Konten dari Pengguna

Pengaruh Media Sosial terhadap Rasa Insecure dan Kepercayaan Diri pada Remaja

Irischa Aulia Pancarani
Mahasiswa Hukum Fakultas Hukum UPNVJ
16 Januari 2021 16:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Irischa Aulia Pancarani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media sosial terhadap kadar insecure pada diri seorang remaja dan mengetahui dampak dari kadar insecure yang tinggi/berlebihan terhadap kepercayaan diri remaja usia 17-20 tahun. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif, yaitu dengan menyebarkan kuisioner melalui Google form. Populasi dari penelitian ini adalah remaja usia berkisar antara 17 hingga 20 tahun. Sampel yang digunakan menggunakan teknik random sampling dan diperoleh 110 remaja berusia sekitar 17 hingga 20 tahun. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes. Instrumen yang digunakan berupa tes pilihan ganda dan esai. Hasil dari penelitian ialah hampir lebih dari 50% responden yang menjawab pertanyaan menunjukkan bahwa mereka merasa insecure terhadap diri mereka, lalu fisik dan media sosial juga menjadi faktor terbesar yang memengaruhi kadar insecure. Jadi dapat disimpulkan bahwa kadar insecure pada diri seorang remaja sangat memengaruhi kepercayaan diri, kadar insecure ini juga disebabkan dari tinggi rendahnya rasa mencintai diri sendiri. Berdasarkan hasil penelitian pun, opini orang lain dan media sosial sangat berpengaruh terhadap kadar insecure mereka. Insecure juga dapat berakibat fatal pada mental dan kemampuan branding seseorang.
ADVERTISEMENT
Kata kunci : insecure, kepercayaan diri, media sosial, dan remaja.
PENDAHULUAN
Masa remaja ialah masa mencari jati diri dan nilai dalam diri setiap insan manusia. Masa remaja juga merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Dimana masa anak-anak merupakan masa dimulainya pendidikan dasar dan banyak hal-hal yang baru saja dipelajari, peran orang tua dalam masa ini juga sangatlah penting dan memberi dampak yang besar, namun dalam masa ini tidak hanya orang tua yang berperan besar, lingkungan pun berdampak terhadap perkembangan manusia pada masa anak-anak. Hal ini sangat berbeda dengan masa dewasa, sebab masa dewasa merupakan dimana kita sudah memilih jalan hidup dan pilihan kita sendiri, dimana secara psikologi dan pemikiran sudah matang. Tidak hanya dalam pola pikir dan tingkah laku, perubahan dari masa anak-anak ke masa dewasa juga berlaku pada fisik. Pada masa remaja ini, umumnya fisik melakukan pematangan di segala organ, terutama organ reproduksi. Karena banyak sekali perubahan yang terjadi dari masa transisi anak-anak menjadi dewasa, masa remaja inilah yang menjadi konsentrasi kita dalam permasalahan yang akan kita bahas kali ini.
ADVERTISEMENT
Pada masa remaja ini, tidak semua orang dapat mengenali dan menghadapi perubahan dalam tubuhnya dengan baik. Tidak sedikit orang yang ketika berada pada masa remaja ini mengalami permasalahan terkait mental mereka. Aspek jasmaniah dan psikis begitu sangat berhubungan, terlebih pada masa remaja dimana mereka belum dapat mengontrol perasaan yang timbul dan mengatur tingkah laku yang mereka tunjukkan. Aspek jasmaniah yaitu fisik. Aspek psikis meliputi intelektual, sosial, emosional, dan nilai. Ketika aspek jasmaniah menunjukkan perubahan yang tidak dikehendaki, maka aspek psikis lah yang mewakili apa yang kita rasakan. Masa remaja setiap orang pun berbeda-beda. Banyak orang yang mengalami masalah-masalah berat seperti kehilangan orang tua ataupun salah-satunya. Tentu aspek psikis begitu terguncang. Namun, pada zaman yang serba canggih seperti sekarang. Permasalahan yang terjadi pada masa remaja begitu kompleks dibanding sebelumnya. Kecepatan internet di hampir seluruh dunia, keadaan dimana kita dapat mengakses apapun, dimanapun, dan kapanpun. Berbagai aplikasi yang diciptakan untuk mempermudah aktivitas manusia mulai merajalela. Salah satunya ialah media sosial.
