Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Ketegangan Abadi: Implikasi Strategis Konflik India-Pakistan bagi Asia Selatan
8 Mei 2025 12:01 WIB
·
waktu baca 10 menitTulisan dari Irwan Sulaiman Zebua tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sejak terbentuknya pada tahun 1947, India dan Pakistan sama-sama lahir dari satu rahim Kolonialisme Inggris yang disebut dengan British Raj. Terbentuknya kedua negara ini menuai berbagai tantangan sebagai negara yang baru bebas dari penjajahan. Pembagian wialyah serta klaim wilayah berdasarkan agama menjadi masalah yang cukup serius menjadikan konflik besar antara Pakistan dan India yang hingga saat ini belum menemukan titik temu diantara negara ini. Bahkan konflik antara Islam dan Hindu sudah ada sejak zaman pemerintahan Bristish Raj.
ADVERTISEMENT
Pemisahan tersebut membentuk Pakistan yang mayoritas Muslim dan India yang mayoritas Hindu dan memberikan kesempatan kepada berbagai wilayah Jammu dan Kashmir untuk memilih negara mana yang akan mereka masuki . Kashmir merupakan daerah yang terletak di antara India dan Pakistan. Daerah ini terkenal akan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Tanahnya yang subur, sungai-sungai yang mengalir sepanjang tahun dan adanya kandungan mineral membuat daerah ini menjadi sumber konflik India dan Pakistan. Maharaja (raja Kashmir) awalnya menginginkan kemerdekaan , karena Kashmir diabaikan dan ditaklukkan selama berabad-abad oleh kekaisaran penakluk. Keadaan ini berubah ketika Pakistan mulai mengadakan infasi kepada Kashmir yang dimana akhirnya Kashmir setuju untuk bergabung dengan India dengan imbalan bantuan melawan para penggembala Pakistan yang menyerbu, yang memicu Perang Indo-Pakistan tahun 1947-48. Perjanjian Karachi tahun 1949 untuk sementara mengakhiri kekerasan di wilayah Jammu-Kashmir dengan membentuk garis gencatan senjata (CFL) yang diawasi oleh anggota subkomite gencatan senjata PBB.
ADVERTISEMENT
Ketegangan membara sampai pertikaian antara kontrol perbatasan meningkat menjadi perang besar-besaran pada tahun 1965. Pada tahun 1971, India dan Pakistan terlibat perang singkat lagi atas Pakistan Timur, dengan pasukan India membantu wilayah itu memperoleh kemerdekaan, yang mengakibatkan berdirinya Bangladesh saat ini. India dan Pakistan berusaha untuk mengantar era baru hubungan bilateral dengan Perjanjian Simla 1972 , yang menetapkan Garis Kontrol (LOC). Garis kendali militer sementara ini membagi Kashmir menjadi dua wilayah administratif. Namun, pada tahun 1974, konflik tersebut mengambil dimensi baru dengan diperkenalkannya senjata nuklir , meningkatkan taruhan dari setiap konfrontasi. Tahun itu, India menguji senjata nuklir pertamanya, memicu perlombaan senjata nuklir yang akan membuat Pakistan mencapai tonggak sejarah yang sama dua dekade kemudian.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1989, Pakistan memanfaatkan gerakan perlawanan yang sedang berkembang di Kashmir yang dikelola India untuk melemahkan kendali India, yang memicu kembali ketegangan dan memulai kekerasan komunal selama beberapa dekade . Meskipun telah berkomitmen kembali pada LOC pada tahun 1999, tentara Pakistan melintasi LOC, yang memicu Perang Kargil . Meskipun kedua negara telah mempertahankan gencatan senjata yang rapuh sejak tahun 2003, mereka secara teratur saling tembak di perbatasan yang disengketakan. Kedua belah pihak saling menuduh pihak lain melanggar gencatan senjata dan mengklaim bahwa mereka menembak sebagai tanggapan atas serangan.
Perlombaan Senjata dan Doktrin Nuklir sebagai Ancaman Regional
Program senjata nuklir di India, dan Pakistan patut mendapat perhatian karena kedua negara ini aktif dalam pengembangan nuklir. Evolusi postur nuklir India dipengaruhi oleh dinamika global dan regional yang tidak hanya dipengaruhi oleh rivalitas perang dingin. Kebangkitan China dan kemunculan Pakistan sebagai negara nuklir mengubah keseimbangan kekuatan di kawasan Asia Pasifik. Upaya China untuk melawan dominasi Amerika Serikat, upaya India untuk melawan China, dan upaya Pakistan untuk melawan India adalah keterkaitan logis yang muncul. Hubungan China-Pakistan yang menargetkan India juga merupakan bagian dari interaksi empat kekuatan nuklir dunia.
