Konten dari Pengguna

Aset Rusia Dibekukan AS, Stabilitas Moneter Global Terganggu?

irfanfarrel
Seorang mahasiswa dari program studi S1 Ekonomi Pembangunan di Universitas Negeri Malang. Memiliki pengalaman pada bidang penelitian ilmiah dan tertarik untuk melakukan penelitian pada bidang sosial dan humaniora.
24 Desember 2022 20:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari irfanfarrel tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Gambar: Ilustrasi Penulis (irfanfarrel)
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Gambar: Ilustrasi Penulis (irfanfarrel)
ADVERTISEMENT
Perang Rusia dan Ukraina tidak hanya membawa dampak negatif padda salah satu pihak saja tetapi kepada kedua belah piahk. Menteri Keuangan Rusia, Anton Siluanov mengatakan bahwa USD 300 miliar dari cadangan emas dan valuta asing negara telah dibekukan oleh AS karena langkah-langkah sanksi yang diberlakukan oleh AS dan sekutunya atas operasi militer khusus yang mereka jalankan di Ukraina. Anton Siluanov mengatakan bahwa hampir setengah dari total aset negara berkurang karena adanya pembekuan tersebut. Langkah AS telah melemahkan Rusia dalam nilai tukar Rubel yang memanfaatkan cadangan devisa. Selain itu, pembekuan oleh AS berdampak pada meningkatnya inflasi di negara tersebut. Inflasi disebabkan karena harga-harga barang di Rusia naik apalagi barang hasil perdagangan internasional, karena umumnya perdagangan internasional yang dilakukan Rusia masih menggunakan USD.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi hal tersebut, pada tanggal 28 Maret 2022 pemerintah Rusia melalui Presiden Putin mengubah sistem nilai kurs Rusia dari sistem nilai kurs mengambang terkendali menjadi sistem nilai kurs tetap. Hal ini menimbulkan dampak positif berupa penguatan Rubel terhadap USD yang tercatat 1 USD = 80 Rubel. Selain itu, dampak dari pembekuan aset tersebut menyebabkan Rusia dihadapkan pada risiko gagal bayar atau default. Risiko gagal bayar ini muncul sesuai dengan laporan Rodrigo Olivares-Caminal, Profesor Hukum Perbankan dan Keuangan, Queen Mary University of London yang menyebutkan bahwa Rusia mengalami gagal bayar pada dua obligasi pemerintahannya yaitu obligasi 2026 dalam bentuk USD dan obligasi 2036 dalam bentuk Euro.
Tetapi, Rodrigo Olivares-Caminal berpendapat bahwa risiko default yang dihadapi oleh Rusia tidak akan menimbulkan ketidakstabilan moneter global, karena investor asing mulai mengurangi investasi dan kepemilikan saham di Rusia setelah invasinya ke Crimea pada tahun 2014. Tetapi ini juga tidak dapat dianggap remeh karena setiap kebijakan suatu negara pada bidang moneter pasti akan memengaruhi kondisi moneter negara lain. Kondisi tersebut terjadi karena globalisasi menyatukan semua negara dunia seolah tanpa sekat, sehingga suatu kebijakan moneter negara dapat dirasakan dampak moneternya oleh negara lain.
ADVERTISEMENT
Tindakan AS dalam pembekuan aset Rusia dinilai tidak akan serius mengancam perekonomian negara tersebut, karena Rusia masih mampu menghasilkan USD 1 miliar dari perdagangan minyak mereka dengan India dan China. Hal yang harus diperhatikan dari adanya sanksi ini adalah upaya Rusia melawan balik sanksi tersebut dengan mengurangi ekspor energi dan gandum ke Uni Eropa sampai 30%. Dosen program studi Hubungan Internasional (HI) Universitas Islam Indonesia (UII), Enggar Furi Herdianto, S.I.P., M.A. dalam diskusi bulanan Institute for Global and Strategic Studies (IGSS) dengan tema Konflik Rusia-Ukraina dalam Perspektif Ekonomi Politik Global menjelaskan invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai pada 24 Februari 2022 dinilai tidak akan memberikan dampak yang signifikan terhadap kondisi moneter global, khususnya Indonesia. Namun, hal yang harus diwaspadai adalah perekonomian yang ada di negara Uni Eropa.
ADVERTISEMENT
Dia menjelaskan bahwa total ekspor Rusia ke Uni Eropa mencapai angka 42% dari total impor hanya 33%. Sehingga timbul dilema tersendiri di pihak Uni Eropa dalam menghadapi Rusia. Selain itu, ketergantungan pasokan energi dan gandum dari Rusia akan menjadi pemukul utama Uni Eropa apabila mereka tidak hati-hati dalam mengambil kebijakan. Rusia akan mengalami hari-hari yang panjang dalam upaya untuk memperbaiki sektor perekonomian, pertahanan, dan citra negara.
Menurut laporan dari Yahoo Finance, dalam perekonomian tugas terbesar Rusia adalah mengangkat nilai bursa saham mereka Moscow Exchange (MOEX) yang sudah turun 30% sejak operasi militer khusus diluncurkan. Selain itu, Rusia harus berjuang lebih keras untuk mendapatkan kepercayaan dari investor asing agar mereka mau melakukan investasi di Rusia. Sektor pertahanan juga tidak luput dari upaya perbaikan yang harus dilakukan pemerintah Rusia, karena pasti banyak kendaraan rusak. Dikutip dari kantor berita Voice Of America (VOA) untuk memperbaiki sektor pertahanan dan melakukan modernisasi alutsista, pemerintah Rusia menerbitkan obligasi senilai USD 13,6 miliar.
ADVERTISEMENT
Selain itu, anggaran pertahanan militer pada tahun 2023 mengalami peningkatan sebesar 40% menjadi USD 90 miliar. Citra negara juga harus dibangun oleh Rusia, karena seluruh masyarakat dunia saat ini menilai Rusia adalah negara yang gemar melakukaan perang dan tidak menghormati HAM dasar dari manusia. Apabila kejadian seperti ini berlangsung secara terus menerus tanpa adanya penyelesaian, maka dikhawatirkan akan mengganggu kestabilan tidak hanya di kawasan tetapi juga di seluruh dunia. Kestabilan dunia adalah tanggungjawab seluruh warga dunia dan seluruh negara.
Kestabilan dunia menjadi faktor penting kemakmuran dan kesejahteraan warga negara. Oleh karena itu, stabilitas politik dan moneter menjadi tanggungjawab bersama. Kurangi individualitas antar negara, kurangi rasa paling tinggi untuk menganggap negara dia paling baik (dalam arti buruk) dan kurangi rasa tidak menghormati kedaulatan teritorial negara lain. Persatuan, kesatuan, dan solidaritas antar negara harus dibangun diatas rasa keadilan, kesetaraan, dan keharmonisan. Semoga kondisi dunia semakin aman, damai, tenteram, sejahtera, adil, dan makmur. Indonesia sendiri harus mampu berkontribusi dalam menciptakan dunia baru yang penuh dengan kebahagiaan sesuai dengan amanat UUD 1945 yaitu ikut dalam upaya menjaga perdamaian dunia.
ADVERTISEMENT