ADVERTISEMENT
(KBBI 2016) Media sosial ialah laman atau aplikasi yang memungkinkan pengguna dapat membuat dan berbagi isi atau terlibat dalam jaringan sosial. Berdasarkan definisi yang dikutip dari KBBI, media sosial memungkinkan seseorang untuk menyebarkan atau mengunggah apapun di laman pribadi media sosialnya masing-masing. Entah suasana hatinya, tempat yang mereka sukai, hobi, minat dan lain-lain. Tentunya bagi sebagian orang, mereka hanya ingin membagikan hal-hal positif/hal baik dari hidup mereka. Tidak perlu membagikan kesedihan, kekecewaan, masalah, dan penderitaan mereka ke laman media sosialnya. Hal tersebut menjadikan media sosial seakan terlihat palsu bagi sebagian orang. Namun, kembali lagi ke pribadi setiap orang masing-masing terhadap pandangan mereka mengenai media sosial. Tentu, kita harus pandai menyaring informasi dan pandai menanggapi hal apapun yang kita lihat di media sosial. Sebaiknya, gunakanlah media sosial yang baik dan untuk hal-hal yang positif. Tidak sedikit pula masyarakat memanfaatkan media sosial sebagai media untuk mendapatkan uang. Contohnya ada yang berjualan, membagikan foto dan informasi seputar apa yang mereka jajakan. Ada juga selebritas instagram atau yang hangat disapa selebgram. Selebgram ini sama seperti artis di tv, perbedaannya media mereka ialah media sosial. Selebgram ini banyak sekali jenisnya. Ada selebgram tentang kecantikan, kesehatan, gaya hidup, gaya berpakaian, pendidikan, otomotif, olahraga, dan masih banyak lagi. Pada umumnya para remaja khususnya perempuan lebih tertarik untuk mengikuti selebgram yang membahas seputar kecantikan, kesehatan, dan gaya berpakaian. Tentunya para selebgram tersebut rata-rata memiliki tubuh yang indah, wajah yang cantik, dan representasi gaya hidup yang mewah.
ADVERTISEMENT
Awal mula mengapa media sosial sangat memiliki dampak yang besar terhadap rasa insecure dan kepercayaan diri remaja pada zaman sekarang ialah karena mereka melihat bahwa berbagai orang yang mereka temui di media sosial memiliki kehidupan yang sempurna, tidak seperti kehidupan mereka. Remaja acap kali membandingkan kehidupan mereka dengan kehidupan orang lain yang ia lihat di media sosial. Hal yang paling sering remaja bandingkan ialah fisik. Padahal tentu di dunia ini tidak ada manusia yang terlahir sempurna.
Media sosial adalah media digital sebagai tempat terjadinya realitas sosial pada ruang waktu tak terbatas bagi para penggunanya untuk saling berinteraksi. Para pengguna media sosial dapat berinteraksi dengan siapapun dan kapanpun tanpa saling mengenal. Media sosial seperti instagram, yang fiturnya dapat mengunggah foto/video apapun serta terdapat fitur suka dan komentar, yang dapat diakses oleh siapa saja.Tentunya pula, media sosial dijadikan ajang untung mengunggah foto/video diri sendiri yang dianggap layak untuk dilihat khalayak umum, namun terkadang hal ini dijadikan ajang untuk membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Sebab banyaknya unggahan di media sosial yang hanya menunjukkan kesenangan dan sisi kesempurnaan orang tersebut, menimbulkan kesenjangan bagi remaja-remaja yang merasa kurang percaya diri. Fitur tersebut juga memungkinkan seseorang baik yang dikenal maupun tidak, dapat berkomentar apapun di laman media sosial orang lain. Tidak sedikit pula, komentar tersebut mengandung cemoohan/hujatan dengan kata-kata yang buruk. Maka, hal-hal tersebut secara tidak langsung menimbulkan rasa insecure.