ADVERTISEMENT
India berada dalam kondisi yang rentan dikarenakan diapit oleh Tiongkok dan Pakistan yang mempunyai sistem persenjataan nuklir tersebut. India mempunyai konflik perbatasan dengan Tiongkok di Barat Himalaya. Sedangkan dengan Pakistan, sejak merdeka dari jajahan Inggris pada tahun 1947, kedua negara mengalami konflik berkepanjangan memperebutkan klaim dataran Kashmir. Pakistan mengembangkan nuklir untuk menetralisasi superioritas India dalam hal militer dan keamanan. Kedua negara beberapa kali terlibat konflik yang cukup serius pada tahun 1947, 1965, 1971 dan 1999. Pengalaman krisis Brasstacks tahun 1986-1987 membuat Pakistan meningkatkan penyimpanan nuklirnya untuk mempengaruhi keputusan India dalam operasi militer konvensional di perbatasan. Sejak tahun 1998, saat Pakistan mengembangkan nuklir, kemungkinan konflik nuklir antara India dan Pakistan menjadi perhatian masyarakat internasional dikarenakan potensi eskalasi nuklir akibat tidak harmonisnya komunikasi kedua belah pihak dan perhitungan politik keamanan yang kurang baik. Hubungan antara India dan Pakistan membeku mulai tahun 2019 sejak konflik di perbatasan Kashmir semakin intens.
ADVERTISEMENT
Tahun 1999, India merilis doktrin nuklirnya dengan poin utama yaitu tujuan senjata nuklir India yaitu untuk tujuan deteren dalam mengantisipasi ancaman senjata nuklir oleh negara manapun atau entitas yang bermusuhan dengan India. Selain itu, senjata nuklir akan dikontrol secara ketat dan pengambilan keputusan penggunaannya diambil di level politik tertinggi (Kapila, 1999). Di sisi lain, doktrin nuklir Pakistan tidak secara tegas dipublikasikan namun diklaim Pakistan dikembangkan dengan tanggung jawab sesuai dengan rezim kontrol internasional. Kesamaan antara India dan Pakistan hanya pada kebijakan mereka yang sama-sama menolak menandatangani Treaty on the Non-Proliferation of nuclear weapons (NPT) yang berlaku mulai tahun 1970 dan telah ditandatangani oleh 190 negara dan meratifikasi Comprehensive Nuclear Test Ban Treaty (CTBT). India menerapkan doktrin no-first-use (NFU) yang pada awalnya cukup ketat namun saat ini berubah menjadi fleksibel menimbang ancaman dari Pakistan. Sedangkan Pakistan cenderung berada di posisi risk taker dengan tidak pernah mendeklarasikan doktrin NFU.
