Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Salah Kaprah Tentang Novel Sebagai Bacaan Minim Manfaat
30 September 2024 16:18 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Isma Hijriyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
“Don’t judge the book from it’s cover”
Pepatah ini menjadi pembuka yang pas untuk membahas tentang buku novel yang semakin erat dengan persepsi minim manfaat dan pengetahuan. Meski demikian, jumlah penggemarnya tak pernah kekurangan. Utamanya, dari penulis yang sudah memiliki nama besar dikalangan pembaca.
ADVERTISEMENT
Buku novel umumnya berisi cerita tentang tokoh yang dihadapkan pada permasalahan tertentu dan ditutup dengan akhir cerita sedih ataupun bahagia yang disesuaikan dengan genre-nya. Standar usia pembaca pun disesuaikan agar pesan tersirat dari cerita bisa tersampaikan.
Dari beragamnya cerita yang disajikan oleh para penulis dalam buku novel yang mayoritas memiliki cap cerita fiksi, muncullah pernyataan,
“Membaca buku novel tidak akan membuatmu pintar.”
Pernyataan ini hadir bukan tanpa sebab. Melainkan, umumnya novel di Indonesia memang masih menganut cerita “Pasaran” dan “Latah” terhadap trend. Artinya, setiap kali ada satu topik yang sedang hangat dibicarakan masyarakat, maka topik itu akan masuk kedalam cerita berbagai buku novel dengan judul yang berbeda. Kesimpulannya, keberagaman genre buku novel di Indonesia masih belum menampilkan sesuatu yang berbeda untuk menarik minat dan perhatian pembaca.
ADVERTISEMENT
Manfaat Membaca Buku Novel
Melekat dalam buku novel sebagai cerita yang “Bohong” nyatanya tidak membuat buku novel hanya berisi cerita yang cacat makna, manfaat, dan pengetahuan. Berikut adalah rangkuman dari beberapa manfaat membaca buku novel.
1. Belajar Meneladani Sifat dan Karakter Tokoh
Layaknya cerita dalam dongeng 1001 malam yang sarat akan makna, buku novel dalam ceritanya juga mendefinisikan karakter dan sifat para tokoh dengan begitu apik yang biasanya merupakan representasi atau memaparkan tentang sifat yang seharusnya dimiliki oleh manusia di kehidupan nyata.
Contohnya tokoh Fahri yang dalam buku Ayat-Ayat Cinta 1 karya Habiburrahman El Shirazy digambarkan sebagai tokoh yang visioner. Saking visionernya Fahri, ia merinci kehidupannya selama lima tahun kedepan dengan membuat peta kehidupan.
Kebiasaan yang dilakukan Fahri bisa menjadi inspirasi bagi pembaca untuk turut membuat peta kehidupan agar hidup menjadi lebih terencana dan mengetahui tujuan hidup kedepannya.
ADVERTISEMENT
2. Meningkatkan Kreativitas Melalui Imajinasi Penggambaran Latar dan Tokoh
Buku novel umumnya hanya berisi tulisan tanpa disertai dengan gambar. Ini menjadi tantangan karena pembaca dituntut untuk berimajinasi tentang penggambaran bentuk fisik tokoh hingga latar dalam cerita tersebut.
Melalui imajinasi yang terus dibangun lewat buku novel, kreativitas pembaca akan meningkat yang bermanfaat dalam proses pemecahan masalah hingga berpikir kritis di dunia nyata.
3. Memahami Kisah Nyata Lewat Karakter Fiksi
Cerita dalam buku novel tidak melulu soal imajinasi penulis. Beberapa cerita yang dituliskan di buku novel terinspirasi atau berdasarkan kisah nyata yang telah terjadi. Biasanya, nama tokoh dalam cerita tetap sama dengan yang asli atau disamarkan.
Hal ini sering dijadikan ajang oleh penulis untuk menyampaikan kisah yang sebenarnya terjadi dari suatu peristiwa tertentu. Dibanding menuliskannya dalam genre non fiksi yang minim peminat, penulis memilih genre fiksi agar pesan yang ingin disampaikan mudah dipahami oleh pembaca.
ADVERTISEMENT
Beberapa contoh novel yang diangkat dari kisah nyata adalah Laut Bercerita karya Leila S. Chudori, As Long As The Lemon Trees Grow karya Zoulfa Katouh, hingga Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer.
4. Menjadi Pilihan Yang Tepat Untuk Membiasakan Baca Buku
Melekat dengan kata “Pintar” dan “Membosankan” rupanya menjadi alasan kuat buku masih sepi peminat. Tentunya, ini menjadi tantangan tersendiri untuk menumbuhkan minat baca di era gempuran media sosial.
Tidak harus selalu genre non fiksi, kebiasaan membaca buku bisa dimulai dari genre fiksi dengan cerita ringan seperti kumpulan cerita pendek. Dibanding memulai kebiasaan membaca dari genre non fiksi, memulai dari buku fiksi yang genrenya disesuaikan dengan hobi atau hal yang ditekuni akan lebih mudah dijalankan karena sesuai dengan kemampuan.
ADVERTISEMENT
Dari sini, mindset awal yang harus dibentuk adalah, “Membaca buku merupakan aktivitas yang menyenangkan”.
Menjadikan baca buku sebagai kebiasaan, pada hakikatnya bukan berapa banyak buku yang berhasil dibaca dalam kurun waktu tertentu. Tapi tentang bagaimana buku yang dibaca mampu membawa perubahan dan memiliki makna yang besar dalam kehidupan.