PPKM dan Dampaknya Pada Wong Cilik

Isnaini Khomarudin
Editor dan pendongeng
Konten dari Pengguna
25 Juli 2021 13:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Isnaini Khomarudin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PPKM atau Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat level 1 telah berakhir tanggal 20 Juli lalu. Dan kini kita berada pada PPKM level 2. Konon akan ada level 3 dan 4 yang sejujurnya sulit saya pahami perbedaannya. Yang saya tangkap dan rasakan dengan jelas adalah betapa PPKM atau apa pun namanya telah sangat berdampak pada wong cilik atau orang-orang kalangan bawah.
Bekerja di rumah selama pandemi adalah keuntungan yang harus disyukuri.
Di media mungkin tak asing lagi berita tentang pedagang kecil atau pelaku usaha skala rumahan yang terpaksa menghentikan usaha mereka akibat pembatasan ini. Pedagang yang mangkal di depan ruko setiap sore harus rela menutup kedai lebih awal kendati belum banyak pemasukan yang didapatkan.
ADVERTISEMENT

Bantuan untuk wong cilik

Secara pribadi, saya tak mempermasalahkan PPKM asalkan pemerintah memberikan dukungan dalam bentuk dana atau logistik yang dibutuhkan masyarakat. Bagaimana mungkin rakyat bisa bertahan hidup jika kegiatan ekonomi dibatasi atau ditiadakan sama sekali? Apakah hanya sibuk nonton di aplikasi?
Mereka bukan malas atau menentang aturan, melainkan mengharapkan bantuan jika aktivitas utama mencari nafkah harus ditiadakan. Bagi pekerja lepas seperti saya pun, dampaknya cukup terasa. Acara liputan offline dibatalkan yang berarti hilangnya pendapatan.
Jika ada job menulis di blog, pembayaran mengalami kemunduran yang cukup signifikan. Jika dulu honor bisa cair maksimal 2 minggu, tapi kini fee baru saya terima hingga 3 bulan dari tuntasnya pekerjaan. Bagaimana pun juga saya tetap bersyukur, sebab bisa mendapat peluang rezeki tanpa harus mengadakan interaksi langsung seperti pedagang kecil di luar sana.
ADVERTISEMENT

Tetap bersyukur saat PPKM

Kendati angkanya menurun dan pembayaran mundur, tetap harus disyukuri sebab masih ada cipratan rezeki. Agar bisa survive, sebisa mungkin kami berhemat di rumah dengan memangkas pos tak perlu atau mengurangi pos-pos yang selama ini dirasa boros. Selain itu juga tak lupa berdonasi untuk meringankan beban sesama melalui komunitas sosial atau organisasi nirlaba.
Saya sepenuhnya yakin PPKM punya maksud dan tujuan yang mulia, demi kebaikan masyarakat seindonesia. Namun tentunya kebijakan harus disertai penyesuain dan bantuan bagi rakyat, bukan sekadar kompromi bagi wong cilik yang tak dipedulikan hajat dan kepentingannya.
Kami semua menghendaki kesempatan dan iklim bekerja yang kondusif, tak melulu mengharap bantuan tanpa ikatan. Sambil berharap pandemi cepat usai, saya berharap agar pemerintah dapat mengimbangi PPKM dengan kebijakan lain yang meringankan beban rakyat. Bukan hanya dari segi ekonomi, tapi juga segi sosial seperti anak-anak yang menjadi yatim (piatu) mendadak karena kehilangan kedua orangtua mereka akibat Covid-19.
ADVERTISEMENT