ADVERTISEMENT
Nuklir adalah solusi untuk ancaman eksistensial itu. Pada Mei 1998, baik Pakistan maupun India sama-sama mengadakan uji coba nuklir. Walaupun begitu, kedua negara tidak pernah menggunakan senjata nuklir dalam berbagai konflik yang terjadi, namun banyak pihak menganalisa kemungkinan penggunaan nuklir jika terjadi eskalasi krisis kepercayaan. Ketika India meningkatkan kapabilitas keamanannya melalui pengembangan senjata nuklir dengan cara beraliansi dengan Amerika Serikat, Pakistan pun melakukan kerjasama dengan China. Negara-negara aliansi dari kedua negara ini secara tidak langsung ikut mempengaruhi keputusan negara tersebut. Kerangka kerja multilateral akan memungkinkan fleksibilitas dan ruang lingkup untuk fokus pada implikasi nuklir sebagai senjata perang. Konsekuensi bagi masyarakat India dan Pakistan akan masif dalam jangka waktu yang lama, dengan banyak kota besar sebagian besar hancur dan tidak dapat dihuni, jutaan orang terluka membutuhkan perawatan, dan listrik, transportasi, dan infrastruktur keuangan hancur. Efek iklim dari asap yang dihasilkan oleh perang nuklir India-Pakistan juga tidak akan terbatas pada Asia Selatan namun juga di seluruh Asia(Robock et al., 2019). Efek tersebut akan sangat besar dan dalam lingkup global yang seharusnya kedua negara mampu mempertimbangkan hal ini sebelum memutuskan untuk melakukan perang nuklir. Dari analisa secara saintifik yang dilakukan jika India menggunakan 100 senjata strategis untuk menyerang pusat kota dan Pakistan menggunakan 150, korban jiwa dapat mencapai 50 hingga 125 juta orang, dan kebakaran yang dipicu oleh nuklir dapat melepaskan 16 hingga 36 Tg karbon hitam dalam asap. Asap akan naik ke troposfer, terangkat ke stratosfer, dan menyebar secara global dalam beberapa minggu. Sinar matahari permukaan akan berkurang 20 hingga 35%, mendinginkan permukaan global sebesar 2° hingga 5 °C dan mengurangi curah hujan sebesar 15 hingga 30%, dengan dampak regional yang lebih besar. Pemulihan membutuhkan waktu lebih dari 10 tahun. Produktivitas primer bersih menurun 15 hingga 30% di darat dan 5 hingga 15% di lautan yang mengancam kelaparan massal dan kematian di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Security dilemma dimana berfokus pada kemampuan militer yang dimaksudkan untuk menghalangi satu musuh cenderung menimbulkan rasa tidak aman yang berbahaya di negara lain terlihat ketika India mempersenjatai diri untuk menghalangi Tiongkok, sedangkan di sisi lain, Pakistan merasakan ancaman baru dari India dan mendorong peningkatan kemampuannya sendiri. Dalam skenario terburuk, Asia Selatan bisa memasuki perlombaan senjata nuklir yang semakin cepat berbahaya dan tidak dapat diprediksi dimana ini memperbesar risiko mispersepsi strategis dan kesalahan perhitungan, yang berpotensi memicu konflik berskala besar di Asia Selatan.
Dampak Terhadap Stabilitas Regional dan Kerjasama Keamanan Multilateral
Konflik perebutan wilayah Kashmir antara India dan Pakistan menjadi salah satu konflik dengan tingkat kompleksitas yang cukup tinggi dan berbahaya di Asia Selatan. Ketegangan yang terjadi di wilayah ini mengandung potensi ancaman serius, termasuk proliferasi senjata nuklir, terorisme lintas batas, dan ketegangan regional yang dapat memicu konflik lebih luas. Dengan demikian, situasi di Kashmir tidak hanya mempengaruhi penduduk lokal, tetapi juga memiliki implikasi yang jauh lebih besar bagi stabilitas dan keamanan dunia.
ADVERTISEMENT
Konflik India dan Pakistan ini membawa pengaruh besar bagi keamanan global bukan hanya di Asia Selatan tapi juga di seluruh dunia. Ketegangan yang berkepanjangan dapat memicu intervensi dari kekuatan besar dan berpotensi mengganggu stabilitas regional serta global. Karena kedua negara baik India maupun Pakistan merupakan negara yang mempunyai kekuatan militer yang sangat besar sehingga konflik ini sangat bisa berpotensi memperbesar eskalasi yang dapat menyebabkan dampak domino di kawasan sekitarnya, memicu konflik baru dan memperburuk hubungan antar negara-negara lain yang terlibat.
Perkembangan nuklir di Asia Selatan tidak terlepas dari meningkatnya intensitas konflik perebutan wilayah Kashmir antara India dan Pakistan. Posisi India dan Pakistan dianggap zero-sum dimana keuntungan yang diperoleh salah satu negara akan menjadi kerugian bagi negara yang lain. Aktivitas mereka yang terus mengembangkan kekuatan militernya dengan sangat masif tidak hanya mengancam stabilitas regional, tetapi juga berpotensi memicu reaksi dari negara-negara besar, yang dapat memperburuk situasi. Intervensi aktor global seperti Amerika Serikat, Rusia, dan PBB menunjukkan adanya kesadaran internasional akan pentingnya menjaga perdamaian di kawasan ini karena ketidakstabilan ini dapat mengganggu upaya kerjasama regional dalam menangani isu lintas batas seperti terorisme, perdagangan senjata ilegal, dan kejahatan lintas negara.
