Konten dari Pengguna

Trauma Masa Kecil Perempuan dan Dampaknya pada Hubungan Cinta

Isabela Andjani Santoso
Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.
24 November 2024 13:59 WIB
·
waktu baca 9 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Isabela Andjani Santoso tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi wanita menatap keluar jendela (sumber: https://www.pexels.com/id-id/)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi wanita menatap keluar jendela (sumber: https://www.pexels.com/id-id/)
ADVERTISEMENT
Setiap orang memiliki trauma masa kecil tersendiri. Tahukah kalian tentang apa yang dimaksudkan dengan trauma masa kecil? Trauma masa kecil merupakan kondisi dimana seseorang mengalami kejadian yang kurang baik saat berada di masa pertumbuhannya atau di masa kanak-kanak. Trauma masa kecil mengacu pada pengalaman traumatis yang dialami oleh anak-anak, yang meliputi kekerasan fisik, emosional, pengabaian, atau perundungan. Pengalaman-pengalaman ini dapat meninggalkan dampak yang mendalam dan berkepanjangan pada kesehatan mental individu saat dewasa. Menurut para ahli, trauma tidak hanya memengaruhi kondisi emosional, tetapi juga dapat mengubah fungsi otak dan sistem respons stres. Hal itu mengakibatkan individu yang mengalami trauma masa kecil mengalami kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat, masalah kepercayaan, serta gangguan emosional seperti kecemasan dan depresi.
ADVERTISEMENT
Pengaruh Lingkungan Sekitar dalam Membangun Trauma Masa Kecil
Peran lingkungan sekitar, terutama orang tua sangat berpengaruh dalam membangun trauma masa kecil. Ketika anak mengalami kekerasan, baik itu fisik maupun emosional, atau bahkan pengabaian dari orang tua dapat meninggalkan bekas yang mendalam dalam psikologis mereka. Menurut penelitian, trauma yang dialami pada saat masa kanak-kanak dapat mengganggu perkembangan otak, memengaruhi kemampuan anak untuk mengelola emosi dan membangun hubungan sosial mereka di masa depan. Selain itu, anak yang menyaksikan kekerasan atau pertengkaran dalam keluarga juga memiliki risiko yang tinggi untuk mengalami gangguan mental. Oleh karena itu, lingkungan yang aman dan mendukung sangat penting untuk mencegah trauma dan memastikan perkembangan yang sehat bagi anak. Trauma masa kecil bisa timbul akibat berbagai penyebab, seperti :
ADVERTISEMENT
1. Ditelantarkan oleh Orang Tua
Baik secara fisik ataupun secara emosional, sehingga dapat menimbulkan perasaan dan pemikiran bahwa kehadiran anak tidak begitu berharga bagi orang tua mereka.
2. Kehilangan Orang yang Dicintai
Kehilangan orang yang dicintai, seperti anggota keluarga terdekat atau orang tua bisa menimbulkan trauma mendalam.
3. Menyaksikan Kekerasan atau Pertengkaran dalam Rumah Tangga
Hal ini dapat membuat anak merasa cemas dan terancam.
4. Menjadi Saksi Perselingkuhan yang Dilakukan oleh Orang Tua
Melihat pengkhianatan orang tua akan menjadikan anak kehilangan kepercayaan akan cinta dan kesetiaan.
5. Sering Kali Tidak Dilihat, Didengar dan Dicintai Selama Tumbuh Besar
Hal ini dapat membuat anak mengalami masalah dalam membangun harga diri serta kepercayaan.
ADVERTISEMENT
6. Perasaan yang Tidak Divalidasi oleh Orang Tua atau Keluarga
Perlakuan seperti ini dapat menciptakan pemikiran bahwa emosi mereka bukanlah hal yang penting sehingga mereka mulai mengabaikannya, yang kemudian dapat menghambat mereka dalam mengekspresikan perasaannya.
7. Selalu Mendapat Kasih Sayang dan Cinta Hanya Saat Sudah Menjadi yang Terbaik
Akibatnya anak akan menciptakan pemikiran dan perasaan bahwa mereka harus memiliki sesuatu untuk dibanggakan agar dapat dicintai serta dapat meningkatkan rasa takut akan kegagalan.
Beberapa faktor tersebut dapat memengaruhi kepribadian seseorang dalam menjalani hubungan percintaan serta membuat stigma baru dalam masyarakat. Pernahkah kalian mendengar kalimat seperti “Mentally unstable woman doesn’t deserve to be loved”?, kalimat seperti ini mulai bermunculan di media sosial, tidak sedikit perempuan yang merasa bahwa mereka tidak pantas dicintai karena luka atau trauma yang mereka miliki, hal ini didukung oleh stigma masyarakat serta persepsi negatif yang ada.
