Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten dari Pengguna
Perempuan, Kemiskinan, dan Pandemi
14 Maret 2021 12:42 WIB
Tulisan dari Isti Larasati Widiastuty tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kehidupan dan penghidupan perempuan Indonesia terdampak COVID-19. Sampai 10 Maret 2021, lebih dari 700 ribu perempuan Indonesia terpapar COVID-19. Dampak yang dirasakan perempuan cenderung lebih besar.
ADVERTISEMENT
Kebijakan PSBB yang berimbas pada sistem belajar daring dan bekerja dari rumah, menjadi persoalan tersendiri bagi perempuan. Terutama yang berstatus menikah dan memiliki anak usia sekolah. Peran ganda perempuan semakin kuat.
Hasil penelitian SMERU pada periode Oktober–November 2020 menyebutkan, setengah dari para perempuan terlibat dalam pekerjaan untuk mendukung keluarga. Mereka mengalami kesulitan dalam menyeimbangkan tuntutan pekerjaan rumah tangga dan tambahan tanggung jawab lainnya. Peran lebih yang muncul karena penutupan sekolah sehingga anak-anak harus belajar dari rumah.
Risiko perempuan terpapar COVID-19 pun lebih besar. Banyak perempuan menjadi garda terdepan perawatan COVID-19, baik di keluarga maupun dunia kesehatan. Data BPS menunjukkan 65,67 persen tenaga kerja bidang kesehatan adalah perempuan (Sakernas Agustus 2020).
ADVERTISEMENT
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang saat ini dilanjutkan dengan Pembatasan Sosial Berskala Mikro (PSBM) juga berimbas besar bagi perempuan. Dalam skala mikro, hal ini berdampak pada penghidupan perempuan. Pembatasan jam operasional bahkan tutupnya aktivitas usaha, menambah perjuangan berat perempuan.
Lapangan usaha terdampak kebijakan maupun kondisi pandemi, umumnya adalah pekerjaan di sekitar perempuan. Pekerjaan di bidang penyediaan makan minum, industri garmen, perdagangan, kesehatan, termasuk asisten rumah tangga adalah di antara pekerjaan yang “rentan” terpapar COVID-19 maupun “rentan” penutupan aktivitas. Padahal partisipasi perempuan di pekerjaan ini relatif besar.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan sebesari 53,13 persen pada Agustus 2020. Angka ini masih jauh lebih rendah dibandingkan laki-laki. Di mana TPAK laki-laki lebih dari 1,5 kali TPAK perempuan (82,41 persen).
ADVERTISEMENT
Dari sisi pekerjaan, perempuan juga banyak berkecimpung di sektor informal. Data BPS (Agustus 2020) menunjukkan dari 50,70 juta pekerja perempuan, 65,35 persen bekerja di sektor informal. Sektor ini sering ditandai dengan rendahnya jaminan (proteksi), skala usaha kecil, relatif tidak stabil dan tingkat penghasilan rendah.
Sebagai pekerja informal, perlindungan ketenagakerjaan cenderung rendah. Belum lagi, masih adanya isu ketidaksetaraan upah antara perempuan dan laki-laki dalam berbagai lapangan pekerjaan. Ketidaksetaraan dalam hal tingkat partisipasi, perlindungan, maupun upah, semakin membawa perempuan dalam belenggu kemiskinan.
Perempuan dan Kemiskinan
Perempuan dan kemiskinan, ikatannya semakin kuat di masa pandemi. Pandemi yang entah kapan akan berakhir. Semakin memperkuat perempuan terperosok ke jurang kemiskinan.
Persentase penduduk miskin (Head Count Index) perempuan pada Maret 2020 sebesar 9,96 persen. Artinya, 9,96 persen dari seluruh penduduk perempuan di Indonesia berstatus miskin.
ADVERTISEMENT
Angka ini meningkat jika dibandingkan kondisi Maret 2019 (9,63 persen). Juga lebih tinggi dibandingkan tingkat kemiskinan laki-laki yang mencapai 9,59 persen (Maret 2020, BPS).
Kemiskinan perempuan juga akan tampak nyata pada rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan. Persentase kepala rumah tangga perempuan banyak ditemui pada keluarga miskin. Pada Maret 2020, 15,88 persen perempuan merupakan kepala rumah tangga dengan status miskin di Indonesia.
Data BPS juga menunjukkan, pada Maret 2020 Head Count Index (HCI) rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan sebesar 7,82 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan HCI dengan kepala rumah tangga laki-laki (7,79 persen).
Perempuan sebagai kepala rumah tangga miskin memiliki berbagai hambatan lebih besar dibandingkan laki-laki. Perlu strategi lebih kuat agar bisa bertahan dengan kondisi kemiskinan keluarganya atau membawa keluarganya keluar dari lingkaran kemiskinan.
ADVERTISEMENT
Memperkuat Akses dan Sumberdaya
Lalu, apa yang harus dilakukan? Copping strategy jitu apa agar perempuan mampu bertahan dan keluar dari lingkaran kemiskinan?
Dalam penelitiannya Samboel (2012) menyebutkan bahwa hambatan sosial dan budaya merupakan faktor utama yang memengaruhi perempuan untuk keluar dari lingkaran kemiskinan. Dalam kondisi pandemi saat ini, kiranya hambatan struktural, modal manusia dan institusional juga menjadi penting untuk ditangani.
Penting dilakukan, memastikan adanya lingkungan yang mendukung bagi perempuan untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan. Ada norma dan inklusivitas yang mendukung perempuan memiliki kapasitas dan kapabilitas lebih sebagai strategi keluar dari kemiskinan.
Dalam hal ini, strategis untuk memanfaatkan peluang. Indonesia memiliki potensi perempuan usia produktif 93,94 juta jiwa (Sensus Penduduk 2020, BPS). 70,34 persen perempuan di Indonesia berada pada usia kerja. Jangan biarkan menjadi penghambat pemulihan ekonomi, namun jadikan sebagai potensi.
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19, menempa ketangguhan perempuan. Sejauh ini, perempuan memiliki ketangguhan dalam menghadapi risiko kesehatan, serta menyelamatkan diri dan keluarga dari jeratan kemiskinan. Namun, mendorong adanya kesetaraan kesempatan dan peluang bagi perempuan penting diberikan, utamanya oleh pemangku kebijakan.
Pemerintah perlu mendorong dan menjaga keberlanjutan stimulus ekonomi bagi perempuan miskin. Stimulus bagi pelaku UMKM, pekerja sektor informal dan perempuan miskin akan semakin mempercepat perempuan mengejar kesetaraan, di samping menciptakan aktivitas usaha rumahan,
Perluas kesempatan, akses dan sumberdaya perempuan dalam ekonomi. Pastikan investasi modal manusia terus dibangun. Penguatan modal manusia, akan semakin menguatkan perempuan Indonesia menghadapi setiap tantangan dan hambatan di tengah pandemi serta jeratan kemiskinan. Investasi modal manusia, adalah upaya terbesar untuk memampukan perempuan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Memampukan perempuan, memampukan seluruh bangsa Indonesia.***