Konten dari Pengguna

Sejarah Kacamata: Menilik Kehidupan Manusia Sebelum Ditemukannya Kacamata

Isna Nuzula Nuril Habibah
Mahasiswa S1 Ilmu Informasi dan Perpustakaan Universitas Airlangga
30 Desember 2024 10:11 WIB
·
waktu baca 9 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Isna Nuzula Nuril Habibah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar Kacamata, Sumber: Jesper Riknie, Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Gambar Kacamata, Sumber: Jesper Riknie, Unsplash
ADVERTISEMENT
Sejauh abad ke-21 ini, kacamata telah menjadi benda yang sangat mudah kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Kacamata hadir sebagai alat bantu penglihatan bagi orang-orang yang menderita gangguan penglihatan seperti rabun jauh (myopia), rabun dekat (hipermetropia), dan silinder (astigmatisme).
ADVERTISEMENT
Tingginya tingkat penderita gangguan penglihatan kemudian meningkatkan jumlah pengguna kacamata hingga di titik kacamata sudah menjadi benda yang amat familiar. Familiaritas ini yang kemudian membuat kacamata menjadi populer bahkan diangkat sebagai trend fashion dalam gaya hidup terkini.
Di zaman modern ini, berbagai keperluan manusia telah dipermudah oleh hadirnya kacamata. Namun, jika kita tilik kembali keadaan zaman dahulu ketika teknologi belum secanggih hari ini, bagaimana kondisi kehidupan manusia sebelum ditemukannya kacamata? Bagaimana orang-orang dengan gangguan penglihatan pada masa itu beraktivitas tanpa menggunakan alat bantu penglihatan hingga ditemukannya kacamata?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian mengundang minat ilmuwan dan kalangan akademisi untuk mengkaji mengenai sejarah kacamata dan kehidupan manusia sebelum ditemukannya kacamata.