ADVERTISEMENT
Stigma ini bisa muncul di masyarakat karena kurangnya pemahaman mengenai kesehatan mental serta bagaimana trauma bisa berpengaruh pada perilaku dan emosi seseorang. Karena adanya stigma ini, sebagian besar perempuan mulai menginternalisasi pandangan yang negatif terhadap diri mereka sendiri. Perempuan juga sering kali merefleksikan kelayakan mereka untuk dicintai, sehingga muncul pertanyaan-pertanyaan dalam benak mereka, seperti “apakah saya pantas untuk dicintai?” atau “apakah saya pantas untuk menerima cinta dari orang lain?”, kemudian mereka akan mulai beranggapan bahwa masalah kesehatan mental seperti trauma yang telah mereka alami merupakan sebuah kecacatan atau aib.
Trauma Masa Kecil dan Implikasinya dalam Hubungan Cinta
Trauma masa kecil dapat menimbulkan dampak yang signifikan pada hubungan cinta di masa dewasa. Pengalaman traumatis yang mereka alami sering kali membuat mereka kesulitan dalam membangun kepercayaan, memiliki pola komunikasi yang buruk, dan kecemasan berlebihan dalam hubungan. Hal ini menjadi penghambat bagi individu untuk menjalin hubungan yang sehat.
ADVERTISEMENT
Psikolog menegaskan bahwa trauma atau luka masa kecil memang dapat memengaruhi hubungan individu saat dewasa. Namun, hal ini bukan indikasi bahwa mereka tidak berhak untuk dicintai, pemikiran seperti ini justru dapat menyebabkan mereka untuk menarik diri dari hubungan ataupun menghindari keintiman. Trauma masa kecil memilik dampak yang signifikan. Berikut dampak utama dari trauma masa kecil terhadap hubungan percintaan :
1. Kesulitan untuk Mempercayai Orang Lain
Orang yang memiliki latar belakang traumatis akan merasa lebih waspada dan takut akan pengkhianatan ataupun penolakan. Mereka kesulitan untuk membuka diri terhadap pasangannya karena dipengaruhi oleh rasa takut yang berlebih. Hal ini dapat menghambat kemampuan mereka untuk menjalin hubungan yang sehat.
2. Kesulitan dalam Mengungkapkan Emosi
ADVERTISEMENT
Korban trauma masa kecil biasanya akan mengalami kesulitan dalam mengungkapkan emosi atau mengekspresikan perasaannya. Mereka merasa terjebak dalam emosi-emosi negatif, seperti kemarahan ataupun kesedihan, dan tidak tahu bagaimana cara untuk mengekspresikannya dengan cara yang sehat. Hal ini dapat menimbulkan kesalahpahaman dan perselisihan dalam hubungan, karena pasangan mungkin akan merasa bingung serta tidak dihargai ketika emosi tidak diungkapkan dengan jelas.
3. Memiliki Kebutuhan Emosional yang Tinggi
Trauma masa kecil dapat membuat korbannya memiliki kebutuhan emosional yang tinggi terutama pada pasangan mereka. Adanya rasa tidak aman dan kurangnya validasi di masa lalu dapat membuat mereka mencari dukungan emosional secara berlebihan dari pasangan. Hal ini dapat menjadi beban bagi hubungan, karena pasangan mungkin merasa tidak mampu untuk memenuhi semua kebutuhan emosional tersebut.
ADVERTISEMENT
4. Bentuk Pola Komunikasi yang Buruk
Trauma masa kecil dapat berdampak pada pola komunikasi yang tidak sehat, seperti komunikasi pasif-agresif atau manipulatif. Mereka tidak memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara terbuka sehingga dapat menyebabkan kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan dan membangun hubungan yang sehat. Misalnya, ketika dihadapkan dengan permasalahan, kebanyakan korban akan memilih untuk menghindari diskusi tentang masalah penting atau menggunakan cara-cara manipulatif untuk mendapatkan perhatian.
5. Rasa Cemburu yang Berlebih dan Keposesifan
Trauma masa kecil menjadi salah satu pemicu rasa cemburu dan keposesifan yang berlebih, hal ini dapat terjadi karena mereka memiliki ketakutan akan kehilangan atau ditinggalkan, sehingga membuat korban menjadi terlalu mengontrol dalam hubungan mereka. Hal ini dapat membuat hubungan terasa tidak nyaman dan menimbulkan banyak permasalahan, salah satunya adalah membuat pasangan kehilangan kepercayaan diri.
ADVERTISEMENT
6. Memilih Pasangan yang Tidak Tepat
Menarik pasangan yang salah merupakan salah satu dampak atau konsekuensi dari trauma masa kecil, korban biasanya tanpa sadar mencari orang-orang dengan pola perilaku yang mirip dengan pelaku trauma mereka di masa lalu, sehingga mereka terjebak dalam siklus hubungan yang tidak sehat atau bahkan berbahaya. Hal ini akan memperburuk pengalaman traumatis dan menyebabkan lebih banyak luka emosional.
Trauma masa kecil dapat mempengaruhi kemampuan individu dan menjadi gangguan dalam menjalin hubungan cinta yang sehat. Pengalaman negatif tersebut menyebabkan kesulitan dalam membangun kepercayaan, komunikasi, dan kedekatan emosional dengan pasangan.