ADVERTISEMENT
Keterlibatan Kekuatan Eksternal dan Dinamika Geopolitik Asia Selatan
Ketegangan di kawasan Asia Selatan berdampak signifikan terhadap keamanan regional dan memiliki implikasi luas terhadap stabilitas global, terutama karena melibatkan dua negara bersenjata nuklir. Ketidakstabilan ini dapat memicu terorisme lintas batas dan proliferasi nuklir, meningkatkan kekhawatiran akan perdamaian dan keamanan internasional. Keterlibatan kekuatan besar, seperti AS, Rusia, China, dan Jepang, dalam menengahi konflik sangat penting, karena pengaruh mereka dapat membentuk dinamika regional dan mempengaruhi kepentingan strategis global.
Konflik India-Pakistan secara signifikan berdampak pada keseimbangan kekuatan global dengan mengintensifkan ketegangan geopolitik di antara India, Pakistan, dan China. Situasi ini mempersulit hubungan internasional, karena kekuatan global dapat menyelaraskan dengan pemangku kepentingan yang berbeda, mempengaruhi strategi diplomatik dan kebijakan keamanan. Akibatnya, konflik India-Pakistan tetap menjadi titik panas kritis yang dapat mempengaruhi stabilitas regional dan aliansi internasional.
ADVERTISEMENT
Selain itu terdapat pula penggambaran konflik India-Pakistan yang mempengaruhi keseimbangan kekuatan global dengan menarik pemain internasional utama yang sejajar dengan India atau Pakistan, sehingga memperumit dinamika geopolitik. Masalah ini tidak hanya bilateral ini memiliki implikasi yang lebih luas bagi stabilitas dan keamanan regional di Asia Selatan. Keterlibatan kekuatan global dapat mempengaruhi hubungan diplomatik, strategi militer, dan kemitraan ekonomi.
Intervensi aktor global seperti Amerika Serikat, Rusia, dan PBB menunjukkan adanya kesadaran internasional akan pentingnya menjaga perdamaian di kawasan ini. Amerika Serikat, dengan kepentingan strategisnya di Asia Selatan, yang dimana hubungan antara Amerika Serikat dan India telah terjalin sejak masa-masa awal kemerdekaan India, setelah berakhirnya Perang Dunia II. Saat itu Amerika Serikat menjadi negara donor terbesar bagi India. Namun hubungan keduanya sangat dipengaruhi oleh dinamika yang terjadi seperti hubungan India dengan Uni Soviet, konflik perbatasan dengan China dan kebijakan proliferasi nuklir India. Posisi India sebagai negara yang memiliki kekuatan ekonomi dan militer relatif besar di kawasan dipandang sebagai potensi penting yang harus dikelola dengan baik. Oleh karena itu Amerika Serikat menggunakan kerja sama dan bantuan bidang militer sebagai instrumen utama dalam membangun kepercayaan dan persepsi positif India. India menerima bantuan militer Amerika Serikat karena setelah berakhirnya perang dingin, India yang sempat bergantung kepada Uni Soviet tidak lagi memiliki jaminan kelangsungan peralatan pertahanannya, sehingga memerlukan mitra baru untuk memenuhi pasokan bantuan atau suku cadang bagi militernya. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan Amerika Serikat sering kali terlibat dalam upaya mediasi.
ADVERTISEMENT
sementara Rusia berusaha memperkuat posisinya sebagai pemain kunci dalam diplomasi regional. PBB, melalui berbagai resolusi dan misi perdamaian, berusaha untuk menciptakan dialog antara pihak-pihak yang berseteru. Namun, efektivitas intervensi ini sering kali dipertanyakan, mengingat kompleksitas dan kedalaman masalah yang ada. Ancaman eskalasi konflik di Kashmir tidak hanya terbatas pada India dan Pakistan, tetapi juga dapat melibatkan aktor global lainnya, yang berpotensi menambah dimensi baru dalam ketegangan yang ada. Jika konflik ini meluas, negara-negara dengan kepentingan strategis di kawasan tersebut dapat terpaksa mengambil posisi, yang berisiko menjerumuskan dunia ke dalam ketidakstabilan yang lebih luas. Oleh karena itu, penting untuk terus memantau perkembangan situasi di Kashmir dan upaya-upaya diplomatik yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk mencegah terjadinya konflik berskala besar yang dapat mengancam keamanan global.
ADVERTISEMENT