Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.1
Konten dari Pengguna
Kebenaran Materiil dan Formil dalam Hukum serta Pelanggaran Tata Tertib Sekolah
4 Agustus 2024 9:30 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Irman Ichandri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh : Irman Ichandri, S.Pd., M.H.

Dalam sistem peradilan, pencarian kebenaran merupakan salah satu tujuan utama yang ingin dicapai. Namun, ada dua jenis kebenaran yang seringkali menjadi fokus dalam proses pembuktian, yaitu kebenaran materiil (materiele waarheid) dan kebenaran formil (formeel waarheid). Kedua konsep ini memiliki perbedaan yang mendasar dalam penerapannya di persidangan, baik dalam perkara pidana maupun perdata. Artikel ini akan membahas tentang bagaimana kedua jenis kebenaran ini berperan dalam pembuktian, serta dampak yang ditimbulkan oleh kekuatan bukti sidik jari dan bukti palsu dalam keputusan hakim. Selain itu, artikel ini juga akan mengaitkannya dengan pelanggaran peraturan tata tertib sekolah yang dilakukan oleh murid.
ADVERTISEMENT
Kebenaran Materiil dalam Perkara Pidana
Kebenaran materiil dapat diartikan sebagai kebenaran yang sebenar-benarnya, kebenaran yang hakiki, dan kebenaran yang riil yang dicari dalam proses pembuktian serta dapat meyakinkan hakim dalam memutus suatu perkara. Dalam perkara pidana, kebenaran materiil sangat penting karena hakim harus memastikan bahwa tindak pidana yang didakwakan oleh jaksa penuntut umum benar-benar terjadi dan bahwa terdakwa benar-benar bersalah atas tindakan tersebut, baik secara sengaja maupun karena kelalaian.
Pasal 184 ayat (1) KUHAP menyebutkan alat bukti yang sah, yaitu:
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan terdakwa
Dalam konteks ini, hakim berperan aktif dalam mencari kebenaran materiil. Hakim tidak hanya bergantung pada bukti-bukti yang diajukan oleh jaksa atau kuasa hukum terdakwa, tetapi juga melakukan investigasi sendiri jika diperlukan. Tujuannya adalah untuk mencapai keyakinan bahwa terdakwa benar-benar melakukan tindak pidana yang didakwakan. Sebagai contoh, bukti sidik jari seringkali digunakan dalam perkara pidana untuk membuktikan keterlibatan seseorang dalam suatu kejahatan. Bukti ini dianggap memiliki kekuatan pembuktian yang tinggi karena sidik jari merupakan identifikasi yang unik dan sulit dipalsukan.
ADVERTISEMENT
Kekuatan Pembuktian Sidik Jari
Sidik jari telah lama dikenal sebagai salah satu alat bukti yang kuat dalam proses peradilan pidana. Kekuatan pembuktian sidik jari terletak pada kemampuannya untuk secara unik mengidentifikasi individu. Setiap orang memiliki pola sidik jari yang berbeda-beda, sehingga kemungkinan dua orang memiliki sidik jari yang sama sangat kecil. Oleh karena itu, ketika sidik jari seseorang ditemukan di tempat kejadian perkara, hal ini dapat menjadi indikasi kuat bahwa orang tersebut berada di lokasi saat kejahatan terjadi.
Namun, penting untuk diingat bahwa bukti sidik jari tidak selalu menjamin kebenaran materiil. Ada kemungkinan bahwa sidik jari tersebut ditempatkan di tempat kejadian oleh pihak lain atau ada kesalahan dalam proses identifikasi. Oleh karena itu, hakim harus tetap berhati-hati dan mempertimbangkan semua bukti lainnya sebelum membuat keputusan akhir.
ADVERTISEMENT
Kebenaran Formil dalam Perkara Perdata
Berbeda dengan perkara pidana, dalam perkara perdata yang dicari adalah kebenaran formil. Kebenaran formil adalah kebenaran yang didapatkan berdasarkan bukti-bukti formal yang diajukan ke dalam persidangan. Kebenaran ini hanya didasarkan pada bukti-bukti yang diajukan oleh para pihak tanpa harus disertai adanya keyakinan hakim. Dalam perkara perdata, hakim tidak berperan aktif dalam mencari kebenaran, melainkan hanya menilai bukti-bukti yang diajukan oleh para pihak.
Dalam konteks ini, penting bagi para pihak untuk menyajikan bukti-bukti yang kuat dan dapat dipercaya. Bukti palsu dapat berdampak serius terhadap hasil persidangan. Sebagai contoh, dalam artikel "Dampak Hukum Putusan Hakim yang Berdasarkan Bukti Palsu" disebutkan bahwa penggunaan bukti palsu dapat menyebabkan putusan yang tidak adil dan merugikan pihak yang tidak bersalah. Oleh karena itu, verifikasi bukti menjadi sangat penting dalam perkara perdata untuk memastikan bahwa keadilan benar-benar tercapai.