Strategi Penyembuhan untuk Trauma Masa Kecil
Trauma masa kecil dapat meninggalkan bekas luka yang mendalam, tetapi hal itu bisa diatasi melalui pendekatan yang holistik serta beragam strategi dan dengan menerapkan tindakan yang tepat, individu dapat mencapai proses penyembuhan dan membangun hubungan yang sehat. Berikut langkah-langkah yang bisa diambil untuk mengatasi trauma masa kecil :
ADVERTISEMENT
1. Akui dan Terima Perasaan
Langkah awal yang dapat diterapkan sebagai upaya untuk mengatasi trauma masa kecil, yaitu melakukan refleksi diri untuk memahami pengalaman masa lalu dan dampaknya. Mencoba menghadapi emosi dengan penuh pengertian dan tanpa penilaian akan membantu individu untuk mulai melepaskan beban emosional yang mereka bawa selama ini. Dengan cara menganggap diri sendiri sebagai teman, mereka akan lebih mudah menerima perasaan tersebut.
2. Mencari Dukungan Sosial
Dukungan dari orang terdekat, seperti teman, keluarga atau pasangan, merupakan bagian penting yang akan memperkuat proses penyembuhan. Memiliki orang terdekat untuk berbagi cerita tentang pengalaman traumatis dapat memberikan kelegaan emosional dan membantu individu merasa tidak sendirian. Dukungan sosial dapat menghadirkan rasa aman yang diperlukan untuk memproses trauma dan membangun kembali kepercayaan dalam hubungan.
ADVERTISEMENT
3. Mengonsultasikan dengan Profesional
Ketika individu mulai merasa bahwa beban emosional terlalu berat, sangat disarankan untuk mencari bantuan dari terapis atau konselor. Terapis dapat membantu individu mengidentifikasi pola perilaku yang muncul karena trauma dan memberikan strategi untuk menghadapinya. Terapi berbicara, terapi seni, atau terapi bermain adalah metode-metode yang dapat digunakan untuk menyalurkan kenangan traumatis dan mengekspresikan emosi.
4. Memadukan Teknik Relaksasi dan Meditasi
Mengombinasikan metode relaksasi, termasuk meditasi, yoga dan teknik pernapasan dalam kegiatan sehari-hari dapat membantu untuk mengurangi stres dan akan memperbaiki kesehatan mental. Teknik-teknik ini membantu individu untuk merasa lebih tenang dan mampu menghadapi emosi negatif dengan lebih baik.
5. Menyalurkan Ekspresi Melalui Kreativitas
Aktivitas kreatif seperti melukis, menulis, atau bermain musik dapat menjadi sarana untuk menyalurkan ekspresi diri yang efektif. Dengan mengekspresikan perasaan melalui seni, individu dapat membantu untuk menemukan jalan keluar bagi emosi terpendam dan membantu proses penyembuhan.
ADVERTISEMENT
6. Lebih Mengutamakan Diri Sendiri
Memberikan waktu untuk fokus pada diri sendiri sangat penting dalam proses penyembuhan. Hal ini termasuk merawat diri secara fisik dan emosional, serta mengenali kebutuhan pribadi. Dengan mengenali diri sendiri lebih dalam, individu dapat menumbuhkan kepercayaan diri dan harga diri yang lebih tangguh.
7. Membangun Hubungan Sehat
Pasca memproses trauma, Sangat penting untuk belajar membangun hubungan cinta yang sehat. Hal ini meliputi komunikasi yang terbuka dengan pasangan, menetapkan batasan-batasan yang jelas, serta saling mendukung dalam proses penyembuhan masing-masing.
Dengan menggunakan strategi-strategi ini, perempuan yang mengalami trauma masa kecil dapat mulai menyembuhkan luka emosional mereka dan menciptakan hubungan cinta yang lebih sehat di masa depan. Proses ini mungkin memang memerlukan waktu dan usaha, tetapi dengan dukungan yang tepat, pemulihan adalah hal yang mungkin dicapai.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa trauma masa kecil memiliki dampak yang signifikan terhadap hubungan cinta di masa dewasa, terutama bagi perempuan. Trauma yang terjadi akibat pengabaian, kehilangan, atau kekerasan dapat menghambat kemampuan individu dalam membangun kepercayaan, komunikasi, dan kedekatan emosional. Stigma terhadap kesehatan mental juga dapat membuat perempuan merasa bahwa mereka tidak layak untuk dicintai. Untuk mengatasi trauma ini, individu dianjurkan untuk mengakui perasaan, mencari dukungan sosial, berkonsultasi dengan profesional, serta menggunakan teknik relaksasi dan ekspresi kreatif. Dengan dukungan yang tepat, pemulihan dan penciptaan hubungan cinta yang lebih sehat dapat dicapai.
Yuk, mulai beranikan diri untuk menghadapi bayang-bayang traumatis masa kecil dan ciptakan jalan menuju kebebasan dalam hubungan cinta! Perempuan-perempuan yang kuat dan hebat, mari kita bangun kembali kepercayaan diri dan belajar untuk berkomunikasi lebih jujur demi kebahagiaan yang sejati dan murni dalam hubungan romantismu.
ADVERTISEMENT
Isabela Andjani Santoso, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.