ADVERTISEMENT
Entah itu keluarga, teman, atau orang yang baru dikenal. Sebagian dari mereka mungkin memang tidak sengaja melukai perasaan seseorang atas ucapan atau tingkah laku yang mereka lakukan. Entah membicarakan fisik, kepribadian, gaya hidup dll. Hal-hal seperti media sosial dan masyarakat menciptakan adanya standar kecantikan dan standar-standar lainnya. Standar kecantikan seperti berkulit putih, tinggi, berat badan ideal, rambut hitam panjang, kulit bersih tanpa bekas luka. Ada pula standar kepribadian dimana seseorang harus ramah, terbuka, tidak cepat marah, dan lain-lain. Tidak luput pula standar-standar di masyarakat mengatur hal seperti usia seseorang menikah, jumlah anak, jenis pekerjaan, bahkan tindakan-tindakan lainnya. Standar-standar tersebut tidak mungkin dimiliki setiap manusia karena setiap manusia memiliki kelebihan, kekurangan, dan keunikannya masing-masing.
ADVERTISEMENT
Karena adanya standar-standar dalam kehidupan menyebabkan jika ada hal yang berbeda dengan standar tersebut, merasa gagal dan tidak pantas untuk menunjukkan dirinya. Seseorang menjadikan standar-standar tersebut sebagai acuan untuk hidup sebagai manusia. Hari-harinya akan diisi dengan selalu membandingkan diri sendiri dengan orang lain yang kita pandang memiliki standar-standar kehidupan tersebut. Kita menjadi seseorang yang merasa dirinya itu kurang dan selalu banyak celahnya. Padahal, hakikatnya manusia memang diciptakan berbeda-beda oleh Yang Maha Kuasa.
Memang, sebagai manusia dan makhluk sosial, kita harus menghargai pendapat orang lain dengan cara mendengarkannya. Namun, tidak semua pendapat orang lain kita dengarkan dan kita pikirkan, seperti cemoohan tentang fisik, cara kita hidup, dll. Hal-hal tersebut bersifat pribadi dan bisa melukai perasaan seseorang. Karena kita terlalu mendengarkan pendapat orang lain, kita pun akan selalu merasa kurang. Tidak semua orang mudah untuk mengabaikan pendapat orang lain mengenai diri kita. Tidak sedikit pula, terutama para remaja yang sedang mencari jati diri, merasa pendapat orang lain mengenai kita itu benar walaupun sebenarnya pendapat itu sangat melukai perasaan kita sendiri.
ADVERTISEMENT
Rasa insecure pula tidak hanya tumbuh karena faktor eksternal, faktor internal seperti kurangnya rasa mencintai diri sendiri juga berpengaruh besar dalam kadar tinggi rendahnya insecure dalam diri kita. Rasa mencintai diri sendiri ialah rasa bersyukur atas apa yang kita miliki. Dengan belajar mencintai diri sendiri, kita juga dapat menggali potensi yang selama ini nggak pernah kita sadari. Kuncinya adalah kesadaran diri. Ini adalah langkah paling penting buat kamu, dengan kesadaran ini maka rasa cinta terhadap diri sendiri akan tumbuh. Menerima setiap kekurangan dan kelebihan kita.
