Refleksi Pariwisata Akhir Tahun

Irfan Wahid
Penasihat Khusus Menko Kemaritiman dan Investasi, Bidang Kepariwisataan | KEIN, Head of Working Group on Creative Industry | Creativepreneur
Konten dari Pengguna
30 Desember 2019 16:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Irfan Wahid tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
com-Kementerian Pariwisata, Labuan Bajo Foto: Dok. Kementerian Pariwisata
zoom-in-whitePerbesar
com-Kementerian Pariwisata, Labuan Bajo Foto: Dok. Kementerian Pariwisata
ADVERTISEMENT
Penulis: Irfan Wahid
Penasihat Khusus Menko Kemaritiman dan Investasi, Bidang Kepariwisataan.
ADVERTISEMENT
Siapa yang bisa menampik keindahan alam Indonesia? Tidak hanya alam, beragam daya tarik pariwisata ada di Indonesia: Budaya, sejarah, dan industri kreatif hidup dan telah berkembang sejak puluhan abad yang lalu. Potensi yang besar ini menjadikan sektor pariwisata menjadi salah satu sektor unggulan perekonomian dengan sumbangan devisa terbesar nomor 2 (setelah Crude Palm Oil) hingga kuartal III tahun 2019.
Dari 10 Menjadi 5 Destinasi Super Prioritas
Sektor ini juga tidak lepas dari perhatian Presiden Joko Widodo yang pada tahun 2016 mencetuskan kebijakan 10 Destinasi Prioritas atau yang lebih dikenal dengan 10 Bali Baru. Pada pertengahan tahun 2019, Presiden Jokowi mengerucutkan kebijakan tersebut menjadi 5 Destinasi Super Prioritas: Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Likupang, dan Labuan Bajo.
ADVERTISEMENT
Tujuannya adalah: Mempercepat pembangunan infrastruktur yang sebelumnya tidak menunjukkan kemajuan yang signifikan. Kebijakan '5 Destinasi Super Prioritas' bertujuan untuk menciptakan titik-titik pariwisata baru dengan harapan meningkatkan jumlah kunjungan wisman dan menciptakan variasi opsi destinasi bagi para wisatawan. Dengan kata lain, pariwisata Indonesia bukan hanya Bali semata. Dalam mendukung pengembangan 5 destinasi super prioritas tersebut, Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) juga turut membantu dengan menyiapkan Integrated Tourism Master Plan (ITMP) Danau Toba, Borobudur, dan Mandalika.
Indikator Pariwisata dan Pertumbuhan yang Melambat
Bank Indonesia memprediksi capaian jumlah kunjungan wisman sampai akhir tahun 2019 adalah 16,4 juta orang, meleset dari target 18 juta orang yang sebelumnya dicanangkan. Begitu pula dengan jumlah penerimaan devisa yang meleset dari target. Diprediksi sampai tahun 2019 sebesar 17 miliar USD (target tahun 2019 18,2 miliar USD).
ADVERTISEMENT
Perlambatan yang terjadi sejak 2018 ini diakibatkan oleh beberapa faktor baik internal maupun eksternal. Faktor internal masih berupa kejadian bencana alam, stabilitas geopolitik, dan daya saing yang masih relatif terbatas dengan negara pembanding. Selain itu, faktor eksternal berupa tren penurunan kunjungan wisatawan di tingkat global menjadi hambatan utama.
Lima destinasi super prioritas pun belum mampu menarik kunjungan wisman dalam jumlah masif mengingat pembenahan infrastruktur masih akan dilaksanakan hingga tahun depan.
Pariwisata kita perlu berbenah. Apabila dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN, kunjungan wisman Indonesia hingga September 2019 yang mencapai 12,27 juta orang sudah kalah dengan negara-negara tetangga. Thailand menorehkan kunjungan wisman sebanyak 29,46 juta orang, Malaysia 20,10 juta orang, Singapura 14,4 juta orang, bahkan Vietnam mencatat angka kunjungan yang lebih baik: 12,87 juta orang pada periode yang sama.
