Konten dari Pengguna

Ceritaku: UIN Jakarta, Pilihan Terbaik Allah Untukku

Ismi Nur 'Aliya
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
16 November 2022 15:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ismi Nur 'Aliya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto diambil dari kamera pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Foto diambil dari kamera pribadi
ADVERTISEMENT
Tahun 2020 adalah awal langkahku untuk menata masa depan. Pada tahun ini, masa putih abu-abuku telah usai. Waktu berlalu begitu cepat, tidak terasa aku berhasil melewati wajib belajar 12 tahun. Namun, sangat disayangkan karena sekolah tidak bisa mengadakan acara wisuda. Pada tahun yang sama, Corona hadir di Indonesia. Keadaan ini membuat sekolah mengurungkan rencananya untuk mengadakan acara wisuda secara offline, sehingga acara tersebut diadakan secara online melalui via zoom. Lulus dari masa putih abu-abu pada umumnya diartikan sebagai sebuah kebebasan dari proses belajar, tetapi itu salah. Namun, lulus dari masa putih abu-abu adalah awal dari sebuah perjuangan untuk menata masa depan yang baik. Kita dituntut untuk dewasa dalam memilih jalan hidup mana yang akan kita lewati untuk langkah selanjutmya. Ada yang memilih melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi, namun ada juga yang memilih turun langsung di dunia kerja.
ADVERTISEMENT
Sebelum kelulusan, guru Bimbingan Konseling (BK) membimbing dan mengarahkan muridnya. Bagi murid yang ingin melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi, maka diberikan pengarahan rekomendasi jurusan apa yang sesuai jika murid tersebut masih bimbang dan ragu dalam memilih jurusan. Pada saat itu guru BK mendata mutid-murid yang akan mendaftar di SNMPTN, SPAN-PTKIN, maupun SBMPN. Murid hanya diperbolehkan memilih hanya satu jalur saja. Pada saat itu aku memilih jalur SPAN-PTKIN dengan alasan jalur ini kemungkinan berpeluang lebih besar jika dibandingkan dengan jalus SNMPTN. Namun, perkiraanku salah besar, pada kenyataannya sama saja sangat tinggi persaingannya. Pada pengumuman SPAN-PTKIN, aku dinyatakan tidak lolos. Nilai raportku tidak mampu bersaing dengan pesaing lainnya. Pada saat aku mengetahui bahwa aku dinyatakan tidak lolos, aku merasa kesal dengan diri sendiri, hanya bisa menangis dan mengurung diri.
ADVERTISEMENT
Setelah seminggu kemudian, aku bisa menerima dengan lapang dada, memulai untuk bangkit kembali dan mengatur strategi untuk langkah selanjutnya. Aku memutuskan untuk lanjut berjuang melalui jalur SBMPTN. Pada jalur ini, aku sangat berjuang untuk bisa lolos di PTN impianku, yaitu Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Target jurusanku adalah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Pendidikan Kewarganegaraan. Setiap hari aku selalu mencari update infomasi tentang SBMPTN. Materi yang diujikan SBMPTN sangat berbalik dengan pendidikan SMK yang aku tempuh terutama sosiologi, ekonomi, dan matematika. Semua materi terlihat asing untukku sehingga aku belajar dari nol.
Pada saat hari pelaksanaan ujian SBMPTN, aku ditemani ayah. Lokasi ujianku di Jakarta Timur, sangat jauh dengan lokasi tempat tinggalku yang berada di Jakarta Barat. Aku mengerjakan soal demi soal dengan semaksimal mungkin. Setelah menunggu beberapa bulan untuk menunggu pengumumannya, akhirnya hasilnya keluar. Namun, aku gagal untuk kedua kalinya. Aku merasa gagal dan kecewa dengan diriku sendiri karena tidak lolos. Aku hanya bisa menangis dan mengurung diri di kamar. Seminggu kemudian, aku melanjutkan kembali perjuanganku untuk dapat lolos di PTN.
ADVERTISEMENT
Harapan terakhirku adalah Ujian Mandiri. Aku memutuskan untuk ikut Ujian Penerimaan Mahasiswa Baru UNJ 2020 (PENMABA UNJ). Ujian ini dilaksanakan secara online. Dikarenakan koneksi rumahku yang kurang memadai, aku izin menumpang melaksanakan ujian di rumah temanku. Ujian ini adalah ujian terakhirku. Aku hanya bisa berserah diri kepada Allah Swt. apapun hasilnya nanti. Pada Agustus 2020, pengumumannya keluar. Lagi dan lagi, aku gagal untuk ketiga kalinya. Keadaan ini benar-benar sangat membuatku sedih yang sampai berlarut-larut. Aku merasa sangat sulit sekali menerima kegagalan ini dengan lapang dada. Aku tidak berani membuka sosial mediaku karena aku tidak siap melihat postingan twibbon teman-temanku.
Namun, aku tidak menyerah untuk terus memperjuangkan kuliah. Aku akan melanjutkan perjuanganku pada tahun depan, yaitu tahun 2021. Aku memutuskan untuk mencari lowongan kerja. Aku sangat bersyukur pada akhirnya aku mendapatkan pekerjaan pada Januari 2021. Aku mendapatkan pekerjaan sebagai admin pada perusahaan produksi pakaian dan celana anak. Aku mengumpulkan gajiku untuk biaya kuliah tahun depan. Pada pagi hari pukul 08.00 sampai 17.00 WIB aku bekerja, sedangkan pada malam hari aku belajar untuk mempersiapkan ujian SBMPTN 2021.
ADVERTISEMENT
Di tahun 2021, aku memutuskan untuk mengikuti dua ujian saja yaitu SBMPTN 2021 dan UM-PTKIN 2021. Aku merasa sangat bangga pada diriku sendiri karena aku bisa membayar pendaftaran kedua ujian itu dengan uang hasil kerja diriku sendiri yang sudah aku kumpulkan selama 6 bulan bekerja. Pada kedua ujian yang aku ikuti, aku sangat bersyukur karena aku lolos pada ujian UM-PTKIN Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Pada saat aku membuka pengumuman dan aku melihat keterangan “LOLOS”, aku teriak bahagia. Aku menarik kesimpulan dari perjuanganku selama dua tahun ini, ketika pilihanku untuk dapat kuliah di UNJ tidak bisa terwujud namun takdir Allah Swt. mengantarkanku pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan aku yakini ini adalah pilihan terbaik menurut Allah Swt. jika dibandingkan dengan pilihanku. Alhamdulilah.
ADVERTISEMENT