Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Munculnya Organisasi Aliran Sekuler Masa Pergerakan Nasional
31 Maret 2022 8:59 WIB
Tulisan dari Jihan Irlanicechan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada masa pergerakan nasional, mulai banyak bermunculan organisasi pergerakan sebagai akibat dari lahirnya golongan terpelajar. Pada dasarnya, corak organisasi pada saat itu dapat dibedakan berdasarkan ideologinya, misalnya organisasi pergerakan yang fokus pada keagamaan dan yang fokus pada nasionalis sekuler. Organisasi sekuler sendiri diartikan sebagai organisasi masa pergerakan yang berusaha memisahkan antara kepentingan agama dan politik. Ada beberapa organisasi aliran sekuler di Indonesia, yaitu SI Afdeling B, Partai Komunis Indonesia, dan Radicale Concentratie.
ADVERTISEMENT
SI AFDELING B
Di Priangan, Jawa Barat, organisasi SI Afdeling B mendapat pengaruh komunis dan mulai melakukan pergerakannya pada bulan April 1918. Tujuan dari organisasi ini sendiri adalah menjalankan ketentuan agama Islam secara murni berdasarkan prinsip ‘billahi fisabili haq” yang berarti ‘akan diperangi setiap orang yang menghalangi agama Islam’.
Pada umumnya Afdeling B muncul karena adanya perubahan sosial yang menyebabkan kemerosotan ekonomi dan disintegrasi sosiokultural. Penderitaan yang dialami rakyat membuat gerakan ini semakin mudah mendapatkan anggota baru terutama dari masyarakat pedesaan. SI pusat menolak adanya hubungan dengan Afdeling B, meskipun demikian, Tjokroaminoto, Sosrokardono, serta pimpinan lainnya membeli jimat yang berarti mendukung gerakan Afdeling B.
PARTAI KOMUNIS INDONESIA (PKI)
ADVERTISEMENT
Berawal dari adanya organisasi ISDV yang didirikan oleh pihak Belanda yaitu Sneevliet, Brandsteder, dan Dekker, sedangkan dari pihak Indonesia yang terkenal yaitu Semaun. Revolusi Rusia pada tahun 1917 mendorong pergerakan di Indonesia menjadi semakin radikal dan menjadi bukti bahwa pemogokan pada tahun 1922 dikendalikan oleh kaum komunis. Radikalisme kaum komunis menyebabkan pemerintah mengusir orang-orang Belanda pendiri ISDV dari Indonesia, sehingga terjadilah pergantian kepimpinan pada bulan Mei 1920 dan diganti nama menjadi Perserikatan Komunis Hindia, kemudian mengalami perubahan nama untuk yang kedua kalinya pada tahun 1924 menjadi Partai Komunis Indonesia. Pada tahun 1920, PKI bergabung dengan Comintern (Communist International) yang merupakan perkumpulan komunis seluruh negara.
PKI hancur dalam proses perebutan kekuasaan dan penindasan secara besar-besaran yang dilakukan oleh pemerintah. Para petinggi PKI yang berhasil ditangkap kemudian dibuang ke Boven Digoel, Papua yang terkenal akan gigitan nyamuk mematikan. Terdapat 13.000 orang yang ditangkap, 4.500 dihukum dan 1.300 dibuang ke Digoel. Sejak saat itu PKI dinyatakan sebagai organisasi terlarang, tetapi secara diam-diam mereka tetap melakukan kegiatan politiknya bahkan pemerintah PKI di luar Indonesia mendirikan PARI (Partai Republik Indonesia). Semaun, Darsono, dan Alimin tetap melanjutkan propagandanya untuk mendukung pergerakan revolusioner di Indonesia.
ADVERTISEMENT
RADICALE CONCERTRATIE DAN GERAKANNYA
Periode radikal berlangsung dari tahun 1918-1926. Gerakan radikal ini mendapatkan kesempatan yang baik untuk berkembang karena situasi pada saat itu sangat mendukung. Tekanan yang diberikan pemerintah serta memburuknya ekonomi memudahkan masyarakat turut serta dalam pergerakan. Radikalisme yang mengalami puncaknya dengan meletusnya pemberontakan 1926 adalah klimaks agitasi yang didalangi oleh partai komunis yang mempraktikkan perjuangan kelasnya.
Periode radikal ini juga dipengaruhi oleh perkembangan politik di luar negeri seperti Revolusi Rusia pada tahun 1917. Setelah perang dunia I, situasi sosial ekonomi semakin memburuk sehingga banyak perusahaan perkebunan yang menutup usaha dan berdampak pada banyaknya pengangguran. Gubernur Jenderal Fock (1921-1926) dan Graeff (1926-1931) mewakili pemerintah yang reaksioner terhadap pergerakan rakyat. Sebaliknya, kaum pergerakan semakin berkobar semangatnya dan semakin meningkat kesadaran politiknya. Jalan buntu yang dilakukan komunis menimbulkan orientasi baru yang bersifat nasionalis.
ADVERTISEMENT