Konten dari Pengguna

Pengawetan Produk Pangan dengan Teknologi High Pressure Processing (HPP)

Isdiana Fitriyani
Mahasiswi Ilmu Pangan IPB University
13 Mei 2024 13:32 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Isdiana Fitriyani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber:https://www.pexels.com/
zoom-in-whitePerbesar
sumber:https://www.pexels.com/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki keanekaragaman pangan yang melimpah, baik pangan segar maupun pangan olahan. Produk pangan atau pangan olahan memiliki cita rasa yang khas, enak dan bergizi saat dikonsumsi oleh masyarakat Tetapi, banyak produk pangan di Indonesia yang mudah rusak (Perishable food) jika tidak diberi baha pengawet, tidak dilakukan pengolahan dan tidak disimpan dengan baik selama proses pendistribusian.
ADVERTISEMENT
Produk pangan biasanya diolah mengggunakan teknologi pengeringan, pembekuan, pendinginan, rekayasa pengemasan dan teknologi thermal untuk memperpanjang umur simpan. Namun, seiring berkembangnya zaman terdapat teknologi non thermal yang digunakan untuk memperpanjang umur simpan pada pangan tanpa menambahkan bahan pengawet dan tanpa menggunakan suhu tinggi untuk menginaktivasi bakteri, teknologi ini dikenal dengan teknologi Pulsed Electric Field (PEF) dan High Pressure Processing (HPP).
High Pressure Processing atau teknologi HPP merupakan salah satu teknologi non thermal untuk mengawetkan makanan menggunakan tekanan tinggi dalam waktu yang singkat. Teknologi ini biasanya digunakan untuk menggolah makanReaan dy to Eat (RTE) atau makanan siap saji. Teknologi ini menunjukkan potensi yang tinggi untuk menginaktivasi mikroorganisme pathogen seperti Staphylococcus aureus, Vibrio parahaemolyticus dan Listeria monocytogenes.
ADVERTISEMENT
Makanan siap saji biasanya dapat terkontaminasi oleh bakteri Listeria monocytogenes selama proses pengolahan pangan, pemotongan, atau proses penanganan pada bahan baku. Berdasarkan pedoman Codex Alimentarius, jumlah maksimal bakteri pathogen pada produk pangan sebesar 100 CFU/g. Maka dari itu, teknologi High Pressure Processing merupakan teknologi yang memiliki potensi yang besar untuk menonaktifkan bakteri pathogen dan mikroorganisme pembusuk, menghasilkan produk yang aman, menjaga kandungan gizi dan tidak rusaknya tekstur pada produk pangan.
Teknik pengawetan menggunakan teknologi High Pressure Processing pada dasarnya menerapan teknik isostatik secara merata dan langsung ditransmisikan ke pangan oleh pompa bertenaga air. Penerapan teknologi ini menggunakan tekanan sebesar 600 MPa selama 8 menit pada produk daging merupakan metode yang efisien untuk menonaktifkan pertumbuhan L.monocytogenis pada penyimpanan suhu dingin (4C) dan suhu ruang (18C). Model kinetik inaktivasi L.monocytogenes terbagi menjadi beberapa model seperti model primer, sekunder dan tersier, Namun, model kinetika yang paling banyak digunakan adalah model primer linear Weibull dan model Log-logistik. Penggunaan model inaktivasi ini banyak digunakan oleh banyak penelitian karena metode yang digunakan sederhana dan mudah untuk diterapkan dalam menghitung lama waktu yang digunakan untuk menginaktivasi mikroorganisme apabila diberi tekanan yang tinggi pada siklus log.
ADVERTISEMENT
Reference:
Cava R , J.G. Parra dan L. Ladero. 2020. Effect of high hydrostatic pressure processing and storage temperature onfood safety, microbial counts, colour and oxidative changes of a traditionaldry-cured sausage. Food Science and Technology 128: 1-8.
Possas A., F.P. Rodriguez., A. Valero dan R.M.G.Gimeno. 2017. Modelling the inactivation of Listeria monocytogenes by high hydrostatic pressure processing in foods: A review.Food Science and Technology 128: 46-55.
Ramirez R., J. Delgado., J.R.Pimienta., M.E.Valdes., M.J.M. Mateos., M.C.A.Yuste. 2023. Preservation of white wine pomace by high hydrostatic pressure. Heliyon. 9:2-13.
Mahasiswa Ilmu Pangan
IPB University