Sejarah Kacamata

Mengenai siapa yang pertama kali menemukan kacamata, hingga saat ini masih belum dapat dipastikan sosok yang benar-benar pertama kali menemukan benda tersebut. Namun, sebagian besar sejarawan meyakini bahwa konsep serupa telah dikenal sejak zaman Kekaisaran Romawi. Dilansir dari situs Glasses History, dikatakan bahwa penulis tragedi Romawi terkemuka, Seneca, yang hidup pada tahun 4 SM-65 M telah menggunakan bola kaca berisi air untuk memudahkannya membaca buku berjudul “All the Books of Rome”.
ADVERTISEMENT
Di samping itu, pada masa kekuasaan Kaisar Nero tahun 54-68 M, diketahui bahwa beliau menggunakan batu zamrud berbentuk cekung saat membaca dan menonton gladiator, namun masih belum diketahui apakah Kaisar Nero memiliki gangguan penglihatan atau ada alasan lain di balik kebiasaanya tersebut. Kejadian ini dicatat sejarah sebagai awal mula penggunaan alat bantu visual yang membawa perubahan pada kehidupan manusia beribu-ribu tahun setelahnya.
Kaisar Nero, Sumber: Ist/Net
Setelah itu, seorang ilmuwan dan astronom dari Irak yang kini disebut sebagai bapak optik modern, Ibn Al-Haytham atau nama latinnya “Alhazen” (965-1040 M) menulis kitab berjudul “Al-Manazir” yang artinya “Kitab Optik” pada masa penahanannya, yakni antara tahun 1011 M hingga 1021 M. Dalam kitab ini, Alhazen merinci penemuannya seputar ilmu optika sekaligus memberikan gagasan bahwa kaca yang dihaluskan dapat menjadi alat bantu visual bagi orang dengan gangguan penglihatan.
Kitab Al-Manazir, Sumber: Ist
Selanjutnya, sekitar tahun 1240 M, kitab “Al-Manazir” milik Alhazen diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan mulai banyak dibaca oleh komunitas biara di Barat. Gagasan Alhazen mengenai kaca yang dapat menjadi alat bantu visual mendapat perhatian dari kalangan biara, dari sini gagasan Alhazen mulai direalisasikan. Dilansir dari situs Guinness World Record, seorang sarjana University of Oxford sekaligus biarawan Fransiskan dari Ilchester, Roger Bacon (1214-1298 M) menemukan kaca pembesar pada tahun 1268 M.
ADVERTISEMENT
Kemudian pada akhir abad ke-13, sekitar tahun 1284-1298 M kaca pembesar telah dikembangkan menjadi kacamata yang dapat dikenakan di wajah manusia. Digunakan untuk mengoreksi hipermetropia (rabun dekat) dan presbiopia (mata tua), kacamata ini terdiri dari dua lensa pembesar yang terbuat dari kaca atau batu kristal dengan pegangan yang bisa disangkutkan ke hidung.
Salvino D’Armati digadang-gadang sebagai penemu pertama kacamata dengan model ini, meski masih diperdebatkan kebenarannya hingga saat ini, namun kacamata dalam bentuk ini telah digunakan oleh kalangan biara Italia pada tahun itu dan bertahun-tahun seterusnya.
Ilustrasi Kacamata Abad ke-13, Sumber: BooksFact
Dokumentasi mengenai keberadaan kacamata telah ada semenjak akhir abad ke-13, namun dokumentasi dalam bentuk karya lukisan baru mulai terlihat eksistensinya pada pertengahan abad ke-14 M, salah satunya adalah lukisan Kardinal Hugh of St. Cher oleh Tommaso Da Modena pada tahun 1352 M yang terpajang di dinding gereja di Treviso. Dalam lukisan tersebut, Kardinal Hugh terlihat menulis manuskrip dengan kacamata yang bertengger di batang hidungnya.
Lukisan Tommaso Da Modena, Sumber: Wikimedia Commons
Di samping itu, pada sekitar abad ke-12, bangsa Cina menciptakan benda seperti kacamata yang terbuat dari batu kristal dan bingkai dari tempurung kura-kura. Mereka menggunakan dua kawat yang diberikan pemberat lalu mengaitkan pada topi atau telinga mereka. Namun kacamata ini oleh bangsa Cina hanya digunakan sebagai jimat keberuntungan atau alat yang digunakan untuk bergaya, bukan sebagai alat medis untuk bantuan visual seperti yang kita tahu pada saat ini.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, pada abad ke-15, lensa cekung untuk mengoreksi myopia baru ditemukan. Lensa genggam yang menggunakan jenis lensa ini terdokumentasi dalam lukisan Paus Leo X oleh pelukis asal Italia bernama Raphael. Paus Leo X sendiri adalah anggota keluarga Medici yang terkenal dengan rabun jauhnya. Dalam lukisan tersebut terlihat Paus Leo X membawa lensa genggam tersebut di tangannya.
Lukisan Paus Leo X oleh Raphael, Sumber: Wikipedia
Di samping itu, bingkai untuk kacamata dibuat oleh para pengrajin Spanyol pada tahun 1600-an. Mereka menggunakan tali atau pita sutra ke bingkai kemudian melingkarkannya pada telinga pengguna. Setelahnya, bingkai kacamata terus dikembangkan untuk mencapai bentuk paling efisien bagi pengguna kacamata.
Kemudian, pada abad ke-18, tepatnya 23 Mei 1785, Benjamin Franklin menciptakan kacamata bifokal, yaitu kacamata yang memiliki lensa untuk mengoreksi myopia sekaligus hipermetropia dan astigmatisme. Dikutip dari situs History, akar dari terciptanya kacamata jenis ini adalah kekesalan Franklin ketika dia harus bergantian menggunakan 2 jenis kacamata yang berbeda tiap ingin melihat objek yang jauh dan objek yang dekat.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah surat yang ditulisnya untuk temannya; George Whatley, Franklin mengabarkan penemuannya “Oleh karena itu, saya dulu punya dua pasang kacamata, yang kadang-kadang saya ganti, seperti saat bepergian, saya kadang-kadang membaca, dan sering ingin melihat prospeknya,” tulis Franklin. “Karena merasa perubahan ini merepotkan, saya memotong kacamata itu, dan setengah dari masing-masing jenis dikaitkan dalam lingkaran yang sama. Dengan cara ini, karena saya memakai kacamata saya terus-menerus, saya hanya perlu menggerakkan mata saya ke atas atau ke bawah, karena saya ingin melihat dengan jelas jauh atau dekat, kacamata yang tepat selalu siap.” Jelasnya.
Ilustrasi Kacamata Bifokal, Sumber: Glasses Direct
Lensa untuk mengatasi silinder atau astigmatisme ditemukan oleh George Airy pada tahun 1825, kacamata dengan lensa silinder pun tercipta. Setelahnya, kacamata terus mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu. Memasuki tahun 1900-an kacamata mulai dikembangkan menggunakan bahan plastik dan logam dengan gaya yang lebih stylish dan beragam hingga kacamata menjadi salah satu trend fashion yang populer pada masa itu. Perkembangan kacamata terus berlangsung hingga di zaman ini kacamata telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari manusia.
ADVERTISEMENT

