Bagaimana Membuat Bukumu Laris?

Irwan Bajang
Juru tulis dan juru masak (tidak selalu) serba bisa. Juru kunci @indiebookcorner.
Konten dari Pengguna
31 Januari 2018 0:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Irwan Bajang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Buku (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Buku (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Beberapa hari lalu saya bertemu teman penulis muda, ia baru saja menerbitkan buku pertamanya. Kami berbincang lumayan lama. Perbincangan ini juga sebenarnya sering saya lakukan dengan beberapa penulis lain, penulis lama maupun baru, topiknya sama. Beberapa pertanyaan yang mucul misalnya, kenapa buku saya nggak laris? Butuh berapa lama menulis, butuh menerbitkan berapa judul buku mendapat banyak pembaca dan kemudian buku seorang penulis bisa laris?
ADVERTISEMENT
Ini percakapan yang lumayan berat. Saya juga tidak bisa komentar banyak. Pertama, karena buku saya juga sebenarnya tidak pernah sangat laris, apalagi kalau memakai ukuran ribuan eksemplar, seperti para penulis best seller. Buku saya paling banter terjual antara 500-1000 saja. Tidak pernah lebih dari itu, keculai ebook. Saya tidak menjual di toko buku, itu juga membuat buku saya tidak mungkin terjual sangat banyak, oplahnya pun terbatas. Kedua, saya juga sebenarnya tidak tahu jawabannya.
Tapi bisanya saya memberikan jawaban seperti ini kira-kira;
Ketika kamu menulis bagus, setidaknya salah satu syarat bukumu laku sudah terpenuhi. Bagus bukan faktor tunggal, ada banyak lagi sebab lain sebuah buku bisa laku. Popularitas penulis menurut saya faktor pertama yang sangat menentukan, lalu faktor lain mengikutinya; kualitas tulisan, kualitas terbitan, metode promosi, jangkauan, genre, lingkaran promosi, daya tahan tema dan gagasan, dsbnya.
ADVERTISEMENT
Tentu susah bagi seorang penulis pemula untuk mencapai beberapa faktor itu. Apalagi faktor pertama tadi. Tapi setidaknya kamu bisa menghibur diri dengan berkata; beberapa buku yang tidak begitu bagus saja bisa laris, seharusnya bukumu yang agak bagus itu bisa agak laris jugalah ya. Tapi tentu saja tidak selalu begitu. Apalagi bagus dan tidak itu sangatlah relatif.
Bagus di sini bagi saya merujuk pada syarat-syarat dasar penulisan setidaknya sudah terpenuhi. Apa saja syarat itu? Waah… silakan temukan sendiri, bahasan kita bukan itu saat ini.
Lalu bagaimana memulainya? Pertama, bagi saya adalah kualitas karya harus sesuai dengan segmen/pasar yang ingin diraih. Jika tulisanmu untuk remaja SMA, maka kamu harus tahu konten dan gaya bahasa apa yang cocok untuk mereka. Kalau menulis sastra berat dengan pasar mahasiswa dan intelektual mapan, bahasanya beda lagi.
ADVERTISEMENT
Buku sayur-mayur tentu memerlukan pengetahuan cukup dan riset pasar pasti ke mana akan disalurkan. Setelah usaha itu dilakukan, faktor lain akan datang dengan sendirinya jika diusahakan.
Yap, jika diusahakan. Bukan dengan berdiam diri semata.
Bergaul dengan sesama penulis sejenis, komunitas, atau lingkungan lain yang mendukung penyebaran buku tentu perlu. Tanpa itu, semua akan susah dilakukan. Ini bukan zaman di mana seorang kritikus atau peresensi menemukan sebuah buku bagus, lalu ulasannya akan membuat bukumu laris-manis dan diburu banyak orang. Zaman seperti itu sudah lama berakhir. HB Jassin sudah lama mati dan tidak ada penggantinya.
Hari ini, penulis adalah marketing bagi bukunya sendiri. Tidak ada yang bisa mempromosikan lebih bagus dari penulis itu sendiri, bahkan seorang marketing paling jago sekalipun.
