Awas Keracunan Jamur, Kamu Harus Kepo!

Konten dari Pengguna
28 Maret 2021 22:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ivan Permana Putra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar 1. CCTV merekam seorang pria tidak dikenal. sumber : klik link berikut
zoom-in-whitePerbesar
Gambar 1. CCTV merekam seorang pria tidak dikenal. sumber : klik link berikut
ADVERTISEMENT
Jika kamu ditanya: siapakah identitas orang pada gambar di atas?
ADVERTISEMENT
Mungkin atau hampir pasti jawabannya akan susah untuk ditebak tanpa membuka topi atau melihat wajah yang bersangkutan, bahkan oleh orang yang kenal dengan pemuda tersebut sekalipun. Hal ini juga berlaku umum untuk gambar di bawah ini:
Gambar 2. Jamur yang seringkali tumbuh di rerumputan ataupun habitat lainnya. sumber: Komunitas Pemburu Jamur Indonesia dan klik di sini
Kenapa?
Karena ada batasan yang tipis antara kenyang dan keracunan, terutama bagi non expert dalam mengkonsumsi jamur liar yang tumbuh di sekitaran kita.
Hal ini disebabkan karena banyak jamur liar konsumsi (edible) yang terlihat sangat mirip dengan jamur beracun secara morfologi (penampakannya).
Oleh sebab itu, kamu harus kepo! dan jangan mudah percaya pada referensi abal-abal yang bahkan masih menggunakan foto jamur yang tidak tumbuh di Indonesia, ataupun mengeruk informasi dari orang yang tidak memiliki pengalaman dalam merambah dan mengkonsumsi jamur liar.
ADVERTISEMENT
Kamu sebaiknya mengecek sendiri kebenarannya, mulailah membaca, dan berdiskusi kepada orang atau masyarakat yang memiliki pengetahuan yang mumpuni.
Kembali ke gambar 2, jamur tersebut adalah Cholophyllum cf. molybdites yang umum dijumpai di Indonesia, dan merupakan penyebab keracunan terbanyak sepanjang masa di AS. Jika dilihat secara sekilas dari tampak atas tudungnya, jamur ini sulit dibedakan dengan Agaricus, Lepiota, Macrolepiota, dan Amanita tanpa melihat bagian bawah tudungnya (coba lihat dan renungkan kembali makna Gambar 1 dan 2). Agaricus memiliki warna bawah tudung coklat gelap saat dewasa, Lepiota, Macrolepiota, dan Amanita berwarna putih, sedangkan Cholophyllum molybdites berwarna hijau.
Jamur liar edible merupakan plasma nutfah yang dikonsumsi oleh sebagian masyarakat di Indonesia. Namun, karena secara morfologi seringkali terlihat mirip antara satu jamur dengan jamur lainnya, keracunan akibat mengkonsumsi jamur liar dapat terjadi akibat kesalahan pengenalan (identifikasi) saat merambah. Salah satu jamur beracun yang seringkali tumbuh di sekitar pemukiman penduduk adalah Chlorophyllum molybdites. Hingga saat ini, Indonesia belum mempunyai database kasus keracunan jamur, meskipun kasus keracunan jamur liar telah beberapa kali terjadi.
ADVERTISEMENT
Laporan dari Putra (2020a, 2020b) menyebutkan bahwa pada 10 tahun terakhir, diduga telah terjadi sebanyak 4 kasus keracunan akibat Chlorophyllum cf. molybdites di Indonesia dengan total 34 orang korban, dan bertambah 1 kasus dengan 3 korban (satu keluarga) pada Desember lalu di Surabaya. Satu keluarga di Surabaya mengkonsumsi jamur liar yang ditemukan di sekitar pemukiman rumahnya di Surabaya. Jamur tersebut tumbuh pada rerumputan dengan beberapa pohon sengon di sekitarnya. Beberapa jam kemudian semuanya mengalami gejala muntah dan diare. Seluruh anggota keluarga tersebut kemudian dievakuasi ke rumah sakit terdekat dan mendapatkan pengobatan. Kesehatan korban kembali membaik setelah 48 jam kemudian.
Jamur C. molybdites termasuk dalam kategori jamur beracun tipe V yang menyebabkan iritasi saluran pencernaan. Laporan dari Putra (2020a, 2020b) mengindikasikan perlunya pemahaman yang baik terkait pengenalan jamur liar untuk dikonsumsi. Hal tersebut merupakan salah satu cara untuk mencegah terjadinya keracunan jamur liar di Indonesia di masa mendatang. Karakter kunci dari C. molybdites adalah keberadaan deposit spora yang berwarna krem kehijauan saat muda dan hijau gelap (olive green) saat tua.
ADVERTISEMENT
Salah satu cara untuk mengingat jamur ini adalah nama Chlorophyllum yang diambil dari kata klorofil / hijau. Selain itu, cara yang paling baik untuk mengecek warna spora adalah dengan membuat jejak spora (gambar 3). Di banyak negara, jamur ini disebut sebagai the vomitter karena beberapa kali menyebabkan keracunan yang menyerang sistem pencernaan (lambung). Pada tubuh buah yang masih muda, deposit spora berwarna hijau sangat tipis dan tidak pada seluruh bagiannya, sehingga diperlukan ketelitian dan kehati-hatian saat mengobservasi C. molybdites.
-Selamat Menjamur-
Gambar 3. Bagian bawah tudung C. molybdites yang berwarna hijau olive semakin pekat saat menua. Difoto oleh : Ferry A.
Peneliti Jamur IPB