Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Memahami Hasil Pemilu 2024 di Sumbar
24 Maret 2024 18:31 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Israr Iskandar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
KPU sudah mengumumkan secara resmi hasil Pemilihan Umum Tahun 2024, baik pemilu presiden-wakil presiden maupun pemilihan anggota legilastif untuk DPR, DPD, DPRD Propinsi maupun DPRD Kabupaten/kota. Untuk banyak daerah, hasil pemilu dimaksud bahkan sudah diketahui sejak beberapa hari sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Untuk dapil Sumatera Barat, misalnya, untuk kontestasi presiden-wakil presiden, pasangan Anies Baswedan-Muhamin Iskandar unggul dengan perolehan suara 56,53 persen, disusul pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka 39,45 persen, dan pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD dengan 4,02 persen suara (Kompas.com, 11/3/2024). Hasil rekapitulasi KPU ini tidak jauh berbeda dengan hasil “hitung cepat” sejumlah lembaga survei yang dipublikasikan beberapa jam setelah pemungutan suara.
Peta pemilihan presiden ini secara umum berkaitan dengan tingkat approval rating terhadap Presiden Joko Widodo. Masyarakat yang puas dengan kinerja Jokowi cenderung memilih Prabowo-Gibran. Pasangan ini punya asosiasi sangat kuat dengan Jokowi, tidak hanya karena mengusung tema keberlanjutan, tetapi juga realitas bahwa Gibran adalah putra sulung Presiden. Sebaliknya, mereka yang tidak puas dengan Jokowi pada umumnya memilih pasangan Anies-Muhaimin yang secara tegas mengusung tema perubahan. Pasangan Ganjar-Mahfud dalam batas tertentu juga membawa tema perubahan, sekalipun posisi antitesa terhadap pemerintahan Jokowi lebih identik dengan pasangan Anies-Muhamin.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu bisa dipahami mengapa Anies-Muhaimin unggul di Sumatera Barat, karena dibandingkan daerah-daerah lainnya, tingkat ketidakpuasan rakyat Minang terhadap Jokowi tergolong paling tinggi. Walaupun demikian, pasangan Prabowo-Gibran masih mendapatkan dukungan cukup signifikan, bahkan unggul di beberapa kabupaten, seperti Dharmasraya, Sijunjung, Solok Selatan, Pesisir Selatan, dan Mentawai. Hal itu tidak hanya sebagai cerminan respon (sebagian) masyarakat daerah ini terhadap kinerja Jokowi, tetapi juga sumbangan suara yang cukup besar dari konstituen inti Prabowo sendiri.
Hal yang juga menarik adalah kaitan peta pemilihan presiden dengan hasil pemilu legislatif, sekalipun tidak selalu linear. Untuk perebutan 14 kursi DPR-RI dari dua daerah pemilihan di Sumatera Barat, dua partai pengusul pasangan Anies-Muhaimin, yakni Partai Nasdem dan PKS, masing-masing memang tampil sebagai pemuncak dan runner-up. Partai Nasdem memperoleh 3 kursi dan PKS 2 kursi. Tiga partai politik pengusul pasangan Prabowo-Gibran, yakni Partai Golkar, Gerindra dan PAN, masing-masing memperoleh 2 kursi di Senayan.
ADVERTISEMENT
Seterusnya Partai Demokrat, PDIP dan PKB masing-masing mendapatkan 1 kursi DPR, meskipun mereka memaknainya secara berbeda-beda. Bagi Partai Demokrat, hasil pemilu kali ini sebagai penurunan prestasi dibandingkan Pemilu 2019. Sebaliknya, bagi PDIP, Pemilu 2024 mengakhiri paceklik kursi DPR selama 5 tahun. Bahkan bagi PKB, pemilu 2024 menjadi istimewa, karena partai yang identik dengan warga nahdilyin ini berhasil “pecah telur” untuk satu kursi parlemen nasional dari daerah pemilihan Sumatera Barat.
Untuk DPRD Sumatera Barat, secara kepartaian PKS tampil di urutan teratas, disusul Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Nasdem dan PAN. Walaupun memperoleh suara tertinggi, jumlah kursi DPRD yang diraih PKS dan Gerindra sama banyaknya, yakni 10 kursi. Partai Golkar yang tampil di posisi ketiga dan Nasdem di posisi keempat juga sama-sama memperoleh 9 kursi DPRD Propinsi. Sedangkan PAN dan Partai Demokrat di posisi kelima dan keenam masing-masing memperoleh 8 kursi. Sisa kursi berikutnya diperoleh partai-partai lainnya (Kompas.com, 13/3/2024).
ADVERTISEMENT
Sebagaimana juga terjadi di banyak daerah lain, walaupun berkaitan erat, hasil pemilihan presiden dengan pemilihan angota legislatif di Sumatera Barat tidak selalu paralel. Partai pengusung pasangan Anies-Muhamin cenderung mendapatkan efek “ekor jas” (coat-tail effect) yang signifikan, terutama Partai Nasdem dan PKB. Tidak heran dalam Pemilu 2024 ini kedua partai politik ini mengalami lonjakan suara yang besar dibandingkan Pemilu 2019. Sementara PKS, jumlah suara maupun kursinya cenderung stabil (sama), seperti tercermin dari perolehan kursi DPRD Sumatera Barat.
Di pihak lain, jumlah perolehan suara pasangan Prabowo-Gibran tidak berbanding lurus dengan perolehan suara partai-partai pengusungnya. Suara partai-partai pengusung dalam pemilu anggota legislatif lebih besar dibandingkan suara yang diperoleh pasangan capres-cawapresnya dalam Pilpres. Cukup signifikannya suara yang diperoleh Partai Golkar, PAN, dan Partai Demokrat, misalnya, terutama karena variabel kebiasaan rakyat dalam memilih partai dan daya tarik caleg yang diusung partai.
ADVERTISEMENT
Partai-partai yang disebut terakhir tidak mengandalkan efek ekor jas dari pasangan capres-cawapres yang diusung partainya, tetapi lebih pada figur calegnya yang menarik dan asumsi tentang kebiasaan (pemilih) dalam memilih partai politik. Tidak heran, dalam kampanyenya, seperti terbaca dari alat-alat peraga kampanye, caleg Partai Golkar, PAN dan Partai Demokrat tidak “menjual” ketokohan Prabowo-Gibran dan caleg PDIP tidak menonjolkan figur Ganjar-Mahfud. Mereka memahami rendahnya tingkat penerimaan rakyat Sumatera Barat terhadap pasangan capres-cawapres yang punya asosiasi kuat dengan Presiden Jokowi dan juga kandidat dari PDIP, partai politik yang secara sosio-historis kurang populer di kalangan rakyat Minang.
Tidak kalah penting, caleg-caleg terpilih dari partai tersebut merupakan tokoh-tokoh yang relatif berhasil membangun dan menjaga ikatan dengan konstituennya lewat program, logistik dan penonjolan (asal usul) kedaerahan, termasuk caleg yang baru pertama kali maju. Sejumlah caleg yang popularitas partainya agak menurun di Sumatera Barat dalam Pemilu 2024, karena mengusung capres-cawapres yang punya asosiasi dengan Presiden Jokowi, tetapi mereka berhasil terpilih dan bahkan beberapa diantaranya dengan suara di atas 100 ribu sehingga berkontribusi signifikan pada perolehan suara partainya. Inilah yang dialami misalnya oleh sejumlah caleg terpilih untuk DPR dari Demokrat (Mulyadi), PAN (Arisal Aziz) dan bahkan Gerindra (Andre Rosiade).
ADVERTISEMENT