Jamur Ekor Naruto atau Jamur Karang Api Ditemukan Kembali di Indonesia

Konten dari Pengguna
4 Desember 2020 7:44 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ivan Permana Putra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Jamur Ekor Naruto atau Jamur Karang Api Ditemukan Kembali di Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Podostroma cornu-damae di Indonesia pertama kali dilaporkan oleh peneliti luar bernama Boedijn pada tahun 1934 di Buitenzorg (Bogor), Jawa Barat. Sejak saat itu, tidak ditemukan adanya informasi kembali mengenai jamur tersebut di Indonesia. Pada awal tahun 2020, beberapa masyarakat adat yang tergabung dalam komunitas pemburu jamur Indonesia membagikan informasi mengenai keberadaan jamur tersebut dari Hutan Tamiang Layang (Kalimantan Tengah) dan Sukabumi (Jawa Barat), yang dituliskan dalam sebuah laporan oleh peneliti mikologi di Indonesia. Identifikasi morfologi yang disertai deskripsi dan karakteristik makroskopis mengkonfirmasi identitas kedua jamur tersebut sebagai Podostroma cf. cornu-damae (Gambar 1) dan Podostroma sp. (Gambar 2).
Gambar 1. Podostroma cf. cornu-damae yang ditemukan di Kalimantan Tengah. A-D : Tubuh Buah Jamur. Sumber : https://ejournal.unib.ac.id/index.php/hayati/article/view/12408
Gambar 2. Podostroma sp. yang ditemukan di Sukabumi (Jawa Barat). A-B : Tubuh Buah Jamur. Sumber : https://ejournal.unib.ac.id/index.php/hayati/article/view/12408
Podostroma cornu-damae merupakan kelompok jamur langka yang telah banyak dilaporkan distribusinya dari Jepang, Korea, Java (banyak peneliti asing mengenal Jawa-nya bukan Indonesia-nya), Taiwan, dan Cina. Jamur ini dinamai dengan sebutan jamur karang api , jamur merah tanduk rusa, bahkan beberapa remaja menyebutkan sebagai jamur ekor sembilan yang menyerupai sosok kurama dalam tokoh fiktif naruto.
ADVERTISEMENT
Jamur ini merupakan jamur yang sangat beracun karena mengandung mikotoksin berupa trichothecene : termasuk satratoxins, tratoxin, roridin, dan verucarin. Jamur ini seringkali menjadi penyebab keracunan akibat kesalahan identifikasi oleh masyarakat awam, terutama di negara-negara Asia Timur. Hal ini dikarenakan fase muda dari jamur ini sangat mirip dengan fase muda Ganoderma lucidum (Lingzhi) dan Cordyceps militaris yang merupakan jamur obat.
Pencatatan Podostroma dan jamur-jamur lainnya perlu terus dilakukan dengan dukungan dan kolaborasi dari berbagai pihak, guna menambah data keberadaan dan persebaran jamur di Indonesia. Deskripsi yang ada diharapkan menjadi media diseminasi yang dapat digunakan oleh masyarakat lokal sebagai upaya preventif tehadap keracunan jamur di Indonesia. Hingga saat ini, Indonesia belum memiliki database atau pangkalan data yang baik untuk kasus keracunan jamur liar, dan merupakan tantangan untuk kita bersama.
ADVERTISEMENT