Bagaimana Kehidupan Manusia Sebelum Adanya Kacamata?

Sebelumnya, perlu diketahui bahwa gangguan penglihatan bukanlah masalah yang terlalu umum bagi manusia pada zaman terdahulu. Kecuali presbiopia pada lansia yang terjadi karena penuaan jaringan tubuh, gangguan penglihatan lain seperti myopia, hipermetropia dan astigmatisme tidak terlalu banyak ditemukan pada manusia di zaman terdahulu, sehingga tak banyak studi yang membahas bagaimana manusia menghadapi gangguan penglihatan pada masa itu.
Jumlah penderita gangguan penglihatan mulai meroket seiring dengan meningkatnya minat manusia mempelajari bidang ilmu. Hal ini mungkin terjadi karena semakin tinggi minat manusia mempelajari sesuatu, maka semakin sering pula matanya digunakan untuk mencari informasi, baik itu dari buku maupun dengan melakukan penelitian.
Apalagi setelah munculnya teknologi digital seperti handphone, laptop, dan lain sebagainya, poros kehidupan manusia telah berputar pada benda-benda tersebut. Mata manusia yang terlalu banyak digunakan untuk berhadapan dengan gawai ini kemudian menimbulkan gangguan penglihatan seperti myopia dan astigmatisme. Hal ini yang kemudian secara signifikan meningkatkan jumlah penderita gangguan penglihatan dari periode-periode sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Sebagai informasi tambahan, gangguan penglihatan yang paling banyak ditemui di dunia adalah rabun jauh atau myopia. Mengutip dari situs RSUP Dr Sardjito, terjadi peningkatan dramatis terkait jumlah penderita myopia di seluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir. 60 tahun yang lalu, persentase penderita myopia dari penduduk Cina berada di angka 10-20%, sedangkan dalam dekade ini, tercatat hingga sekitar 90% dari remaja dan dewasa mengalami myopia. Kemudian di Amerika dan Eropa, prevalensi penderita myopia meningkat dua kali lipat dari dua abad yang lalu.
Namun, walaupun myopia adalah kondisi yang tak banyak ditemukan pada zaman terdahulu, bukan berarti sama sekali tidak ada penderita myopia pada saat itu. Dilansir dari situs NPR, seorang profesor oftalmologi di University of California, Dr. Ivan Schwab, mengatakan bahwa “Selama primata ada, kemungkinan besar myopia sudah ada.” yang berarti kemungkinan gangguan penglihatan sudah dialami manusia sejak zaman prasejarah. Lalu, bagaimana kira-kira mereka menjalani kehidupan tanpa alat bantu penglihatan?
ADVERTISEMENT

