Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Awas Keracunan Jamur, Kamu Harus Kepo!
28 Maret 2021 22:36 WIB
Tulisan dari Ivan Permana Putra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jika kamu ditanya: siapakah identitas orang pada gambar di atas?
ADVERTISEMENT
Mungkin atau hampir pasti jawabannya akan susah untuk ditebak tanpa membuka topi atau melihat wajah yang bersangkutan, bahkan oleh orang yang kenal dengan pemuda tersebut sekalipun. Hal ini juga berlaku umum untuk gambar di bawah ini:
Kenapa?
Karena ada batasan yang tipis antara kenyang dan keracunan, terutama bagi non expert dalam mengkonsumsi jamur liar yang tumbuh di sekitaran kita.
Hal ini disebabkan karena banyak jamur liar konsumsi (edible) yang terlihat sangat mirip dengan jamur beracun secara morfologi (penampakannya).
Oleh sebab itu, kamu harus kepo! dan jangan mudah percaya pada referensi abal-abal yang bahkan masih menggunakan foto jamur yang tidak tumbuh di Indonesia, ataupun mengeruk informasi dari orang yang tidak memiliki pengalaman dalam merambah dan mengkonsumsi jamur liar.
ADVERTISEMENT
Kamu sebaiknya mengecek sendiri kebenarannya, mulailah membaca, dan berdiskusi kepada orang atau masyarakat yang memiliki pengetahuan yang mumpuni.
Kembali ke gambar 2, jamur tersebut adalah Cholophyllum cf. molybdites yang umum dijumpai di Indonesia, dan merupakan penyebab keracunan terbanyak sepanjang masa di AS. Jika dilihat secara sekilas dari tampak atas tudungnya, jamur ini sulit dibedakan dengan Agaricus, Lepiota, Macrolepiota, dan Amanita tanpa melihat bagian bawah tudungnya (coba lihat dan renungkan kembali makna Gambar 1 dan 2). Agaricus memiliki warna bawah tudung coklat gelap saat dewasa, Lepiota, Macrolepiota, dan Amanita berwarna putih, sedangkan Cholophyllum molybdites berwarna hijau.
ADVERTISEMENT
Laporan dari Putra (2020a , 2020b ) menyebutkan bahwa pada 10 tahun terakhir, diduga telah terjadi sebanyak 4 kasus keracunan akibat Chlorophyllum cf. molybdites di Indonesia dengan total 34 orang korban, dan bertambah 1 kasus dengan 3 korban (satu keluarga) pada Desember lalu di Surabaya. Satu keluarga di Surabaya mengkonsumsi jamur liar yang ditemukan di sekitar pemukiman rumahnya di Surabaya. Jamur tersebut tumbuh pada rerumputan dengan beberapa pohon sengon di sekitarnya. Beberapa jam kemudian semuanya mengalami gejala muntah dan diare. Seluruh anggota keluarga tersebut kemudian dievakuasi ke rumah sakit terdekat dan mendapatkan pengobatan. Kesehatan korban kembali membaik setelah 48 jam kemudian.
Jamur C. molybdites termasuk dalam kategori jamur beracun tipe V yang menyebabkan iritasi saluran pencernaan. Laporan dari Putra (2020a, 2020b) mengindikasikan perlunya pemahaman yang baik terkait pengenalan jamur liar untuk dikonsumsi. Hal tersebut merupakan salah satu cara untuk mencegah terjadinya keracunan jamur liar di Indonesia di masa mendatang. Karakter kunci dari C. molybdites adalah keberadaan deposit spora yang berwarna krem kehijauan saat muda dan hijau gelap (olive green) saat tua.
ADVERTISEMENT
Salah satu cara untuk mengingat jamur ini adalah nama Chlorophyllum yang diambil dari kata klorofil / hijau. Selain itu, cara yang paling baik untuk mengecek warna spora adalah dengan membuat jejak spora (gambar 3). Di banyak negara, jamur ini disebut sebagai the vomitter karena beberapa kali menyebabkan keracunan yang menyerang sistem pencernaan (lambung). Pada tubuh buah yang masih muda, deposit spora berwarna hijau sangat tipis dan tidak pada seluruh bagiannya, sehingga diperlukan ketelitian dan kehati-hatian saat mengobservasi C. molybdites.
-Selamat Menjamur-
Peneliti Jamur IPB