Berdasarkan latar belakang masalah yang kita hadapi, rumusan masalah yang kita hadapi ialah sebagai berikut :
ADVERTISEMENT
Penelitian relevan yang pertama ialah Penelitian yang menghubungkan antara kepercayaan diri dan media sosial yang pertama kali dilakukan di University of Strathycely, Ohio University, dan University of lowa melakukan survei atas 881 pelajar di Amerika Serikat (Pikiran Rakyat, 2014). Berdasarkan penelitian tersebut ditemukan hubungan antara waktu yang dihabiskan di media sosial dengan perbandingan negatif mengenai kesan tubuh. Penelitian Lenhart dan Madden (2006) menunjukkan bahwa remaja dengan kepercayaan diri tinggi tetap menggunakan media sosial dengan intensitas yang tinggi untuk memelihara dan mengatur pertemanan yang sudah terjalin secara sosial (secara tatap muka). Pada penelitian yang dilakukan oleh Hafidz Azizan (2016), ditemukan responden yang memiliki kepercayaan diri dengan kategori tinggi sebanyak 48% atau setara dengan 67 responden, kategori sedang sebanyak 52% atau setara dengan 72 responden, dan kategori rendah sebanyak 0% atau setara dengan 0 responden. Terdapat responden yang memiliki ketergantungan sosial media dengan kategori yinngi sebanyak 15% atau setara dengan 20 responden, kategori sedang sebanyak 69% atau setara dengan 95 responden, dan kategori rendah sebanyak 16% atau setara dengan 22 responden(Azizan 2016).
ADVERTISEMENT
Penelitian relevan selanjutnya Peran Insecure Attachment terhadap Kekerasan Psikologis dalam Pacaran Perempuan Remaja Akhir yang dilakukan oleh Artin Aulia Andayu,Charyna Ayu RIzkyanti, Sri Juwita hasil penelitiannya ialah Remaja perempuan dengan insecure attachment memiliki kemampuan yang rendah dalam menghadapi konflik sehingga rentan untuk mengalami kekerasan dalam berpacaran (Andayu, Rizkyanti, and Kusumawardhani 2019). Selanjutnya penelitian Hubungan Tingkat Kepercayaan Diri dengan Intensitas Penggunaan Media Sosial Whatsapp pada Mahasiswa Kedokteran 2018 yang dilakukan oleh Arum Sonia Azzahra Nur Annisa, Istar Yuliadi, dan Dian Nugroho Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Hasil kesimpulan dari penelitian ini ialah tingkat kepercayaan diri dan intensitas penggunaan media sosial aplikasi pesan singkat Whatsapp pada mahasiswa program studi pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Angkatan 2018 memiliki hubungan negatif yang kuat (Annisa, Yuliadi, and Nugroho 2020). Penelitian relevan digunakan untuk memperkuat pembahasan dan penelitian pada artikel ini.
ADVERTISEMENT
METODE
Penelitian artikel ini merujuk pada Penelitian yang berjudul “Pengaruh Rasa Insecure yang Berlebihan terhadap Kepercayaan Diri di Kalangan Remaja Usia 17 hingga 20 Tahun” ini dilakukan di kediaman masing-masing. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 15-16 Oktober 2020. Penelitian tersebut digunakan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah.
Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif dimana data bisa dimaksud sebagai fakta atau keterangan-keterangan yang hendak diolah dalam kegiatan penelitian. Menurut sumber datanya, data penelitian dapat digolongkan sebagai data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Sumber data yang digunakan pada studi ini merupakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari textbook, jurnal dan dokumentasi yang relevan.
ADVERTISEMENT
Karya ilmiah tidak bisa dilepaskan dari penggunaan metode. Secara umum metode penelitian adalah sebuah prosedur dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Secara terperinci Almack mendefinisikan metode ilmiah sebagai sebuah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan, dan penjelasan kebenaran. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dinyatakan bahwa adanya metode penelitian memiliki fungsi yang sangat penting dan menjadi pedoman untuk mengerjakan suatu penelitian, agar dapat menghasilkan karya tulis yang baik. Metode yang digunakan peneliti pada karya tulis ilmiah ini dengan menggunakan kuesioner melalui Google Form.
