Konten dari Pengguna

Cerita Suka-Duka Jual-Beli Buku Bekas Online

Isnaini Khomarudin
Editor dan pendongeng
27 Agustus 2023 17:38 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Isnaini Khomarudin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Potens jual beli buku bekas secara online cukup menjanjikan. (Foto: dok. pri)
zoom-in-whitePerbesar
Potens jual beli buku bekas secara online cukup menjanjikan. (Foto: dok. pri)
ADVERTISEMENT
Jual-beli buku online akhirnya saya tekuni sebagai salah satu ikhtiar pendulang rezeki. Lebih-lebih saat pandemi ketika orang memutuskan bekerja di rumah, maka transaksi online jadi pilihan. Namun, selalu ada duka di balik suka—termasuk jual beli buku bekas.
ADVERTISEMENT

Alasan Jual-Beli Buku Bekas

Saya memutuskan jualan buku bekas secara daring karena beberapa alasan. Pertama, harganya lebih murah bahkan sangat murah jika mendapat tempat kulakan dengan harga miring. Lalu untung pun lumayan setelah buku itu laku.
Alasan kedua, menjual buku bekas berarti menekan laju penebangan pohon karena kertas berbahan utama pulp yang diambil dari pohon-pohon di hutan. Beli dan baca buku bekas adalah upaya peningkatan ilmu sembari mendukung gaya hidup ramah lingkungan.
Alasan ketiga, jual-beli buku bekas tak perlu menunggu jadwal cetak, tanpa harus mengikuti periode prapesan yang mungkin membosankan. Buku bekas bisa langsung dikirimkan begitu mencapai harga kesepakatan. Satset tanpa ribet istilahnya.
Keempat, untungnya lebih besar. Tak jarang buku-buku kuno saya dapatkan dengan harga miring sementara harga pasaran masih tinggi. Misalnya buku bertema religi atau teologi, sejarah dan biografi. Saya pernah menjual buku seharga nyaris Rp 400 ribu untuk buku yang pernah saya beli seharga Rp 15 ribu.
ADVERTISEMENT

Suka-Duka Jualan Buku Bekas

Buku sastra begini juga banyak diburu pembaca jadi cepat lakunya. (Foto: dok. pri)
Namun, layaknya bisnis lain, selalu ada kegetiran di balik kesenangan. Bukan cuma untung atau hal-hal menarik yang saya dapatkan ada juga yak tak mengenakkan.
Satu hal yang menyebalkan. Misalnya, ada calon pembeli yang menawar dengan harga yang tak masuk akal. Mentang-mentang buku bekas lantas ditawar dengan penurunan harga yang ekstrem kecil. Tentunya saya tolak, apalagi kalau di bawah harga kulakan.
Ada lagi, menawar dengan harga tertentu dan sudah sepakat, tapi tak kunjung bertransaksi. Namun, layaknya bisnis lain selalu ada kegetiran di balik kesenangan.
Bukan cuma untung atau hal-hal menarik yang saya dapatkan ada juga yang tak mengenakkan—baik secara langsung maupun lewat lokapasar. Malah ada yang minta izin menawar tapi tak juga memberikan harga tawaran. Aneh juga memang, entah serius atau tidak.
ADVERTISEMENT
Di luar itu, saya bersyukur masih kecipratan rezeki secara online. Tanpa meninggalkan rumah, saya bisa meraup cuan dengan mengandalkan hobi membaca dan kecintaan pada dunia literasi.
Oh iya, satu hal lain yang juga termasuk "duka" adalah saat mendapat buku yang bagus untuk dijual. Mau dijual eh saya juga menaksir isinya karena ditulis pengarang hebat atau sejarawan ulung.
Bagaimana dengan pembaca, pernahkah mengalami suka-duka beli buku online?