Kehidupan Zaman Prasejarah

Ilustrasi manusia purba di dalam gua, Sumber: De Lumley, M. A. néandertalisation, CNRS éditions/Tel Aviv University
Sejarah kehidupan manusia dimulai dari zaman sebelum munculnya peradaban, pada masa itu manusia masih hidup secara berkelompok dan menerapkan sistem nomaden atau berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Masyarakat nomaden perlu aktif berpindah dengan relatif cepat untuk bertahan hidup, karena ketika persediaan makanan yang ada di daerah persinggahan mereka sudah menipis, mereka perlu mencari daerah lain dengan persediaan makanan lebih banyak.
Karena masa itu belum ada alat bantu penglihatan, manusia pada Zaman Prasejarah harus menghadapi segala kondisi dengan kemampuan alami mereka. Oleh karena itu, manusia purba yang memiliki gangguan penglihatan cukup berat seringkali dianggap menyusahkan kemudian tertinggal oleh kawanannya. Dilansir dari situs NVISION Centers, orang-orang nomaden, apalagi orang-orang yang singgah di lingkungan keras seperti Arktik atau gurun mungkin akan memperlakukan orang berkekurangan sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
• Mengabaikan dan tidak memberi makan orang yang tidak dapat memberikan keuntungan bagi kelompok.
• Meninggalkan orang yang tidak mampu membela dan menghidupi diri sendiri saat waktunya perpindahan.
• Mendorong orang tersebut untuk bunuh diri demi kepentingan kelompok.
• Membunuh orang yang dianggap “lemah”.
Orang dengan gangguan penglihatan ringan mungkin mendapat perlakuan lebih baik. Karena, walaupun mereka mungkin lebih buruk dalam pekerjaan daripada orang-orang normal, tapi mereka masih dapat memberikan kontribusi. Hal tersebut yang membuat mereka lebih diterima dalam kelompok tersebut.

Kehidupan Setelah Munculnya Peradaban

Ilustrasi Abad Pertengahan, Sumber: studisyiah
Memasuki zaman Neolitikum atau Zaman Batu Baru, manusia sudah hidup dengan menetap dan bercocok-tanam, dari sinilah peradaban bermula. Banyak inovasi yang berkembang di zaman ini seperti teknologi, bahasa, aturan dan norma masyarakat, serta kepercayaan spiritual.
ADVERTISEMENT
Berkembangnya inovasi-inovasi ini yang kemudian membuat kalangan berkekurangan menjadi lebih dihargai eksistensinya. Kepercayaan spiritual menjadi salah satu faktor terbesar yang membuat manusia di zaman itu memiliki simpati dan empati lebih dibanding zaman sebelumnya, alasannya karena adanya aturan yang melarang memperlakukan orang berkekurangan dengan cara yang kurang manusiawi, sehingga mereka percaya jika tidak memenuhi aturan tersebut maka akan timbul konsekuensi ilahi.
Setelahnya, peradaban terus berkembang hingga mencapai abad pertengahan, masa ketika para ilmuwan dan orang-orang berpengetahuan tinggi mulai bermunculan. Namun, pada masa itu penglihatan yang akurat belum terlalu diperlukan oleh kebanyakan orang, hal ini dikarenakan angka literasi pada masa itu berada jauh lebih rendah dari yang dapat terhitung saat ini. Orang-orang dengan gangguan penglihatan mungkin kesulitan dalam melakukan pekerjaan, namun masih dapat melakukan pekerjaan ringan.
ADVERTISEMENT
Dilansir dari situs Live Science, tidak banyak dokumentasi mengenai orang dengan gangguan penglihatan pada masa sebelum ditemukannya alat bantu visual. Namun beberapa orang dengan rabun jauh mengatasinya dengan mencari pekerjaan yang cocok dengan kondisinya, seperti menjadi ilustrator di biara-biara Eropa yang harus memperhatikan goresan-goresan kecil di Alkitab.
Barulah setelah ditemukannya kacamata pada abad ke-13, orang-orang dengan gangguan penglihatan mulai mendapatkan bantuan visual.
Isna Nuzula Nuril Habibah
Mahasiswi S1 Ilmu Informasi dan Perpustakaan Universitas Airlangga
Referensi:
Glasses History (2024), History of Eyeglasses and Sunglasses, https://www.glasseshistory.com/
Guinness World Record (2003), First Magnifying Glass, https://guinnessworldrecords.com/world-records/first-magnifying-glass
History (2024), Benjamin Franklin Reveals His Design For Bifocal Glasses, https://www.history.com/this-day-in-history/benjamin-franklin-invents-bifocal-glasses
Live Science (2019), How Did Nearsighted People Manage Before Glasses Were Invented?, https://www.livescience.com/65229-nearsighted-people-before-glasses-invented.html
ADVERTISEMENT
NVISION Centers (2022), What Did People Do Before Glasses?, https://www.nvisioncenters.com/glasses/do-before-glasses/
RSUP Dr. Sardjito (2019), MYOPIA BOOMING, https://sardjito.co.id/2019/02/15/myopia-booming/