ADVERTISEMENT
Tren penurunan kunjungan wisman global sangat merugikan Indonesia apabila dilihat dari tren dalam tiga tahun terakhir. Satu Laporan Travel and Tourism Index tahun 2018 menempatkan posisi Indonesia pada peringkat 40 dari 140 negara. Hal yang menarik adalah indikator dengan nilai yang paling rendah bagi Indonesia adalah tourist service infrastructure.
Hal ini yang kemudian menjadi perhatian pemerintah dengan mempersiapkan infrastruktur dasar di lima destinasi super prioritas. Tidak sulit menemukan beberapa infrastruktur dasar di destinasi-destinasi wisata seperti toilet, musala, dan tempat makan dengan kualitas yang kurang baik. Pelaksanaan event nasional dan internasional juga belum memberikan dampak yang cukup siginifikan pada angka kunjungan wisman ke Indonesia.
Gambar 1. Tren Penurunan Kunjungan Wisman Global.
Borobudur Marathon, Sanur Village Festival, Pesta Kesenian Bali, dan Tour de Singkarak masing-masing menarik kunjungan 550, 200, 5.000, dan 1.000 wisman. Pertumbuhan wisman pada pelaksanaan Asian Games Agustus 2018 secara yoy hanya sebesar 6,82 persen atau sekitar 19.698 orang. Angka itu pun dengan catatan bahwa 16.000 di antaranya merupakan atlet dan ofisial peserta Asian Games.
ADVERTISEMENT
Babak Baru Pariwisata Indonesia: Quality Tourism
Wishnutama sebagai Menteri Parekraf baru menetapkan arahan baru bagi pariwisata Indonesia dengan tidak menitikberatkan angka kunjungan sebagai target utama melainkan meningkatkan quality tourism.
Dengan kata lain, harapannya adalah Indonesia bisa meningkatkan average spending per arrival (ASPA) dari setiap wisman yang berkunjung. Hal yang perlu diperhatikan adalah target devisa pariwisata USD 32 miliar dan 24 juta wisman pada 2024 dengan ASPA sebesar USD 1.333. Artinya pertumbuhan ASPA periode 2018-2024 adalah 9 persen.
Faktanya, pertumbuhan ASPA Indonesia dalam 5 tahun ke belakang hanya 3,1 persen. Bali, sebagai contoh, destinasi terpopuler di Indonesia mencatatkan average spending per day wisman di angka 125 USD, masih kalah dibandingkan Kuala Lumpur (142 USD), Pattaya (164 USD), Bangkok (184 USD), Phuket (247 USD), dan Singapura (272 USD). Sehingga, diperlukan kerja ekstra untuk mencapai target tersebut.
ADVERTISEMENT
Target penerimaan devisa melalui ASPA yang meningkat juga akan menemui hambatan yang cukup terjal di tahun yang akan datang mengingat potensi resesi global yang akan turut menurunkan tren kunjungan wisman global.
Perlu kita sadari, pariwisata adalah kebutuhan sekunder atau tersier setiap manusia yang bisa saja diabaikan dengan adanya penurunan pendapatan atau daya beli. Tercatat lima besar negara dengan ASPA terbesar adalah Arab Saudi (2.277 USD), Mesir (2.129 USD), Rusia (2.099 USD), Denmark (2.033 USD), dan Kanada (2.008 USD).
Melihat potensi dan tantangan pariwisata ke depan, patut ditunggu keberhasilan pemerintah dengan berbagai kebijakan dan programnya. Pariwisata perlu berbenah, namun yang paling penting adalah memastikan setiap elemen masyarakat yang terlibat dalam sektor ini turut mengambil peran demi mencapai tujuan bersama. Banyak pihak menunggu grand strategy dari Kemenparekraf, agar dapat bersinergi bersama menyongsong tahun 2020 dengan lebih optimistis.
ADVERTISEMENT