PMM 55 UMM : Belajar Dari Pengalaman Sang Penjual Kripik Tempe di Tengah Pandemi

Konten dari Pengguna
25 Agustus 2020 7:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Irsalina Rizky Rahmawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
PMM 55 UMM : Belajar Dari Pengalaman Sang Penjual Kripik Tempe di Tengah Pandemi
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Madiun - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang sedang melakukan pengabdian masyarakat dengan dosen pembimbing lapang Dra. Dewi Nurjannah, M.M di Desa Sugihwaras, Kecamatan Saradan ikut membantu pedagang home industri kecil yang terkena dampak Covid-19.
ADVERTISEMENT
Salah satu home industri yang berada di Sugihwaras adalah kripik tempe dan peyek bu Tutik. Beliau memulai usahanya sejak 27 Juli 2019. Awal mula tercetusnya nama Kripik Tempe Berkah 88 dari lulusan tahun 1988. Produksi kripik tempe ini berasal dari bahan yang yang didapat dari temannya yang berada di ngawi dan didistribusikan di pasar sayur caruban.
“Saya kira, awalnya pembuatan kripik tempe tersebut dibuat pada umumnya. Ternyata proses pembuatannya berbeda, tidak sama seperti yang lain” Tutur Era Hervilia selaku koordinator PMM UMM kelompok 55.
“Proses pembuatannya gampang- gampang susah. Bahan pembuatan kripik tempe seperti pada umumnya,tetapi dalam proses pembuatannya dibutuhkan ketelitian dan kesabaran. Pertama kali membuat saya awalnya coba-coba dan akhirnya gagal di beberapa tahap jadi tidak sesuai dengan harapan. Dari situ saya tidak berputus asa melakukan eksperimen kembali sampai berhasil sesuai dengan harapan saya” tutur Bu Tutik selaku pemilik home industri kripik tempe.
ADVERTISEMENT
Kripik tempe ini sudah didistribusikan ke berbagai daerah seperti jombang dan kediri, tetapi selama ada pandemi Covid- 19 ini pesanannya menjadi menurun. Kami dari PMM UMM kelompok 55 membantu mempromosikan usaha kripik tempe melalui media sosial. Diharapkan hal tersebut dapat meringankan beban perekonomian bu Tutik selama pandemi Covid-19.