Konten dari Pengguna

Fatherless: Ketika Kehilangan Bukan Hanya Soal Fisik

Aisyah Syayidah Agni
Seorang mahasiswa Psikologi UIN Jakarta yang tertarik pada isu kesehatan mental dan literasi. Aktif di organisasi kampus, berperan dalam Humas, terlibat dalam menjalin kerja sama, strategi komunikasi, dan kolaborasi media untuk berbagai acara edukasi
18 November 2024 14:40 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aisyah Syayidah Agni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kasih sayang ayah yang sangat berperan dalam perkembangan dan psikologis anak. foto: freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kasih sayang ayah yang sangat berperan dalam perkembangan dan psikologis anak. foto: freepik.com
ADVERTISEMENT
Pernahkah kamu membayangkan, bagaimana rasanya tumbuh tanpa seorang ayah yang sering kali menjadi simbol kekuatan, pelindung, dan teladan yang dapat memberikan rasa aman pada anak-anaknya?
ADVERTISEMENT
Fatherless salah satu fenomena yang menggambarkan seorang anak yang tumbuh tanpa peran seorang ayah secara psikologis ataupun fisik (Wulandari dan Safrani dalam Wahyuni dkk, 2024). Bagi sebagian anak kehilangan seorang ayah bukan hanya sekadar ketidakhadiran fisik, tetapi juga sebuah kekosongan yang sulit terisi. Saat ini banyak lho… ayah yang hanya hadir sekadar fisik, tapi tak hadir secara kebutuhan psikologis anaknya, sehingga anak mengalami emosional yang mendalam. Tapi, sebenarnya apa saja sih yang membuat anak menjadi fatherless? Mengapa ada banyak anak yang tumbuh tanpa figur ayah yang sejati?
Kehilangan sosok ayah dalam kehidupan anak memang dapat terjadi karena berbagai alasan. Namun, ada jenis-jenis ayah yang ketidakhadirannya mempengaruhi anak dengan cara yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, pada artikel ini akan mengupas berbagai penyebab utama fatherless untuk membantu kita dalam memahami bagaimana ketidakhadiran ayah dalam berbagai bentuk penyebab dapat mempengaruhi perkembangan anak secara emosional, sosial, dan psikologis. Yuk langsung aja kita bahas!
ADVERTISEMENT
Enam Tipe Ayah yang Bisa Membuat Anak Merasa Kehilangan
Ilustrasi anak yang sedang kesepian. foto: freepik.com
Menurut hasil penelitian (Rosenthal dalam Rachmanulia dan Dewi, 2023), terdapat enam penyebab yang menyebabkan seorang anak menjadi fatherless yang membawa dampak emosional yang besar bagi perkembangan psikologis anak.
1. Ayah Pengkritik (The Disapproving Father)
pernah nggak sih kamu merasa bahwa apapun yang kamu lakukan selalu salah di mata orang tua? Bayangkan kalau perasaan itu hadir terus menerus, pasti melelahkan sekali, kan? Ayah yang terus menerus mengkritik tanpa memberi dukungan positif bisa perlahan-lahan meruntuhkan rasa percaya diri sang anak. Anak yang tumbuh dengan ayah yang seperti ini sering merasa usahanya nggak pernah cukup untuk bisa memenuhi harapan. Akibatnya, mereka jadi sulit percaya diri, kesulitan membangun hubungan yang sehat, dan sering memendam perasaan sendirian. Mereka khawatir kalau sekali berbicara terbuka dengan ayahnya yang didapat hanya kritikan yang menyudutkan sang anak. Padahal yang diinginkan sang anak sebenarnya sederhana, hanya ingin diberikan dukungan positif dan apresiasi terhadap usaha yang telah mereka lakukan. Dukungan sekecil apa pun dari seorang ayah bisa membuat anak merasa dihargai dan disayang oleh ayahnya.
ADVERTISEMENT
2. Ayah dengan Penyakit Mental (The Mentally Father)
Ayah yang berjuang dengan depresi, kecemasan, atau gangguan mental lainnya sering kali ada secara fisik, tapi terasa jauh secara emosional. Anak yang tumbuh dengan kondisi ayah seperti ini mungkin akan bingung, merasa kesepian, dan bahkan mulai menyalahkan diri sendiri, berpikir ada yang salah dalam dirinya. Padahal kondisi ini bukan salah siapa pun, ayah juga sedang berjuang melawan badai di dalam pikirannya. Sayangnya jarak emosional ini bisa meninggalkan luka yang mendalam, membuat anak sulit membuka diri atau membangun hubungan yang sehat. Namun, dengan dukungan penuh kasih sayang dari lingkungan sekitar, anak bisa menemukan kembali rasa aman dan tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan percaya diri.
