Konten dari Pengguna

FOMO (Fear of Missing Out), Istilah untuk Takut Tertinggal

Yayuk Lestari
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Andalas
28 Juli 2024 13:06 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yayuk Lestari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

FOMO, Istilah yang Viral di Media Sosial

Sumber: Pexels.com (FOMO)
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Pexels.com (FOMO)
ADVERTISEMENT
FOMO atau rasa cemas karena takut ketinggalan sesuatu yang penting, telah menjadi isu serius yang dipicu dan diperburuk oleh keberadaan media sosial. Dalam beberapa tahun terakhir, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita. Platform seperti Instagram, Facebook, dan Twitter mempermudah kita untuk terhubung dengan teman-teman, keluarga, dan berbagai komunitas. Namun, di balik kemudahan ini, muncul sebuah fenomena yang kian meresahkan: Fear of Missing Out (FOMO)
ADVERTISEMENT
Media sosial memiliki dampak signifikan dalam memperburuk FOMO. Setiap kali kita membuka aplikasi media sosial, kita disajikan dengan gambar-gambar dari acara-acara mewah, liburan eksotis, dan pencapaian yang mengesankan dari orang-orang di sekitar kita. Dengan tampilan yang sering kali terlihat sempurna dan bahagia, kita merasa seolah-olah kita selalu ketinggalan sesuatu yang penting. Paparan terus-menerus terhadap konten semacam ini dapat menyebabkan perasaan stres dan kecemasan yang berkepanjangan.
Penelitian menunjukkan bahwa melihat kehidupan ideal yang dipamerkan di media sosial dapat mengakibatkan perasaan tidak puas dan rendah diri. Ketika seseorang membandingkan kehidupan mereka dengan citra kehidupan orang lain yang tampaknya lebih bahagia dan sukses, mereka sering kali merasa kurang memuaskan dan merasa tidak berharga. Rasa tidak puas ini dapat memperburuk masalah kesehatan mental yang ada atau bahkan memicu masalah baru.
ADVERTISEMENT
Gejala FOMO
Meskipun FOMO belum diakui sebagai kondisi medis resmi, gejalanya cukup nyata dan memengaruhi kehidupan sehari-hari. Salah satu gejala utama FOMO adalah kecenderungan untuk terus-menerus memeriksa media sosial. Orang dengan FOMO merasa perlu memantau aktivitas orang lain, bahkan saat seharusnya fokus pada tugas atau kegiatan lain. Kebiasaan ini sering mengganggu produktivitas dan menambah stres. Banyak orang yang terus memantau sosial media di saat sedang nongkrong dengan teman karena takut ada hal yang lebih seru yang mereka lewatkan. Mereka tidak mau ketinggalan kesempatan. Masalah terbesar dengan FOMO adalah kita jadi melewatkan momen saat ini dengan memikirkan masa lalu dan apa yang mungkin terjadi. Kita jadi kurang menghargai apa yang ada di depan mata. Lebih parah lagi, kita kehilangan pandangan tentang masa depan yang sedang kita bangun dengan pilihan yang sudah kita buat dan tidak bisa kita ubah.
ADVERTISEMENT
FOMO juga bisa membuat kita merasa negatif saat membandingkan diri sendiri dengan kehidupan orang lain yang tampak lebih menarik di media sosial. Misalnya, melihat teman yang sedang liburan ke Bali atau menikmati konser musik bisa bikin kita merasa tidak berharga dan menurunkan rasa percaya diri. Misalnya, saat kita lagi di rumah sendirian, melihat Instagram Story teman yang sedang pesta ulang tahun yang seru bisa membuat kita merasa ketinggalan dan kurang beruntung. Kelelahan mental juga sering muncul karena terlalu banyak terlibat di media sosial, membuat kita merasa kehabisan energi dan stres.
