Konten dari Pengguna

Wujudkan Indonesia Inklusif dengan Pemberdayaan Penyandang Disabilitas

Isnaini Khomarudin
Editor dan pendongeng
24 Agustus 2021 17:32 WIB
·
waktu baca 6 menit
clock
Diperbarui 13 Maret 2023 20:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Isnaini Khomarudin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Karena saya lupa namanya, sebut saja dia Adi. Duduk di bangku kelas 5 SD, bocah periang dengan penfampilan rapi ini rupanya bisa mengungguli teman sekelasnya yang rata-rata SMP. Di kemudian hari saya ketahui bahwa dia seorang penyandang disabilitas, yakni autisme. Tak heran jika sesekali dia berperilaku tak biasa dibanding teman-temannya sewaktu belajar di kelas.
Penyandang disabilitas bisa berkarya dan hidup selayaknya dengan dukungan kita. (Gambar: freepik dotcom)
zoom-in-whitePerbesar
Penyandang disabilitas bisa berkarya dan hidup selayaknya dengan dukungan kita. (Gambar: freepik dotcom)
Cerita itu terjadi sekitar 15 tahun lalu. Saya mengajar di sebuah kursus bahasa Inggris di mana Adi menjadi salah satu muridnya. Baru saya sadari ternyata Adi memiliki daya ingat yang kuat dan skill mumpuni dalam berbahasa asing mungkin justru lantaran autisme yang ia idap.
ADVERTISEMENT

Penyandang disabilitas yang cerdas

Tahun 2015 Cambridge University melakukan kajian atas 1,5 juta orang dan menemukan bukti mengagetkan bahwa sifat-sifat autistik ternyata sering ditemukan pada orang-orang yang menggeluti bidang sains, teknologi, engineering, dan matematika. Walau belum jelas kaitan antara autisme dan kecerdasan, sejumlah psikolog modern berpendapat bahwa ilmuwan terkenal seperti Isaac Newton dan Albert Einstein boleh jadi mengidap autisme.
Mungkin ini menjadi jawaban mengapa Adi lebih unggul secara kognitif dibanding teman sekelasnya. Di balik sikapnya yang seolah tak lumrah, setidaknya dibandingkan teman sebayanya, Adi punya kemampuan inheren dalam menangkap dan memahami materi saat belajar di kelas.

Indonesia inklusif dengan sumbangsih aktif

Kisah positif lain tentang penyandang disabilitas dialami oleh Botanina, sebuah produsen produk kesehatan dan kecantikan. Sesuai namanya, Botanina berkomitmen menghadirkan produk-produk kecantikan dan self-care dengan mengandalkan bahan alami atau organik demi menjaga kesehatan badan dalam jangka panjang.
ADVERTISEMENT
Dalam webinar bertajuk "Yang Muda Yang Progresif, untuk Indonesia Inklusif" yang diselenggarakan oleh KBR dan NLR Indonesia, Agustina Ciptarahayu selaku founder & CEO PT Botanina Hijau Indonesia menegaskan komitmen mereka untuk memberi kesempatan bagi penyandang disabilitas agar dapat memberikan andil positif bagi kemajuan hidup dan usaha terkait.
Agustina optimistis dalam memberdayakan penyandang disabilitas.
Tina menyadari betapa Tuhan begitu adil dengan menganugerahkan satu indra yang unggul kepada seseorang meskipun ia memiliki keterbatasan indra yang lain. Botanina memang menghadirkan produk bukan hanya dari segi fungsi, tetapi menyajikan aroma yang menyegarkan. Dalam konteks inilah pekerja disabilitas tersebut sangat dibutuhkan untuk mengenali mutu atau rusaknya produk.
ADVERTISEMENT
Dalam sisi packaging atau pengemasan produknya sebagai paket merchandise, Tina mengisahkan kecermatan seorang pekerjanya yang merupakan seorang autistik. Pekerja ini memiliki fokus yang tinggi sehingga mampu menangani pengemasan paket secara rapi mirip paket ala Jepang.
Kehadiran Botanina yang memberikan ruang bagi penyandang disabilitas untuk berkarya adalah afirmasi positif bahwa dunia usaha pun bisa membantu pembangunan inklusi di Indonesia karena yang penting adalah karya, bukan mobilitas atau kondisi fisik belaka. Apalagi jika ada story yang bisa ditawarkan kepada pasar, itu akan menjadi nilai tambah. Tina mengapreasiasi karena semua orang bisa berpartisipasi dalam kerja sama dan menitikberatkan pada skill.

