Penggunaan Bahasa Gaul di Kalangan Remaja

Isra Harahap
Mahasiswi Akuntansi S1,Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Pamulang (UNPAM)
Konten dari Pengguna
16 Oktober 2021 20:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Isra Harahap tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.youtube.com/watch?v=2drKwXLIvjI
zoom-in-whitePerbesar
https://www.youtube.com/watch?v=2drKwXLIvjI
ADVERTISEMENT
Penggunaan bahasa gaul yang terjadi dikalangan remaja memang tidak bisa dibendung lagi. Di era modern ini, beragam istilah, diksi, atau kosa kata baru dalam komunikasi sehari-hari semakin banyak bermunculan. Mulai dari kata plesetan, singkatan, hingga istilah absurd makin asing terdengar ditelinga. Lalu bagaimanakah pengertian bahasa gaul menurut para ahli?
ADVERTISEMENT
Menurut Sarwono (2004), bahasa gaul adalah bahasa khas remaja, kata-katanya di ubah sedemikian rupa, sehingga hanya bisa dimengerti di kalangan mereka dan bisa dipahami oleh hampir seluruh remaja di tanah air yang terjangkau oleh media massa. Kemudian istilah- istilah itu berkembang,berubah dan bertambah hampir setiap hari.
Sedangkan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahasa gaul artinya “dialek bahasa Indonesia non-formal yang digunakan oleh komunitas tertentu atau di daerah tertentu untuk pergaulan.” Kemudian muncul sebuah pertanyan, apakah bahasa gaul termasuk bahasa atau ragam bahasa?
Menurut beberapa literatur(sumber ilmiah) yang didapatkan oleh si penulis bahwa,bahasa gaul merupakan salah satu contoh ragam bahasa nonstandar(bahasa tidak resmi) yang sering digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari dikalangan remaja sat ini.
ADVERTISEMENT
Ragam bahasa itu sendiri adalah bahasa Indonesia yang memiliki berbagai macam jenis yang dibedakan berdasarkan tiga hal yaitu: cara berkomunikasi, cara penuturan, dan topik pembicaraan. Sedangakan bahasa gaul sendiri merupakan ragam bentuk kata atau kalimat singkat, unik, dan bersifat sementara, serta bukan bahasa baku ataupun formal.
Salah satu ragam bahasa gaul yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah Bahasa Gaul “Ngab”. Bahasa ini tentunya sudah tidak asing lagi dikalangan Milenial saat ini, bukan.?
https://sikalem.com/arti-kata-ngab-dalam-bahasa-gaul-kekinian/
Istilah gaul yang satu ini didapat dari kosa kata bahasa Indonesia, hanya saja pelafalannya dibalik. Kosa kata tersebut kebalikan dari kata “Bang” merujuk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “Bang” ini merupakan turunan dari ‘Abang’ yang berarti kakak laki-laki, tidak terbatas pada saudara kandung. Namun, untuk seorang laki-laki yang mempunyai umur di atas kita, bisa kita juluki dengan ‘Bang’ ini.
ADVERTISEMENT
Adapun istilah-istilah atau kata kasar yang berkonotasi negatif dalam bahasa gaul seringkali digunakan juga untuk kata menyerang, menghina, merendahkan, atau membully seseorang. Seperti kata bacot, misqueen, bomat, bangsat, kampret, anjing, babi, syaiton, idiot, goblok, sarak,unyuk, asu, dan beragam varian kata-kata menyeramkan yang tidak enak untuk didengar lain-nya.
http://ragaminfobaru.blogspot.com/2017/12/arti-kata-sabi-kane-takis-saik-kuy-alig-sans-cabs.html
Lalu kemudian bagaimana, asal usul sebutan “negara (+62)”?
Sebutan kode + 62 adalah kode Negara Indoesia. Kata +62 itu sering kita temui di ,instgram, tik-tok twitter, youtube karena kelakuan warga negara Indonesia yang unik. Misalnya ada anak SD naik ke Saluran Udara Tingkat Tinggi(SUTET) karena cinta-nya ditolak. Komentar di Instagram-nya begini “Kelakuan warga negara +62 nih."
Disamping itu kode +62 merupakan kode yang diperoleh Indonesia untuk memudahkan komunikasi lintas negara. Kode tersebut ditentukan oleh Persatuan Bangsa-Bangsa(PBB) bagian International Telecomunication Union (ITU). ITU sendiri bertugas mengatur kode negara di seluruh dunia. Tujuan pembagian kode negara ini adalah memfasilitasi konektivitas jaringan komunikasi internasional. Setiap negara di dunia memiliki kode tersendiri untuk nomor telepon atau nomor ponsel.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, kode negara yang digunakan untuk nomor telepon adalah +62. Kode tersebut dibuat agar kita yang ada di Indonesia bisa berkomunikasi dengan orang-orang di negara lain.
Sebagai anak muda di zaman sekarang, saya pun tidak bisa lepas dari kumpulan istilah-isitlah itu, bahkan beberapa kali kerap menggunakannya dalam pergaulan sehari-hari, namun saya tidak biasa berbahasa terlalu barbar (baca liar). Rasanya tidak nyaman, apalagi sampai menyinggung dan melontarkan bahasa kebun binatang dan berbagai kata-kata lainnya kepada teman sendiri.
Kesimpulan dari penulis bahwa bahasa gaul boleh saja digunakan dalam kehidupan sehari-hari asal tidak melangar tata krama atau sopan santun dalam berbahasa, khususnya penggunaan bahasa kepada "orang tua" harus dijaga dengan baik dan ber-etika.
ADVERTISEMENT
Iya engak ngab?