnis UMKM di Indonesia. Bagaimana tidak, dengan bantuan internet seorang penjual kue klapertaart di Sulawesi Utara dapat menjual dagangannya ke seorang pembeli yang berada di Banda Aceh. Dengan kata lain, kekuatan digital dapat mendorong penciptaan pasar (yang lebih luas) yang secara tidak langsung akan meningkatkan penerimaan dari setiap bisnis UMKM. Selain itu, para pebisnis UMKM juga bisa menjadi lebih inovatif dan kreatif dalam penciptaan produk dan/atau jasa dalam rangka memenuhi permintaan pasar.
ADVERTISEMENT
Digitalisasi UMKM kemudian menjadi hal yang vital dalam memanfaatkan kemajuan teknologi yang sedemikian pesatnya saat ini. Peningkatan pemanfaatan kekuatan ekonomi digital dapat membantu UMKM lokal membuka pasar dan melebarkan permintaan yang potensial. Sebagai contoh, nilai transaksi dari Go-Food hanya untuk martabak kurang lebih mencapai angka 500 miliar rupiah dalam setahun. Sayangnya, baru kurang dari 5% UMKM lokal Indonesia yang memanfaatkan kekuatan digital tersebut.
Digitalisasi UMKM menjadi sebuah hal yang mendesak untuk dilakukan. Pendampingan dan pelatihan UMKM perlu dilaksanakan agar proses ini berjalan mulus. Membesarkan UMKM adalah membesarkan perekonomian Indonesia. UMKM kita jangan sampai tertinggal untuk mengambil manfaat. Ingat, mereka ini merepresentasikan 99% jumlah pelaku usaha.
Dalam Rembuk Nasional 2017 yang diselenggarakan pada Senin. 23 Oktober 2017 yang lalu, Bidang Rembuk 11 yang bertemakan “Desa Membangun Indonesia melalui Budaya, Wisata, dan Industri Desa Berbasis Kreatifitas” yang saya pimpin, ikut mengangkat isu digitalisasi UMKM ini. Selain itu, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan perkembangan UMKM di Indonesia, Bidang Rembuk 11 juga memberikan memberikan rekomendasi lain berupa pembuatan database UMKM yang lengkap dan terpadu sebagai panduan untuk para investor, menciptakan tren cinta produk UMKM lokal dengan gaya kekinian dengan Presiden sebagai super endorsernya, dan mengadakan KPI (Key Performance Indicator) terpadu untuk kerjasama antar kementerian/lembaga mengingat pemberdayaan UMKM masih terpencar pada 19 kementerian/lembaga yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Database UMKM sangat penting untuk menciptakan iklim bisnis yang lebih menarik bagi para investor baik lokal maupun internasional. Database ini isinya berupa tipe, jenis, industri, dan market size dari setiap UMKM yang ada di Indonesia. Selain itu, penciptaan tren cinta produk lokal dengan Presiden sebagai super endorser akan menjadi sebuah gerakan positif menuju kemandirian UMKM lokal. Sebagaimana diketahui, masyarakat sangat tertarik dengan setiap kegiatan atau produk yang digunakan oleh Presiden. Kita tentu ingat bagaimana salah satu merek jaket bomber asal luar negeri ludes terjual ketika Presiden tampil menggunakannya di depan publik.
Irfan Wahid,
Ketua Bidang Rembuk 11, Rembuk Nasional 2017
Ketua Kelompok Kerja Industri Kreatif Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN)
ADVERTISEMENT