Inklusi bagi OYPMK

Penyandang disabilitas lain mestinya mendapat peluang yang sama agar bisa berkiprah untuk memajukan hidupnya dan memberikan sumbangsih positif bagi lingkungan sekitar. Ini ditegaskan oleh Widya Prasetyanti selaku Program Development & Quality Manager NLR Indonesia dalam webinar yang digelar tanggal 24 Agustus 2021 pukul 9-10 pagi. NLR adalah LSM yang didirikan di Belanda sejak 1967 dengan tujuan menanggulangi kusta dan konsekuensinya di seluruh dunia.
Widya mewakili NLR Indonesia menegaskan pentingnya pendampingan OYPMK.
NLR menggunakan pendekatan tiga zero, yaitu zero transmission (nihil penularan), zero disability (nihil disabilitas), dan zero exclusion (nihil eksklusi). Bisa disimpulkan bahwa NLR Indonesia berkomitmen mendukung perbaikan taraf hidup penyandang kusta agar bisa sembuh dan mendapatkan layanan kesehatan dan hak ketenagakerjaan baik formal maupun dalam skema kewirausahaan.
ADVERTISEMENT
Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) menjadi prioritas karena dampak penyakit ini cukup signifikan terhadap kehidupan penderita. Lebih-lebih bagi pemuda, jika dibiarkan, mereka bisa kehilangan kesempatan kerja dan kepercayaan diri untuk berkarya. Widya mengingatkan bahwa 11% dari 16.000 kasus baru kusta per tahun diderita oleh anak berumur 15 tahun ke bawah.
Selain mendampingi pasien kusta dan menyediakan kesempatan magang bagi OYPMK di kantor NLR Indonesia, OYPMK juga dilatih menjadi konselor andal agar bisa melakukan peer counseling atau konseling bagi teman sebaya yang menderita untuk tetap semangat dan bangkit membangun mimpi.

Sepelekan kusta, lumpuh akibatnya

Gaby, seorang pemuda asal NTT, ikut bergabung dalam webinar bergizi tersebut dan menceritakan pengalamannya sebagai pasien kusta. Tanpa pemahaman memadai tentang kusta, Gaby pun terlambat menyadarinya sampai mengalami lumpuh ringan. Dari NLR Indonesia Gaby lantas makin mengenal kusta sebagai penyakit yang menyerang sistem syaraf yang menyebabkan kemampuan fisik terbatas. Dalam kondisi lumpuh, otomatis aktivitas jadi terhambat.
ADVERTISEMENT
Kini ia tengah menjalani terapi di sebuah yayasan sosial dan mulai bisa berjalan sendiri walaupun belum benar-benar stabil. Ia menyadari bahwa kondisi fisik sangat dibutuhkan untuk mencari penghidupan tanpa membebani orang lain. Sambil menunggu pemulihan, Gaby kini tengah belajar menenun untuk membangun skill dan kepercayaan diri.
NLR Indonesia membuka diri untuk bekerja sama dengan kampus atau sekolah untuk mengedukasi publik terutama para pemuda tentang kesadaran mengenai kusta. Jika ingin berkolaborasi, silakan kontak NLR yang kini bekerja di 34 kota/kabupaten di 13 provinsi. Bukan hanya OYPMK, disabilitas lain pun bisa digarap tergantung konteks persoalan yang ada di tiap wilayah.
Jadi jika mengalami gejala seperti bercak keputihan menyerupai panu atau bercak kemerahan, dengan bercak kurang terasa atau kebas, tidak berkeringat, rambut sekitar kulit rontok, tidak gatal, maka sebaiknya mengunjungi puskesmas terdekat untuk berkonsultasi.
ADVERTISEMENT
Inilah saatnya saling menyemangati dan menyebarkan kesadaran agar penyandang disabilitas mendapatkan hak-hak yang setara dengan warga negara umumnya terutama inklusi dalam layanan kesehatan dan ketenagakerjaan.
Kusta bisa disembuhkan, jadi jangan menyerah dalam keputusasaan. Yang bisa kita lakukan adalah bergerak bersama untuk memperjuangkan inklusivitas dengan menolak stigma negatif dan diskriminasi atas OYPMK dan penyandang disabilitas lainnya.
Sebagaimana contoh yang ditunjukkan oleh Botanina, penyandang disabilitas pun bisa menciptakan andil berarti bagi kemajuan diri dan perkembangan usaha yang relevan. Tina mengajak agar entitas usaha lain bisa menyediakan kesempatan serupa bagi penyandang disabilitas sesuai dengan kebutuhan masing-masing perusahaan.
Karena skill tenaga disabilitas yang dibutuhkan sangat spesifik, maka kita bisa mengontak NLR Indonesia untuk menjembatani gap informasi agar dibantu seputar bursa pekerja difabel yang tersedia. Pengusaha juga perlu aktif dalam kegiatan nonprofit untuk membangun networking dan menjajaki adanya penyandang disabilitas yang bisa direkrut sebagai pekerja yang tepat untuk bekerja di perusahaan.
ADVERTISEMENT
Kisah Gaby dan Adi menunjukkan bahwa penyandang disabilitas punya potensi maka harus kita suntikkan energi agar mereka tetap bersemangat untuk belajar tanpa henti. Mereka bisa menjadi mercusuar yang menyala, atau murup kata orang Jawa, sehingga pijarnya melampaui gelap malam yakni tersingkapnya kabut disinformasi bahwa penyandang disabilitas tak bisa berperan.
Mari bantu sebarkan pesan positif di media sosial agar penyandang disabilitas mendapatkan kesempatan serupa sebagaimana orang normal lainnya. Dari rumah pedesaan atau apartemen mewah, semua berhak menerima peluang kemajuan baik offline maupun lewat aplikasi.