Konten dari Pengguna

Makna Poster Penolakan Kenaikan PPN 12%

Ismi Nur 'Aliya
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
22 Desember 2024 14:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ismi Nur 'Aliya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kenaikan PPN 12%
Rakyat Indonesia dikejutkan dengan berita dari Kementerian Keuangan RI bahwa mulai 1 Januari 2025, Indonesia akan mengalami kenaikan PPN sebesar 12%. Berita ini secara cepat menuai banyak kontra dari rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia menilai kenaikan PPN 12% ini akan menambah beban untuk kehidupan sehari-hari mereka. Rakyat Indonesia baru saja melaksanakan demo penolakan kenaikan PPN 12% ini pada hari Kamis, 19 Desember 2024 di depan Istana Negara. Berita penolakan kenaikan PPN tersebut sudah ramai pada semua media sosial, bahkan mengadakan sebuah petisi sebagai bentuk penolakan kenaikan PPN 12%.
ADVERTISEMENT
Mencari Makna Poster dalam Pisau Semiotik
Semiotik adalah ilmu yang mengkaji tanda dalam kehidupan manusia. Tanda adalah segala hal, baik fisik maupun mental, baik di dunia maupun di dunia jagat raya, baik di dalam pikiran manusia maupun sistem biologi manusia dan hewan, yang diberikan makna oleh manusia. Ada banyak tokoh dalam semiotika yang memiliki konsep tanda hasil pemikirannya, salah satunya Charles Sanders Peirce. Bagi Peirce, tanda adalah “sesuatu yang mewakili sesuatu”. Peirce membedakan tanda berdasarkan kategori icon, index, dan symbol.
Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Peirce melihat ikon mungkin memiliki unsur konvensional. Ikon amat jelas dalam tanda-tanda visual atau tanda-tanda verbal (misal tanda visual umum yang ditempel di pintu kamar kecil pria atau wanita, ini ikonik atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan; misalnya, potret dan peta.
ADVERTISEMENT
Indeks adalah tanda yang hubungan antara representamen dan objeknya berdasarkan hubungan antara kontiguitas atau sebab-akibat. Misalnya asap yang terlihat dari kejauhan merupakan indeks dari kebakaran, bau amoniak merupakan indeks dari kamar kecil di tempat umum, atau suara mesin yang merupakan indeks sebuah mobil.
Lambang/simbol adalah tanda yang hubungan antara representamen dan objeknya didasari konvensi sosial, misalnya sinyal kereta api, rambu lalu lintas, atau bahasa manusia. Peirce juga menulis, “sebuah simbol yang asli adalah simbol yang memiliki arti umum.” Ujaran dalam percakapan menentukan tanda yang terkait dengannya (penafsir) dalam pikiran pendengarnya. Oleh sebab itu, simbol dan penafsirnya tidak bisa dipisahkan.
Foto diunggah atas izin pemilik foto, Andi Saputra
Gambar 1. Ikon dalam poster tersebut adalah Ilustrasi tuan kaya raya yang memakai kemeja putih yang dipadukan dengan jas biru dan dasi kupu-kupu berwarna merah. Ilustrasi tersebut menunjukkan kepada pemerintah yang umumnya memakai jas. Selain itu, Ilustrasi tuan yang berbadan besar pada poster menyampaikan pesan tersirat bahwa kenaikan PPN hanya memberikan keuntungan pada kehidupan pemerintah saja. Indeks dalam poster tersebut adalah kalimat “Harga Rp.100.000 jadi Rp.112.000. Selisih kecil?Dalam satu bulan, jumlahnya bisa puluhan ribu”. Kalimat tersebut menunjukkan salah satu dampak kerugian yang dirasakan oleh rakyat jika PPN naik sebesar 12%. Simbol dalam poster tersebut adalah uang yaitu uang representasi nilai ekonomi dan juga sebagai simbol kekayaan.
ADVERTISEMENT
Gambar 2. Ikon pada poster tersebut adalah dua ekor ayam. Ayam biasanya dikaitkan dengan pribahasa “waktu adalah uang”. Hal ini sering diucapkan oleh masyarakat dalam bekerja, yakni “Jangan bangun kesiangan, nanti rezekinya dipatok ayam. Indeks pada poster tersebut adalah kalimat “Rezeki Kita Tetep dipatok”. Indeks tersebut menunjukkan bahwa pendapatan/gaji yang kita dapat atau kebutuhan apa saja tetap dikenakan pajak. Kalimat tersebut juga termasuk sebuah protes terhadap pemerintah. Simbol pada poster tersebut adalah ayam, yaitu ayam besar mematok sesama ayam yang lebih kecil dari ukurannya. Simbol tersebut menunjukkan pesan bahwa pemerintah yang suka mematok atau mengambil harta rakyatnya.
Gambar 3. Ikon pada poster tersebut adalah hewan tikus dan manusia. Ikon ini menunjukkan kehidupan manusia yang berhubungan dengan kehidupan hewan tikus. Indeks pada poster tersebut adalah kalimat “Negara Kesatuan Rampok Indonesia”. NKRI merupakan singkatan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun pada poster tersebut berubah menjadi “rampok” yang menunjukkan sebuah protes terhadap makna NKRI yang seharusnya menjaga keutuhan rakyatnya namun pemerintah bersatu merampok harta rakyatnya dalam arti membuat kebijakan kenaikan PPN yang sangat membuat rakyat menderita. Simbol pada poster tersebut adalah tikus yang memakai setelan jas dan dasi yang di mana tikus berdasi adalah simbol untuk pemerintah.
ADVERTISEMENT