ADVERTISEMENT
3. Ayah dengan Ketergantungan Zat (The Substance-Abusing Father)
Ayah yang terjebak kecanduan alcohol atau narkoba sering kali kehilangan kemampuan untuk hadir secara emosional bagi anak-anaknya. Ketika kecanduan mendominasi hidupnya, anak akan menjadi prioritas kedua atau bahkan dilupakan. Anak-anak yang tumbuh dilingkungan seperti ini sering merasa terabaikan, seolah nggak ada tempat buat mereka merasa dicintai.
4. Ayah yang melakukan kekerasan (The Abusive Father)
Kalau dalam kasus ini jelas banget dampaknya. Bayangkan kalau rumah yang seharusnya jadi tempat yang aman malah jadi tempat yang menakutkan. Ayah yang sering marah-marah, ngomel tanpa henti, bahkan sampai melakukan kekerasan fisik bisa menciptakan trauma yang mendalam buat sang anak. Anak yang tumbuh dalam lingkungan seperti ini tidak hanya merasa cemas, tapi juga kehilangan rasa aman. Mereka menjadi takut untuk pulang ke rumah, takut berbicara, bahkan takut untuk jadi diri mereka sendiri. Ketakutan ini bisa terus membekas hingga mereka dewasa dan memengaruhi cara mereka berinteraksi dengan orang lain.
ADVERTISEMENT
5. Ayah yang Tidak Dapat Diandalkan (The Unrealiable Father)
Pernah nggak sih kamu ngerasa, kalau ayah yang seharusnya jadi tempat kamu bisa mengandalkan segala sesuatu, malah sering mengecewakan? Ayah yang nggak bisa diandalkan sering bikin anak merasa seperti nggak ada yang bisa diharapkan dalam hidup. Bayangin aja, dia sering berjanji tapi nggak pernah menepati, atau jarang ada saat dibutuhkan, atau nggak memenuhi perannya sebagai pencari nafkah. Anak yang tumbuh dengan ayah seperti ini lama-lama jadi belajar untuk nggak terlalu berharap banyak, karena mereka tahu bahwa harapan sering kali berujung pada kekecewaan. Dengan kondisi ini, mereka merasa harus melewati segala hal sendiri, bahkan momen-momen penting yang seharusnya butuh dukungan.
6. Ayah yang telah tiada (The Absent Father)
ADVERTISEMENT
Pada kasus ini, kehilangan sosok ayah yang secara tiba-tiba bisa membuat kekosongan yang dirasakan sangat mendalam karena kehilangan secara fisik dan emosional. Entah karena perceraian, perpisahan, atau bahkan kematian, kehilangan ayah dengan cara seperti ini juga sangat memberikan perasaan yang mendalam. Rasanya kayak kehilangan tempat untuk berlindung, nggak ada yang diandalkan untuk memberi rasa aman dan petunjuk hidup. Kondisi ini pasti membuat mereka berat sekali dalam menjalani kehidupan, anak yang tumbuh tanpa ayah seperti kasus ini sering kali merasa bingung, kehilangan arah, bahkan nggak percaya diri.
Dengan demikian, artikel ini mengajak para ayah untuk lebih menyadari pentingnya peran mereka dalam kehidupan anak. Ketidakhadiran ayah baik secara fisik maupun emosional, dapat berdampak besar pada perkembangan anak. Dengan memahami berbagai penyebabnya, para ayah diharapkan bisa lebih bijak mencegah hal tersebut. Dengan kepedulian yang lebih besar, kita bisa membantu anak tumbuh dengan dukungan dukungan positif dan membantu mereka tumbuh menjadi individu yang kuat, percaya diri, dan siap menghadapi tantangan hidup.
ADVERTISEMENT
Referensi :
Rachmanukia, N., & Dewi, K. S. (2023). Dinamika Psikologis Pada Anak Perempuan dengan Fatherless di Usia Awal: Studi Fenomologis. Prosiding Konferensi Mahasiswa Psikologi Indonesia, 4, 88-98.
Wahyuni, R., Astri, A., & Teluma, T. R. A. S. (2024). Studi Fenomenologis: “Self Acceptance Pada Perempuan dengan Pengalaman Fatherless, 4(5), 5646-5657.