Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
6 Ramadhan 1446 HKamis, 06 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Hegemoni AS: Mampukah Amerika Serikat Bertahan di Era Multipolarisme?
4 Maret 2025 22:09 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Ivan Arsenius Sianipar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Multipolarisme merujuk pada sistem internasional di mana kekuasaan terdistribusi di antara beberapa negara, bukan terkonsentrasi pada satu atau dua negara dominan. Amerika Serikat (AS) merupakan aktor global yang semakin menghadapi tantangan dalam mempertahankan posisinya sebagai pemimpin dunia. Selama beberapa dekade, AS dikenal sebagai negara dengan pengaruh besar dalam ekonomi, militer, dan diplomasi. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, dinamika global menunjukkan bahwa dominasi AS mulai tergeser oleh munculnya kekuatan-kekuatan baru, seperti Tiongkok dan Uni Eropa.
ADVERTISEMENT
PARTISIPASI POLITIK AMERIKA SERIKAT
Dalam politik luar negeri, AS tampak semakin selektif dalam keterlibatannya terhadap isu global. Misalnya, keterlibatan AS dalam konflik Rusia-Ukraina lebih bersifat mendukung melalui bantuan ekonomi dan militer, bukan intervensi langsung seperti yang sering mereka lakukan di masa lalu. Hal ini bisa diinterpretasikan sebagai strategi untuk menghindari beban ekonomi yang besar atau tanda melemahnya hegemoni global mereka. Lalu polarisasi politik dalam negeri telah menyebabkan inkonsistensi dalam kebijakan luar negeri AS, dengan perubahan administrasi yang menghasilkan pergeseran signifikan dalam pendekatan terhadap aliansi, perdagangan, dan keterlibatan multilateral. Kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih pada Januari 2025 berpotensi memperkuat pendekatan "America First" yang menekankan kedaulatan nasional dan kesepakatan bilateral di atas multilateralisme.
ADVERTISEMENT
PANDANGAN SISI EKONOMI
Dari sisi ekonomi, AS masih menjadi negara dengan PDB terbesar di dunia, tetapi ketergantungannya pada industri teknologi tinggi dan sektor keuangan menjadikannya lebih rentan terhadap persaingan global. Sementara itu, Tiongkok dengan Belt and Road Initiative (BRI) telah berhasil memperluas pengaruhnya di berbagai negara berkembang, termasuk di Asia dan Afrika. Lalu Bangkitnya kekuatan-kekuatan besar lainnya seperti Cina, Rusia, dan negara-negara BRIC (Brasil, Rusia, India, dan Cina) telah memperkuat tren menuju multipolaritas. Cina telah menjadi ekonomi terbesar kedua di dunia, memiliki teknologi canggih dan pangsa pasar yang signifikan. Negara-negara BRIC, dengan populasi gabungan sebesar 3,2 miliar, memiliki total PDB nominal sekitar $26,88 triliun, sedikit lebih besar dari AS. Penghapusan perjanjian petrodolar antara AS dan Arab Saudi, yang menghubungkan penjualan minyak dengan dolar AS, juga menandakan pergeseran ini. Pertanyaannya, apakah AS mampu bersaing dengan pendekatan baru dalam politik global, atau justru kehilangan relevansinya di tengah dinamika multipolarisme?
ADVERTISEMENT
APAKAH AS AKAN TETAP MENJADI NEGARA HEGEMONIK?
Sebagai mahasiswa yang mempelajari hubungan internasional, saya melihat bahwa masa depan kepemimpinan AS di dunia sangat bergantung pada kemampuannya untuk beradaptasi dengan realitas global. Jika AS tetap terpaku pada strategi lama dan mengutamakan kepentingan domestik seperti memenuhi kebutuhan dalam negeri, meningkatkan investasi, dan membuka pasar ekspor dengan pendekatan proteksionis yang contohnya Membatasi kerja sama internasional demi meningkatkan kepentingan ekonomi dalam negeri. Menumbuhkan daya saing di antara masyarakat dalam negeri. Melindungi hasil pertanian atau perkebunan, serta pendapatan masyarakat, maka ada kemungkinan peran hegemoniknya semakin memudar. Sebaliknya, jika AS mampu memperbarui strategi globalnya dan bekerja sama dengan negara lain dalam menghadapi tantangan seperti perubahan iklim, krisis ekonomi, dan keamanan internasional, maka posisinya sebagai pemimpin dunia bisa tetap bertahan. Pada akhirnya, dunia tidak lagi unipolar seperti di era pasca-Perang Dingin. Dengan semakin kuatnya negara-negara lain, AS harus menentukan apakah mereka masih ingin menjadi pemimpin dunia atau hanya sekadar salah satu pemain dalam tatanan global yang baru. Dan bisa di bilang bahwa strategi yang di gunakan Amerika Serikat saat ini adalah strategi yang baru saja dilakukan dengan tujuan untuk mengonsolidasikan kekuatannya dan tetap relevan dalam dunia yang semakin multipolar.
ADVERTISEMENT
REFERENSI
Tribaskoro, R. (2025). Amerika Serikat Dalam Transisi Menuju Multipolarisme. Diakses dari https://www.law-justice.co/artikel/181577/saat-amerika-serikat-dalam-transisi-menuju-multipolarisme/
redaksi. (2024). Menuju Dunia Multipolar, Apa Pilihan Prabowo?. Diakses dari https://siagaindonesia.id/menuju-dunia-multipolar-apa-pilihan-prabowo/
Ivan Arsenius Sianipar, Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Universitas Mulawarman