Gejala lain FOMO termasuk keinginan untuk terlalu banyak menjadwalkan waktu. Orang dengan FOMO merasa tertekan untuk hadir di berbagai acara sosial dan kegiatan, takut melewatkan apapun. Contohnya, seseorang bisa merasa harus datang ke setiap undangan pesta, reuni, atau acara kantor karena takut merasa tertinggal. Ironisnya, meskipun mereka berusaha terlibat dalam banyak kegiatan, mereka sering merasa semakin terasing dan stres. Mereka juga mungkin menarik diri dari interaksi sosial langsung karena cemas tentang ekspektasi tinggi yang harus dipenuhi, serta mengalami kesulitan berkonsentrasi dan masalah tidur akibat kekhawatiran yang berkepanjangan.
ADVERTISEMENT
Mengatasi FOMO
Untuk mengatasi FOMO, penting untuk mengubah cara pandang terhadap media sosial dan diri sendiri. Salah satu langkah pertama yang dapat diambil adalah membatasi penggunaan media sosial. Mengurangi waktu yang dihabiskan di platform ini dapat membantu mengurangi perasaan cemas dan stres. Menetapkan batas waktu harian dan mematuhi batasan tersebut bisa menjadi langkah awal yang efektif.
Selanjutnya, fokus pada kehidupan nyata sangat penting. Alih-alih terfokus pada apa yang orang lain lakukan, cobalah untuk menemukan kebahagiaan dalam aktivitas sehari-hari yang Anda nikmati. Luangkan waktu untuk berhubungan dengan keluarga dan teman-teman secara langsung, berolahraga, atau mengejar hobi yang Anda sukai. Aktivitas-aktivitas ini dapat membantu mengalihkan perhatian dari tekanan media sosial dan memperkuat rasa kepuasan pribadi.
ADVERTISEMENT
Menyadari bahwa apa yang Anda lihat di media sosial sering kali adalah versi yang disaring dan disempurnakan dari kenyataan juga sangat membantu. Ingatlah bahwa orang cenderung membagikan hanya momen terbaik mereka, bukan keseluruhan kehidupan yang mungkin juga penuh tantangan dan kesulitan. Memahami bahwa citra yang ditampilkan di media sosial tidak selalu mencerminkan realitas dapat mengurangi perasaan tidak puas.
Menemukan keseimbangan antara kehidupan online dan offline juga merupakan langkah penting. Terlalu banyak terlibat dalam media sosial dapat mengganggu keseimbangan ini dan mengarah pada perasaan tidak puas. Cobalah untuk menciptakan rutinitas yang memungkinkan Anda untuk terhubung dengan dunia nyata, seperti mengatur waktu khusus untuk kegiatan tanpa gangguan dari media sosial, seperti makan malam bersama keluarga atau berolahraga di luar ruangan.
ADVERTISEMENT
Jika perasaan cemas dan tidak puas menjadi terlalu berat, mencari dukungan adalah langkah yang tepat. Berbicara dengan keluarga, teman, atau profesional kesehatan mental dapat membantu Anda mengatasi dampak negatif FOMO dan menemukan cara untuk merasa lebih baik tentang diri sendiri dan kehidupan Anda. Dukungan sosial dan profesional dapat memberikan perspektif yang berharga dan strategi tambahan untuk menghadapi perasaan cemas.
FOMO adalah fenomena yang nyata dan dapat memiliki dampak negatif yang signifikan pada kesejahteraan mental kita. Dalam dunia yang semakin terhubung oleh media sosial, sangat penting untuk menyadari dampak negatif yang dapat ditimbulkan dan mengambil langkah-langkah proaktif untuk mengatasi FOMO. Dengan membatasi penggunaan media sosial, fokus pada kehidupan nyata, dan mencari dukungan saat diperlukan, kita dapat meningkatkan kesejahteraan kita dan menjalani kehidupan yang lebih bahagia dan memuaskan. Fenomena ini memerlukan perhatian dan tindakan agar kita dapat menemukan cara untuk merasa lebih puas dengan kehidupan kita sendiri, dan mengingat bahwa kehidupan yang tampak sempurna di media sosial bukanlah satu-satunya ukuran kebahagiaan dan kesuksesan.
ADVERTISEMENT