Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Bahaya Jual Beli Ilegal: Mengapa Kita Harus Dukung Gerakan Antijagal?
21 April 2025 16:57 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Ivan Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bahaya Jual Beli Ilegal: Mengapa Kita Harus Dukung Gerakan Antijagal?
ADVERTISEMENT
Di balik hiruk pikuk pasar tradisional dan ramainya aktivitas pemotongan hewan, ada sisi gelap industri pangan yang luput dari perhatian banyak orang: praktik jagal ilegal. Tanpa izin, tanpa pengawasan, dan tanpa standar kesejahteraan hewan, jagal ilegal tetap berjalan diam-diam—menjadi bom waktu yang mengancam kesehatan publik, integritas industri peternakan, dan etika dalam rantai pangan nasional.
Gerakan Antijagal bukan sekadar kampanye satu arah. Ini adalah seruan kolektif yang lahir dari keresahan masyarakat, pelaku industri, dan pemerhati kesejahteraan hewan. Gerakan ini menyoroti satu fakta penting: bahwa konsumsi pangan yang sehat dan aman dimulai dari proses yang benar sejak awal.
Jagal Ilegal: Pelanggaran yang Berdampak Luas
Menurut data dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), hanya sekitar 30% hewan potong di Indonesia yang disembelih di Rumah Potong Hewan (RPH) resmi. Artinya, sebagian besar proses penyembelihan masih dilakukan secara tradisional, dan tidak semuanya memiliki izin resmi ataupun pengawasan dokter hewan.
ADVERTISEMENT
Ini bukan hanya soal legalitas administratif. Daging dari hewan yang disembelih secara ilegal sangat berisiko mengandung penyakit seperti antraks, TBC, atau bahkan parasit berbahaya. Tanpa prosedur antemortem (pemeriksaan sebelum disembelih) dan postmortem (pemeriksaan setelah disembelih), masyarakat sebenarnya sedang bermain lotre setiap kali membeli daging tanpa tahu asalnya.
Kesehatan masyarakat yang seharusnya menjadi prioritas, malah dikompromikan karena kurangnya pengawasan dan edukasi. Seorang dokter hewan dari Bogor, drh. Laila Maulida, mengungkapkan:
“Banyak kasus keracunan atau infeksi usus yang sebenarnya bisa dicegah kalau masyarakat tahu bahwa daging yang dikonsumsi berasal dari hewan yang sehat dan dipotong secara legal.”
Kerugian Ganda: Peternak Tertindas, Etika Tercoreng
Tak hanya soal kesehatan, jagal ilegal menciptakan kerugian ganda. Peternak dan jagal resmi yang telah mematuhi prosedur standar—mulai dari kandang higienis, sertifikasi, hingga biaya operasional yang tinggi—harus bersaing dengan pihak yang bisa menjual murah karena memangkas semua prosedur tersebut. Dalam jangka panjang, ketimpangan ini mematikan ekosistem usaha yang sehat.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, praktik jagal ilegal juga mencoreng nilai-nilai etika dalam penyembelihan hewan. Hewan disembelih tanpa pengawasan, tanpa alat yang layak, bahkan dalam kondisi stres tinggi yang bisa memengaruhi kualitas dan kehalalan daging.
Gerakan Antijagal: Dari Aksi Publik ke Perubahan Sistemik
Gerakan Antijagal hadir bukan untuk menghukum, tapi untuk menyadarkan dan mendorong reformasi sistem. Kampanye ini mencakup:
Pendidikan masyarakat tentang pentingnya konsumsi daging legal.
Edukasi pelaku pasar dan jagal tradisional untuk beralih ke praktik yang sah.
Tekanan kepada pemerintah daerah untuk memperluas akses ke RPH resmi, termasuk pembinaan dan subsidi.
Kampanye digital yang menyasar milenial dan Gen Z sebagai konsumen kritis masa depan.
Di beberapa daerah seperti Yogyakarta dan Malang, gerakan ini mulai menampakkan hasil. Pasar-pasar tradisional sudah mulai menerapkan labelisasi sumber daging dan petugas pengawas kesehatan hewan ditugaskan lebih intensif di musim-musim ramai seperti Idul Adha.
ADVERTISEMENT
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Setiap individu bisa ambil bagian. Berikut adalah langkah nyata yang bisa kamu lakukan sebagai bentuk dukungan terhadap gerakan Antijagal:
Legal Itu Peduli!!
Gerakan Antijagal bukan sekadar soal legalitas, melainkan tentang kepedulian. Kepedulian terhadap apa yang masuk ke tubuh kita, terhadap keadilan bagi peternak, dan terhadap hewan yang menjadi sumber pangan.
Di era yang semakin sadar akan kualitas hidup dan makanan sehat, mari kita bawa diskusi ini keluar dari ruang-ruang kecil. Kita dukung sistem pangan yang adil, sehat, dan manusiawi. Karena pada akhirnya, memilih daging legal adalah bentuk tanggung jawab sosial untuk hari ini dan generasi yang akan datang.