Konten dari Pengguna

Mengenal dan Mengelola Emosi dapat Meningkatkan Kebahagiaan

Ismanadia Majid
Saya adalah mahasiswa aktif di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Departemen Psikologi, Universitas Brawijaya. Saya memiliki minat mendalam pada studi perilaku dan dinamika sosial serta terlibat dalam berbagai kegiatan organisasi.
24 November 2022 11:59 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ismanadia Majid tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai makhluk hidup yang dibekali akal, manusia akan selalu hidup beriringan dengan emosi. Emosi tidak pernah lepas dari diri kita, emosi memegang peran penting dalam kehidupan manusia.
ADVERTISEMENT

Emosi bukan marah, marah merupakan bagian dari emosi tapi emosi tidak harus marah.

Lalu, sebenarnya emosi itu apa?

Foto : Pixabay
Terdapat banyak definisi mengenai emosi. Kebanyakan, mendefinisikan emosi sebagai perasaan positif dan negatif yang dihasilkan dari situasi tertentu. Contohnya, diperlakukan tidak baik membuat kita sedih, melihat orang lain bahagia kita ikut bahagia dan ketika melihat orang terkasih bersama orang lain kita marah.
Goleman (1996) mendefinisikan emosi sebagai kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu serta keadaan mental yang hebat dan meluap-luap, emosi juga cenderung mempengaruhi individu untuk bertindak.
Emosi merupakan hasil dari proses kognisi, di dalam otak kita amygdala menjadi pusat pengatur emosi dan ingatan yang berhubungan dengan rasa takut dan bahagia.
ADVERTISEMENT
Emosi dipengaruhi oleh dasar biologis dan juga pengalaman masa lalu. Dalam menggambarkan emosi sering tidak ada keseragaman dalam memberi nama pada jenis emosi tertentu karena sangat tergantung dari banyak faktor, antara lain: seperti perilaku yang tampak, rangsangan yang memicu emosi, reaksi fisiologi yang timbul, watak individu itu sendiri dan situasi sosial budaya setempat (Sarwono, 2012).
Setiap individu pasti memiliki emosi, tetapi tidak semua individu dapat mengenali emosinya. Terkadang banyak individu yang denial terhadap emosi yang dirasakan, hal ini karena manusia memiliki kecenderungan menikmati emosi positif dan tidak menerima emosi negatif, padahal menerima sebuah emosi adalah salah satu bentuk mengelola emosi.
Namun, emosi yang berlebihan baik positif atau negatif akan menyebabkan individu tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Foto : Pixabay
Menurut Stephan (2012), emosi yang tumpang tindih, dalam jangka pendek, pada perasaan eksistensial dicirikan oleh ketegangan, kelelahan, dan rasa gagal. Maka, dapat diambil kesimpulan bahwa masalah emosi bukanlah masalah biasa, untuk mencegah ini diperlukan tindakan preventif dengan mengenali emosi yang ada dalam diri kita.
ADVERTISEMENT
Goleman (1998), Mayer (Goleman, 2003), Bradberry dan Greaves (2007) menyebut mengenal emosi dengan kesadaran diri. Kesadaran diri yang dimaksud adalah kemampuan mengenali perasaan yang dirasakan pada saat itu atau tepat pada waktunya. Mengenal emosi meliputi kompetensi kesadaran emosi, menilai diri dan percaya diri.
a. Kesadaran Emosi : Kemampuan dalam mengakui dan sadar terhadap emosi yang dirakanan
b. Menilai diri secara akurat : Kemampuan mengenali kelebihan dan kekurangan dalam diri, mau belajar dari kesalahan dan mengetahui kapan dia butuh bantuan
c. Percaya diri : Kemampuan seseorang untuk terus melakukan apa yang harus dilakukan tanpa perasaan takut dan rendah diri. Orang dalam pengertian ini biasanya mampu menghadapi segala tantangan yang menghadang.
Goleman (2003) mengelola emosi adalah kemampuan untuk dapat menghibur diri di saat emosi muncul, tanpa berusaha untuk menekan emosi yang dirasakan dan juga tidak terlarut dalam emosi tersebut tetapi berusaha untuk mencari keseimbangan dari emosi yang dialami.
ADVERTISEMENT
Dalam Shitadewi (2013) dikemukakan bahwa emosi terbagi menjadi dua yaitu emosi positif dan emosi negatif.
Emosi positif perlu diterima dan disyukuri agar emosi yang ada dapat memberikan motivasi atau memperkuat motivasi seseorang untuk melakukan hal yang positif. Ketika emosi positif dikelola dengan cara yang positif maka dampak yang diberikan akan sama positifnya.
Berbeda halnya dengan emosi negatif dalam mengelola emosi negatif hal pertama yang harus dilakukan adalah mengalihkan perhatian dari emosi negatif tetapi tetap berada dalam batasan tertentu serta berada di jalur yang sekiranya bermanfaat untuk mengurangi emosi negatif yang dirasakan, misalnya dengan membaca buku, menulis catatan harian, ataupun berolahraga. Akan tetapi efek dari aktivitas distraksi tadi hanya bersifat sementara dan apabila dilakukan secara terus menerus akan menghasilkan dampak negatif yang tidak baik bagi lingkungan dan diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Maka, sesekali lepaskanlah emosi negatif yang mengganjal di hatimu. Emosi adalah bukti bahwa kita adalah seorang manusia, kita berhak merasakan dan melepaskan semua emosi yang dirasakan.
Untuk hidup dengan rasa bahagia setiap harinya, diperlukan pengelolaan emosi yang baik dan benar. Emosi yang dikelola dengan baik akan memberi dampak yang baik di keseharian kita, karena emosi tidak pernah lepas dari diri kita.
Karena itu, kenali emosimu kelola mereka dan terima mereka apa adanya.

Referensi

Carminati, L. (2021). Emotions, emotion management and emotional intelligence in the workplace: Healthcare professionals' experience in emotionally-charged situations. Frontiers in Sociology, 6, 640384.
Goleman Daniel. (1996). Emotional Intelligence - Kecerdasan Emosional. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Puspita, S. M. (2019). Kemampuan Mengelola Emosi Sebagai Dasar Kesehatan Mental Anak Usia Dini. SELING: Jurnal Program Studi PGRA, 5(1), 85-92.
ADVERTISEMENT
Sarwono, Sarlito. (2013). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Perss.