Konten dari Pengguna

Fenomena Tren Fashion Jalanan dalam Perspektif Komunikasi Lintas Budaya

Irsa Anugrah Febriansyah
Mahasiswa Manajemen Produksi Media Universitas Padjajaran 2022
27 Agustus 2022 22:23 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Irsa Anugrah Febriansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.pexels.com/id-id/foto/fotografi-orang-grayscale-1245055/
zoom-in-whitePerbesar
https://www.pexels.com/id-id/foto/fotografi-orang-grayscale-1245055/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perkembangan dunia fashion akhir-akhir ini banyak mengalami kemajuan kreativitas terutama di kalangan anak muda, terutama generasi tahun 2000-an. Pengaruh globalisasi dan modernisasi virtual tanpa sekat melalui media digital serta sosial media membawa dampak yang luar biasa dalam lingkup kebudayaan. Media internet sebagai contoh dapat dikatakan telah menjadi kebutuhan dalam pergaulan dengan jejaring sosial. Setiap orang bebas mengekspresikan kreativitas untuk mendapatkan pengakuan.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia perkembangan fashion sendiri sudah dimulai sejak tahun 2000 di mana tren budaya barat mendominasi tren fashion di Indonesia. Salah satu fenomena yang sedang hangat dibicarakan khalayak ramai adalah berjamurnya kegiatan Fashion Show di jalanan kota-kota besar atau yang familiar disebut dengan street style. Citayam Fashion Week adalah salah satu fenomena tersebut dan bukti bahwa perkembangan fashion di Indonesia, kalangan muda mampu mengekspresikan diri mereka sendiri dalam bentuk berpakaian. Terlepas dari style yang mereka gunakan hal yang menjadi sorotan adalah cara mereka berkomunikasi dan berekspresi di dalam sebuah wadah untuk menampung para remaja yang aktif dan kreatif di bidang fashion. Berawal dari ajang adu fashion untuk kebutuhan sosial media kemudian Citayam Fashion Week ini menjelma ajang pamer fashion di kalangan anak muda. Seperti yang dikutip dari RDK UIN FM 107.9 bahwa Citayam Fashion Week ini menjadi sangat viral dan berkembang dengan cepat karena banyaknya antusiasme juga keterlibatan banyak pihak untuk keberlangsungan ajang street style ini.
ADVERTISEMENT
Fenomena serupa sebenarnya tak hanya terjadi Indonesia, street style ini sudah terlebih dahulu menjamur di kalangan masyarakat negeri matahari terbit, Jepang, di kawasan sekitaran stasiun JR Harajuku, Kawasan ini menjadi salah satu destinasi wisata yang wajib dikunjungi oleh para wisatawan lokal maupun mancanegara. Harajuku merupakan salah satu contoh adanya elaborasi budaya luar yang mendominasi masyarakat jepang sehingga terciptanya fenomena street fashion, setelah olimpiade jepang tahun 1964 banyak butik yang bermunculan dan sejak saat itu Harajuku menjadi tempat berkumpul anak muda Jepang yang memakai busana-busana unik.
Pemaparan di atas membuktikan bahwa budaya populer telah teraplikasikan pada beberapa aspek lintas budaya di dunia, dibelah bumi berbeda terdapat budaya populer yang serupa merupakan salah satu indikasi bahwa budaya populer telah berhasil diterapkan.
ADVERTISEMENT
Menurut Bestor dalam Powers dan Kato (1989) budaya populer merupakan sesuatu yang berubah, setelah disukai dan banyak dikonsumsi ia akan segera berubah menjadi budaya tinggi. Penjelasan ini terpaku pada fenomena Citayam Fashion Week yang banyak digandrungi para remaja dan akhirnya menjadi sebuah budaya modern yang berkembang di masyarakat. Pendapat lainnya datang dari Mukerji (1991 dalam Adi : 2011 : 10), istilah budaya populer mengacu pada kepercayaan, praktik, atau objek yang tersebar luas di masyarakat seperti dikatakan bahwa: “budaya populer mengacu pada kepercayaan, praktik-praktik, dan objek yang diproduksi dari pusat-pusat komersil dan politik”. Pendapat ini menggambarkan bahwa objek yang tersebar luas di masyarakat dalam fenomena Citayam Fashion Week ini merupakan para remaja yang menuangkan kreativitasnya dalam bentuk fashion. Teori pendukung terakhir datang dari Strinati (2007: 40) yang mengatakan bahwa budaya populer adalah budaya yang lahir atas keterkaitan dengan media. Artinya, media mampu memproduksi sebuah bentuk budaya, maka publik akan menyerap dan menjadikannya sebagai sebuah bentuk kebudayaan. Populer yang dibicarakan di sini tidak terlepas dari perilaku konsumsi dan determinasi media massa terhadap publik yang bertindak sebagai konsumen, pendapat ini menyimpulkan bahwa media memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan budaya populer dan terbukti dengan banyaknya content creator yang membuat konten mereka di Citayam Fashion Week dan menjadikannya viral sehingga semakin banyak masyarakat yang ikut berpartisipasi memeriahkan kegiatan Citayam Fashion Week itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Menurut penulis fenomena seperti ini sangatlah lumrah dan sudah menjadi bagian dari bentuk interaksi sosial antar masyarakat, terlepas dari pengaruh yang dihasilkan, fenomena ini merupakan bentuk komunikasi sekaligus luapan ekspresi masyarakat terhadap gejolak globalisasi
Komunikasi merupakan salah satu unsur penting dalam tumbuh kembang interaksi sosial di kalangan masyarakat dan selalu memberikan dampak positif bagi kehidupan bermasyarakat tak terkecuali fenomena Citayam Fashion Week dan juga Harajuku, komunikasi sebagai wadah untuk berinteraksi dan para pelaku fashion itu sendiri melakukan interaksi komunikasi dengan cara mengekspresikan diri mereka lewat karya-karya busana mereka.
Budaya pencitraan dalam fenomena ini hal yang paling mendapatkan penekanan. Kellner (1955) menegaskan bahwa budaya media telat muncul dalam bentuk citra, bunyi, dan tontonan yang membangun struktur kehidupan sehari-hari, mendominasi waktu luang, membentuk pandangan politik dan prilaku social, dan menyediakan bahan bagi orang-orang untuk membangun identitas-identias. Lebih lanjut dikatakan bahwa budaya media juga merupakan media yang dipertentangkan (contested terrain), di mana kelompok-kelompok social yang utama dan ideologi-ideologi yang saling bersaing berjuang demi dominasi dan individu-individu menjalani perjuangan ini melalui citra, wacana, mitos, dan tontonan budaya media. Dukungan tekno-media yang melibatkan berbagai relasi ideologi dan ekonomi-politik yang hanya bisa dipahami dalam konteks saling mempengaruhi kekuatan-kekuatan budaya lokal melalui teks-teks budaya media dan budaya.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya penulis sepakat bahwa budaya popular dalam fenomena Citayam Fashion Week ini juga merupakan “budaya masyarakat” namun ada unsur kepentingan individual untuk ruang eksplorasi kreativitas. Perlu pendalaman mengenai fenomena ini dan bagaimana budaya popular ini mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia dalam medium komunikasi terutama dalam konteks budaya musik, politik, gender, dan lain sebagainya.
Referensi: