Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Pengaruh Mempelajari Bahasa Isyarat untuk Memperbaiki Mental Disabilitasi
30 Maret 2022 14:58 WIB
Tulisan dari IRHAMNY ROBBI NADIA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Bahasa Isyarat merupakan bahasa alami yang menyerupai bahasa lisan hanya saja diterapkan menggunakan properti. Di setiap Negara bahkan kota memiliki penerapan bahasa isyarat yang berbeda-beda. Selain hal itu, pemerintah menyediakan 2 (Dua) macam bahasa isyarat yaitu SIBI dan BISINDO. SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) merupakan bahasa isyarat yang direkomendasikan oleh pemerintah dan diajarkan kepada tuna rungu dan tuna wicara sejak duduk di bangku SLB, sedangkan BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia) merupakan bahasa alami yang sudah dipakai oleh tuna rungu maupun tuna wicara sejak mereka kecil.
ADVERTISEMENT
Dari penjelasan kedua macam bahasa isyarat tersebut bisa disimpulkan bahwa orang Indonesia lebih baik mempelajari BISINDO dibandingkan dengan SIBI untuk berkomunikasi dengan mereka yang tuna rungu maupun tuna wicara. Pemahaman terhadap bahasa isyarat sangat minim terhadap masyarakat Indonesia, banyak yang beranggapan bahwa bahasa isyarat tidaklah penting dan hanya dipergunakan khusus untuk penyandang disabilitas belaka.
Pola pikir masyarakat seperti itu haruslah diubah, bahasa isyarat memang tidak dipergunakan ketika berbicara dengan manusia biasa, tetapi untuk mereka yang luar biasa sangat dibutuhkan guna melancarkan aksi komunikasi. Bahkan mereka ingin ada timbal balik ketika berbicara dengan kita.
80% warga pulau Belangka, Bali mampu menguasai bahasa isyarat. Bukan tanpa alasan, tetapi tingginya angka masyarakat yang mengalami tuna rungu dan tuna wicara membuat mereka terbiasa dengan bahasa tersebut.
ADVERTISEMENT
Bahkan masyarakat yang tinggal di pulau Bengkala memberi nama “Kata Kolok” untuk bahasa isyarat tersebut. Bukan hanya itu, Kata kolok merupakan salah satu pelajaran wajib yang diajarkan ketika masih duduk di bangku SD.
Hal itu sukses membuat penyandang tuna rungu maupun tuna wicara kagum atas empati bahkan kesadaran hati yang dilakukan oleh warga setempat, untuk hal sekecil itu bahkan sudah mampu untuk membuat mereka bahagia karna dapat merasakan komunikasi timbal balik dengan kita tanpa susah payah.
Di sini sudah terlihat pembuktian mengenai pentingnya pemahaman mengenai bahasa isyarat, bukan hanya untuk penyandang disabilitas tetapi untuk semua masyarakat.