ADVERTISEMENT
Dampak Bukti Palsu dalam Keputusan Hakim
Bukti palsu merupakan salah satu tantangan terbesar dalam sistem peradilan. Penggunaan bukti palsu tidak hanya merugikan pihak yang tidak bersalah, tetapi juga merusak integritas sistem peradilan itu sendiri. Ketika hakim membuat keputusan berdasarkan bukti palsu, hal ini dapat menyebabkan putusan yang tidak adil dan merusak kepercayaan masyarakat terhadap sistem hukum.
Dalam perkara pidana, penggunaan bukti palsu dapat mengakibatkan seseorang yang tidak bersalah dijatuhi hukuman. Hal ini bertentangan dengan prinsip kebenaran materiil yang seharusnya dicari oleh hakim. Sedangkan dalam perkara perdata, bukti palsu dapat merugikan pihak yang sebenarnya berhak atas suatu hak atau kepentingan. Oleh karena itu, penting bagi hakim untuk melakukan verifikasi dan evaluasi yang ketat terhadap semua bukti yang diajukan dalam persidangan.
ADVERTISEMENT
Pelanggaran Tata Tertib Sekolah dan Kebenaran dalam Pembuktian
Konteks kebenaran materiil dan formil juga relevan dalam situasi sehari-hari seperti penegakan tata tertib sekolah. Ketika seorang murid diduga melanggar peraturan sekolah, pihak sekolah perlu menentukan apakah pelanggaran tersebut benar-benar terjadi (kebenaran materiil) dan apakah bukti-bukti yang diajukan cukup kuat untuk membuktikan pelanggaran tersebut (kebenaran formil).
Kebenaran Materiil dalam Penegakan Tata Tertib Sekolah
Dalam hal ini, pihak sekolah, seperti guru atau kepala sekolah, bertindak seperti hakim dalam perkara pidana. Mereka harus berusaha mencari kebenaran materiil dengan mengumpulkan informasi dan bukti-bukti yang relevan, seperti kesaksian dari saksi mata atau rekaman CCTV, untuk memastikan bahwa pelanggaran benar-benar terjadi dan murid yang bersangkutan memang melakukan pelanggaran tersebut.
ADVERTISEMENT
Kebenaran Formil dalam Penegakan Tata Tertib Sekolah
Sebaliknya, dalam beberapa kasus, pihak sekolah mungkin lebih fokus pada kebenaran formil, yaitu menilai bukti-bukti yang diajukan tanpa melakukan investigasi lebih lanjut. Misalnya, jika ada laporan tertulis dari seorang guru yang menyatakan bahwa murid tertentu telah melanggar peraturan, laporan tersebut dapat dianggap sebagai bukti formil yang cukup untuk menjatuhkan sanksi, asalkan tidak ada bukti yang menentangnya.
Tantangan Bukti Palsu dalam Penegakan Tata Tertib Sekolah
Masalah yang sama dengan bukti palsu dalam sistem peradilan juga bisa terjadi di sekolah. Misalnya, jika seorang murid dituduh melakukan pelanggaran berdasarkan bukti palsu atau manipulasi oleh pihak lain, hal ini dapat mengakibatkan hukuman yang tidak adil. Oleh karena itu, pihak sekolah harus berhati-hati dalam mengevaluasi bukti dan memastikan bahwa keputusan yang diambil berdasarkan bukti yang valid dan dapat dipercaya.
ADVERTISEMENT
Kebenaran materiil dan kebenaran formil adalah dua konsep yang berbeda namun sama-sama penting dalam sistem peradilan dan penegakan tata tertib sekolah. Kebenaran materiil menekankan pada pencarian kebenaran yang hakiki dan riil, sementara kebenaran formil lebih menekankan pada bukti-bukti formal yang diajukan. Dalam kedua konteks tersebut, verifikasi dan evaluasi bukti yang ketat sangat diperlukan untuk menjaga keadilan dan integritas proses.
Kekuatan pembuktian sidik jari dalam perkara pidana menunjukkan pentingnya bukti yang dapat diandalkan dalam mencapai kebenaran materiil. Namun, adanya bukti palsu menimbulkan tantangan besar dalam memastikan keadilan, baik dalam sistem peradilan maupun dalam penegakan tata tertib sekolah. Oleh karena itu, baik hakim dalam peradilan maupun pihak sekolah dalam menegakkan tata tertib harus berhati-hati dan teliti dalam mengevaluasi bukti untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil benar-benar mencerminkan kebenaran yang sebenarnya.
ADVERTISEMENT