ADVERTISEMENT
Dengan memperluas pergaulan, penulis akan menemukan banyak peluang untuk membicarakan dan memperkenalkan karyanya. Berteman dengan blogger, peresensi, atau teman-teman di sosial media akan membantu bukumu dibicarakan dan disebarkan. Berteman dengan pemilik sebuah kafe akan membuatmu bisa dapat tempat untuk membuat acara mempromosikan bukumu, bisa dengan gratis atau dengan potongan harga sewa lokasi.
Berteman dengan pemilik/pekerja media akan memberimu kesempatan diwawancara, dibuatkan acara dengan tarif promosi yang biasanya akan dapat potongan harga spesial, syukur-syukur bisa gratis. Maka bergaullah, jangan mengendap di kamar sampai kulitmu berjamur dan ditumbuhi lumut.
Saluran promosi pastinya sudah banyak sekali. Kamu hanya cukup membuat saluran-saluran itu efektif, memahami saluran tersebut, mengoptimalkannya. Caranya banyak, salah satunya dengan melihat, mengamati dan meniru cara penulis lain mengoptimalkan jalur sebar bukunya.
ADVERTISEMENT
Sudah sampai di situ saja? Tentu tidak. Kreatif terus, dan selalu percaya diri. Bukan bermaksud sok keren, tapi jika kamu yakin bahwa tulisanmu layak dibaca banyak orang, kualitas setidaknya bisa dipertanggungjawabkan, maka tak ada alasan untuk tidak percaya diri. Kalau kamu tidak percaya pada kekuatan naskahmu, maka sebaiknya kamu mengurungkan niat menerbitkannya, sebab naskah itu nantinya tidak akan jadi apa-apa.
Sebagian penulis bingung mendefinisikan pembacanya. Ia menulis cerita ringan remaja, tapi berharap dibaca dan didiskusikan di ruang kuliah atau di event sastra serius. Sebagian lagi menulis puisi atau prosa berat, dengan kadar intelektual tinggi menurut takaran si penulis, tapi ia juga berharap digandrungi anak-anak SMA, dikerumuni dan diajak foto bersama. Itu nggak salah sih, tapi itu agak jauh dan sepertinya tidak masuk akal.
ADVERTISEMENT
Kamu tidak bisa mengharapkan buku teen-lit akan dapat penghargaan sastra nasional, demikian juga buku kajian filsafat digandrungi oleh pelajar usia belasan. Harus realistis. Dan Brown saja tidak pernah bermimpin akan dapat Nobel suatu saat kelak.
Seorang penulis mesti membayangkan siapa pembacanya ketika berniat menerbitkan buku. Overekspektasi ini yang kadang membuat seorang penulis menjadi kehilangan arah dan kerap berkecil hati kenapa bukunya tidak begitu laku.
Tapi laku toh tidak selalu diukur dengan seberapa jumlah eksemplar yang terjual. Jumlah apresiasi, jumlah ulasan, juga adalah bagian dari laku itu sendiri. Kepuasan akan bukumu yang sudah terbit juga tidak pernah selalu bisa dibandingkan dengan laku dan tidak lakunya bukumu. Itupun kalau kamu setuju.
Untukmu para penulis baru, jangan berkecil hati. Kadang sebuah buku tidak menemukan pembacanya dalam waktu singkat, ia butuh waktu, butuh proses, dan butuh takdir. Tidak pernah ada rumus membuat buku laku. Itulah yang membuat dunia menulis, dunia penerbitan selalu hangat dan bergerak.
ADVERTISEMENT
Kalau ada rumusnya, saya juga mau beli rumus itu, lalu menulis atau menerbitkan buku-buku dengan rumus sakti tsb. Coba tanyakan pada seluruh penerbit di muka bumi ini, mereka juga sedang mencari rumusnya. Rumus itu belum pernah ditemukan hingga kini.
Tapi kalau kamu tetap ingin menjual bukumu dengan cepat, laris segera, coba tanya pada penulis lain yang terbiasa bukunya laku. Saya belum punya pengalaman untuk itu. Semoga beruntung. :*
Bagaimana Membuat Bukumu Laris? (1)
zoom-in-whitePerbesar