Peneliti menggunakan teknik analisis data secara kualitatif, yaitu data yang digunakan berupa suatu pernyataan yang diartikan untuk mengetahui makna serta memahami keterkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Dari hasil kuesioner yang telah dibagikan kami mendapat 110 responden dengan rentang usia 17 sampai 20 tahun.
ADVERTISEMENT
Pada artikel ini, data yang akan digunakan dalam bagian hasil dan pembahasan tidak semuanya. Hanya yang terkait dengan judul pada artikel ilmiah kali ini yaitu pengaruh media sosial terhadap kadar insecure dan kepercayaan diri remaja pada usia 17 hingga 20 tahun.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilaksanakan pada tanggal 15 sampai 16 Oktober tahun 2020 dengan menggunakan kuesioner melalui Google Form. Terdapat 110 responden dengan rentang usia 17 sampai 20 tahun. Pada penelitian ini variabel bebas adalah rasa insecure yang berlebihan, sedangkan variabel terikat adalah rasa kepercayaan diri. Pengambilan data dilakukan dengan cara metode dokumentasi dan angket yang diberikan kepada responden.
Responden pada penelitian ini sebagian besar merupakan remaja usia 18 tahun dengan persentase 64,6% diikuti dengan remaja usia 19 tahun dengan persentase 22,7% selanjutnya remaja usia 17 tahun dengan persentase sebesar 9,1% dan terakhir remaja usia 20 tahun dengan persentase 3,6%. Persentase jenis kelamin didominasi oleh laki-laki dengan persentase perempuan 70% dan laki-laki 30%.
ADVERTISEMENT
Pada pertanyaan pertama yaitu Apakah anda mencintai diri sendiri dengan tanpa syarat di era media sosial ?
Gambar 1. Persentase hasil pertanyaan pertama Sumber: Dokumen Pribadi, 2020
Berdasarkan pertanyaan pertama dan hasil dari responden, menyatakan bahwa sudah 68,2% sudah mencintai diri sendiri dengan tanpa syarat di era media sosial. Sisanya yaitu 31,8% belum mencintai diri sendiri dengan tanpa syarat di era media sosial. Dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja sekarag sebagian besar sudah mencintai diri sendiri dengan tanpa syarat di media sosial terbukti dengan banyaknya foto atau unggahan pribadi tanpa memerdulikan orang lain di laman media sosial masing-masing.
Pertanyaan kedua yaitu Apakah media sosial sangat berpengaruh terhadap kepercayaan diri kalian ?
Gambar 2. Persentase hasil pertanyaan kedua Sumber : Dokumen Pribadi, 2020
Berdasarkan hasil pertanyaan kedua, sebanyak 60% menyatakan media sosial sangat berpengaruh terhadap kepercayaan diri, sedangkan sisanya yaitu 40% menyatakan bahwa media sosial tidak berpengaruh terhadap kepercayaan diri. Dapat ditarik kesimpulan bahwa memang benar media sosial sangat berpengaruh terhadap kepercayaan diri remaja saat ini.
ADVERTISEMENT
Pertanyaan selanjutnya ialah Apakah anda memikirkan pandangan orang lain terhadap diri anda?
Gambar 3. Persentase hasil pertanyaan ketiga Sumber : Dokumen Pribadi, 2020
Berdasarkan hasil pertanyaan ketiga menyatakan bahwa sebesar 80% responden memikirkan pandangan orang lain terhadap diri sendiri, sisanya sebesar 20% tidak memikirkan pandangan orang lain terhadap diri sendiri. Media sosial dapat juga meresprentasi diri sendiri, maka pertanyaan ini relevan dengan artikel. Terbukti bahwa sebagian besar remaja memikirkan pandangan orang lain terhadap diri sendiri.
Pertanyaan keempat yaitu hal apa yang membuat anda tidak percaya diri ?
