Konten dari Pengguna

Kreativitas Santri Pondok Pesantren Attaqwa Putri melalui Pertunjukan Seni Drama

Isnaini Qodriyatul Jannah
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
18 Oktober 2021 16:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Isnaini Qodriyatul Jannah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pertunjukan seni drama oleh santri Pondok Pesantren Attaqwa Pusat Putri dalam rangka memperingati hari raya kemerdekaan Indonesia dan pentas seni.
zoom-in-whitePerbesar
Pertunjukan seni drama oleh santri Pondok Pesantren Attaqwa Pusat Putri dalam rangka memperingati hari raya kemerdekaan Indonesia dan pentas seni.
ADVERTISEMENT
Diderot dan Beaumarchaid mengambil kata drama berasal dari bahasa Prancis yaitu draime artinya menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas menengah. Dalam istilah yang sendat, drama ialah lakon serius yang membenahi satu problema makna esensial yang kemungkinan berhenti bahagia atau (tidak bahagia, tetapi tidak bermaksud meluhurkan petaka). Para ahli mengatakan, bahwa dialog dan tokoh disebut teks utama. Sedangkan, petunjuk pementasannya disebut teks sampingan. (Tato Nuryanto, 2017: 6).
ADVERTISEMENT
Pondok atau asrama ialah tempat bermukim para santri di lingkungan pesantren, biasanya terdiri dari beberapa kamar terdapat satu atau dua santri senior menjadi pengelola kamar (Achmad Mucchaddam Fahham, 2020: 4). Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam dengan sistem asrama, di mana kiai sebagai sosok fundamentalnya, masjid sebagai pusat aktivitas yang meresapinya, dan pengajaran agama Islam di bawah pengarahan kiai yang diikuti oleh santri sebagai aktivitas utamanya. (Zamakhsyari Dhofier, 1995: 44-60).
Apa Sejarah Pondok Pesantren Attaqwa Putri?
Pondok Pesantren Attaqwa Putri adalah berpusat di Kampung Ujungharapan, Kelurahan Bahagia, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Pondok ini dilatarbelakangi adanya wujud atensi yang besar dari pendiri Yayasan Attaqwa (almaghfurlah K.H Noer Ali) terhadap edukasi etnik perempuan. Banyak dari perempuan-perempuan Ujungharapan dan sekitarnya itu menikah di usia dini, sehingga kapasitas untuk mengelola rumah tangga pun masih sangat minim.
ADVERTISEMENT
Sebelum menjadi nama Pondok Pesantren Attaqwa Putri, pada tahun 1964 bernama Pondok Pesantren al Baqiyatussalihat, mula berdirinya hanya mempunyai tujuh santri dan belajar di tempat ala kadarnya. Perspektif masyarakat pun masih minim, bahkan tidak jarang orang tua yang telah melibatkan anaknya untuk belajar di pondok ini dibawa pulang kembali ke rumahnya, karena kecemasan terhadap anaknya yang akan menjadi perawan tua dan tidak laku. ( Dikutip dari laman https://attaqwaputri.sch.id/ )
Bagaimana Kreativitas Santri Pondok Pesantren Attaqwa Putri melalui Pertunjukan Seni Drama?
Santri Pondok Pesantren Attaqwa Putri memiliki banyak ragam bakat mulai dari nasyid, penelitian ilmiah, pidato tiga bahasa (bahasa Arab, bahasa Inggris, bahasa Indonesia), pertunjukan seni drama, hadroh, dan masih banyak lagi. Santri Pondok Pesantren Attaqwa Pusat Putri ini, tidak hanya diajarkan mengenai keagamaan saja, tetapi di ajarkan bagaimana untuk bersosialisasi kepada masyarakat dengan mengasah keterampilan berbahasa (menyimak, membaca, berbicara, menulis) melalui pertunjukan seni drama, baik itu drama musikal, drama komedi, drama religius, dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Pertunjukan seni drama ini sudah menjadi tradisi di Pondok Pesantren Attaqwa Putri dengan diadakannya acara pentas seni setiap tahunnya dalam rangka memperingati hari raya kemerdekaan Indonesia. Biasanya, santriwati sering mengambil tema pertunjukan seni drama tentang sejarah para ulama dan para pahlawan yang telah berjuang demi Bangsa , karena bagaimanapun sejarah itu tidak boleh dilupakan, walaupun sudah masa lampau.Tema pertunjukan seni drama tersebut dapat dijadikan acuan hidup santriwati agar mereka termotivasi bagaimana usaha para pahlawan, demi memperjuangkan nilai-nilai religius salah satunya nilai keadilan.
Islam itu harus disebarluaskan dengan cara berdakwah, baik itu melalui menulis karya sastra islami, berpidato, kaligrafi, menggambar, dan lainnya. Di zaman sekarang pasti anak milenial sangat menggemari menonton film atau drama korea yang tidak ada habisnya. Maka dari itu, sebagai umat muslim harus mendakwahi antar sesama, salah satunya dengan diadakan pertunjukan seni drama yang berkonsepsi islami. Jadi, Pondok Pesantren Attaqwa baik itu putra dan putri, mengajarkan ilmu dunia dan akhirat, sebagaimana dijabarkan yakni ilmu dunia berhubungan dengan karya sastra, seni, dan pengetahuan, baik umum, ilmiah, dan sosial, sedangkan ilmu akhirat berhubungan dengan Quran dan hadis.
ADVERTISEMENT
Kreativitas santri Pondok Pesantren Attaqwa Putri melalui pertunjukan seni drama sangatlah berperan penting agar dapat memperluas kosa kata bahasa Indonesia dengan baik, memiliki daya imajinasi yang kuat, mengembangkan jiwa sosialisasi dalam bermasyarakat, dan masih banyak lagi. Biasanya santriwati sering menampilkan drama yang berkisah tentang perjuangan almaghfurlah K.H Noer Ali, supaya beliau dapat dikenang hangat selamanya oleh santri dan santriwati Attaqwa. Almaghfurlah K.H Noer Ali yang merupakan sosok pahlawan dan pendiri yayasan Attaqwa di Bekasi, beliau sering disebut Singa Karawang Bekasi oleh masyarakat Ujungharapan.
Dalam ilustrasi yang disajikan oleh penulis adalah pertunjukan seni drama yang menceritakan tentang perjuangan kiyai dan berkonsep drama musikal komedi, jadi selama pementasan drama tersebut disandingkan dengan lagu atau musik yang relevan dengan percakapannya, misal kan terdapat percakapan "terima kasih guru", kemudian datang seorang para penari berpakaian putih dan bertudung biru membawakan lagu terima kasih guru sambil menari. Kemudian, warga Indonesia yang berpakaian putih dan bertudung hitam itu sedang membantu kiyai yang membela Negerinya, sedangkan pasukan Belanda atau penjajah yang berpakaian pramuka.
ADVERTISEMENT
Dari penjabaran di atas , dapat disimpulkan bahwa, santri Pondok Pesantren Attaqwa Putri harus mahir di segala bidang, khususnya seni drama yang menjadi tumpu acuan dalam bermasyarakat dan seni drama ini pula mengasah keterampilan berbahasa pada santri atau santriwati. Sebab, kita tak hanya hablum minallah, tetapi harus hablum minannas juga.