Gambar 4. Persentase hasil pertanyaan keempat Sumber : Dokumen pribadi, 2020
Berdasarkan hasil pertanyaan keempat, pertanyaan kali ini terdapat deskripsinya, terlihat pada jawaban dari pertanyaan ini. Responden menyatakan 60,7% atau 65 remaja tidak percaya diri pada fisik, 31,8% atau 34 remaja tidak percaya diri pada sifat, 13,1% atau 14 remaja tidak percaya diri pada finansial, dan lain-lain. Alasan saya memasukkan pertanyaan tersebut pada artikel ini ialah media sosial dan pandangan orang lain berpengaruh pada ketidak percayaan diri seseorang, pertanyaan ini menjelaskan hal apa yang membuat tidak percaya diri.
ADVERTISEMENT
Pertanyaan terakhir adalah Siapa yang paling berpengaruh dalam membuat anda kehilangan percaya diri ?
Gambar 5. Persentase hasil pertanyaan kelima Sumber : Dokumen Pribadi, 2020
Berdasarkan pertanyaan kelima berupa pertanyaan deskriptif dimana dipaparkan siapa yang paling berpengaruh dalam membuat anda kehilangan percaya diri. Hasil menyatakan persentase teman paling tinggi dengan persentase sebesar 59,1% atau 65 responden, disusul dengan media sosial dengan persentase sebesar 43,6% atau 48 responden, selanjutnya keluarga dengan persentase sebesar 30,9% atau 34 responden, sisanya ada diri sendiri, pacar, gebetan, dan lain-lain. Dapat ditarik kesimpulan bahwa media sosial menempati urutan kedua yang paling berpengaruh dalam membuat seorang remaja kehilangan kepercayaan diri.
PENUTUP
Berdasarkan pemaparan dan penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa media sosial sangat memberikan andil yang besar dalam tinggi rendahnya kadar insecure dan kepercayaan diri. Terutama dalam zaman serba modern dengan kecepatan internet yang luar biasa. Remaja sedang dalam masa mengeksplorasi lingkungan sekitar dan mencari jati diri mereka. Hal baru seperti media sosial begitu menarik untuk digunakan. Namun, tidak semua remaja mengerti cara menggunakan, menanggapi, dan mengaktualisasikannya pada diri mereka. Kita lihat pada penelitian yang telah dilakukan. Sebagian besar, remaja menyatakan bahwa media sosial memengaruhi kepercayaan diri bahkan dapat membuat kepercayaan diri itu hilang, sebab sebagian remaja menganggap bahwa media sosial merupakan representasi dirinya. Remaja juga begitu memikirkan bahkan mengkhawatirkan pandangan orang lain terhadap dirinya. Para remaja umumnya membagikan unggahan foto dirinya dengan menampilkan tubuh maupun wajah. Jelas pula, bahwasanya fisik menjadi salah satu hal terbesar yang membuat seorang remaja merasa insecure. Media sosial juga menempati urutan kedua pada penelitian yang menyatakan bahwa siapa yang paling menyebabkan hilangnya kepercayaan diri.
ADVERTISEMENT
REFERENSI
Andayu, Arlin Aulia, Charyna Ayu Rizkyanti, and Sri Juwita Kusumawardhani. 2019. “Peran Insecure Attachment Terhadap Kekerasan Psikologis Dalam Pacaran Pada Perempuan Remaja Akhir.” Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi 6(2): 181–90.
Annisa, Arum Sonia Azahra Nur, Istar Yuliadi, and Dian Nugroho. 2020. “Hubungan Tingkat Kepercayaan Diri Dengan Intensitas Penggunaan Media Sosial Whatsapp Pada Mahasiswa Kedokteran 2018.” Wacana 12(1): 86–109.
Azizan, Hafidz. 2016. “Pengaruh Kepercayaan Diri Terhadap Ketergantungan Media Sosial Pada Siswa Di SMK Negeri 1 Bantul.” 2 E-Journal Bimbingan dan Konseling 6(5): 1–10.
KBBI. 2016. “Media Sosial.” pada KBBI daring. https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/media sosial.